Mohon tunggu...
Ana Sopanah
Ana Sopanah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Widyagama Malang

Saya adalah Dosen FE Akuntansi di Universitas Widyagama Malang dan Aktif di beberapa organisasi Profesi Moto: Yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Jam di Atas Awan: Pengalaman yang Mengerikan

11 April 2017   15:58 Diperbarui: 12 April 2017   10:00 2673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesaat Sebelum Take Off

Tetesan air mata memenuhi seluruh wajahku, Alhamdulilah Ya Allah, Saya masih dikasih kesempatan hidup, itulah kata pertama yang terucap saat pesawatku mendarat dengan selamat. Hari itu,  Senin, 10 April 2017, merupakan hari Penerbangan yang mengerikan bagiku, bagaimana tidak? Penerbangan Malang menuju Jakarta yang normal di tempuh kurang lebih 1 Jam 20 menit, menjadi  kurang lebih 3 jam di atas awan dengan kondisi cuaca yang sangat buruk.

Pesawat take off sekitar pukul 15. 00 WIB, dengan cuaca di Kota Malang cerah,  jadwal tersebut delay kurang lebih 30 menit, berdasarkan informasi dari pihak konter karena menunggu pesawat dari Jakarta. Sekitar 30 menit perjalanan saya sempat memejamkan mata karena suasana di luar pesawat terlihat cerah dan hatipun terasa nyaman. Sekitar pukul 16.00 WIB  pilot menginformasikan bahwa pesawat akan mengalami keterlambatan mendarat kurang lebih 1 jam dari jadwal semula karena antrian nomor  21 untuk mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma. Informasi yang saya dapatkan ada acara HUT AURI dan Pejabat negara yang landing sehingga antri untuk mendarat. Seharusnya hal ini tidak terjadi jika sudah terkoordinasi antara pihak maskapai dengan pihak angkasapura.

Bagi saya tidak ada masalah ketika diatas awan baik-baik saja, namun yang terjadi begitu mengerikan. Sesaat setelah pilot mengumumkan bahwa kami akan mendarat 1 jam lagi, kami dapat informasi pesawat akan memasuki cuaca yang kurang baik dan semua penumpang dihimbau untuk kembali ke tempat duduk dan mengenakan seat belt. Itulah awal dari penerbangan yang memacu adrenalin.

Hujan deras dan Awan hitam menyelimputi pesawat, saya duduk di dekat jendela tidak bisa melihat apapun diluar, yang terasa hanya goncangan-goncangan Burung Besi tersebut menghindari awan. Hampir semua penumpang berdoa saat pesawat mengalami goncangan dahsyat tak terkecuali saya yang berdoa sangat kencang, sampai penumpang sebelah ku beberapa kali mengatakan “ sabar bu, insyaallah pesawat ini kuat menghadapi cuaca buruk, ibu sabar ya”. Semua doa ku panjatkan sepanjang penerbangan seraya pasrah kepada sang Pemilik Kehidupan.

Pesawat bergetar keras dan kemudian jatuh bagaikan kehilangan daya angkat sekitar 3 detik kemudian normal dan kemudian jatuh lagi selama 3 detik. Rasanya hati sudah terlepas dan semua penumpang berteriak. Saat itu sempat terfikir apakah ini akhir dari hidup saya? Pikiran buruk itu ku buang jauh-jauh dengan tetap berdoa dan kembali pasrah sambil berharap Pilot akan mengumumkan kapan pesawat akan mendarat. Dan alhamdulilah sekitar 17.30 sang pramugari mengumumkan bahwa saat mendarat sudah dekat, para penumpang diminta kembali ketempat duduk dan menggunakan self belt.

Alhamdulilah doaku terjawab, dalam hatiku, ternyata meskipun sudah diumumkan kami akan mendarat, pesawat kami berputar-putar cukup lama di atas yang menimbulkan kegelisahan penumpang kembali karena informasi dari Pilot bahwa ada 3 pesawat juga yang sedang berputar-putar untuk antri mendarat. Saya hanya bisa berdoa semua pesawat kami tidak kehabisan bahan bakar dan bisa segera mendarat dengan selamat. Dan Alhamdulialh tepat pukul 18.00 kami mendarat dengan selamat diiringi hujan lebat dan petir yang menggelegar.

Akhir perjalanan saya hari itu, menuju Hotel Aston bekasi tempat di mana akan di selenggarakan Lokakarya Kantor Urusan Internasional (KUI) oleh Ditjen Kelembagaan RISTEK DIKTI. Saya mewakili Institusi kami yaitu Universitas Widyagama Malang yang mendapat kesempatan untuk mengikuti Hibah PKKUI 2017 bersama 36 Perguruan Tinggi Lainnya di Indonesia.

kui-2017-58ec9a97197b61d719ea23a6.jpg
kui-2017-58ec9a97197b61d719ea23a6.jpg
Sebagai akhir tulisan ini, saya mengucapakan terimakasih kepada RISTEK DIKTI atas penyelenggaraan Workshop yang sangat bermanfaat bagi kami seluruh peserta agar mampu menyusun Program Internasionalisasi Pendidikan sesuai dengan kondisi kampus masing-masing dan sesuai dengan output yang diinginkan pihak DIKTI. 36 Perguruan Tinggi yang hadir dan mengusulkan program akan diseleksi untuk memperoleh Hibah PKKUI Tahun 2017. Semoga perjuangan 3 jam di atas awan mendapatkan manfaat dan berkah.  

Jakarta, 11 April 2017 By Ana Sopanah

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun