Mohon tunggu...
Lyfe Artikel Utama

Quo Vadis Simposium Internasional PPI Dunia? Ajang Berdiskusi atau Ajang Plesiran?

30 Juli 2017   05:36 Diperbarui: 6 Agustus 2017   17:02 23853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 24 -- 26 Juli 2017 kemarin, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Dunia (PPI Dunia) melaksanakan hajat besarnya yaitu Simposium Internasional PPI Dunia. Simposium Internasioanl PPI Dunia ini sendiri dilaksanakan setiap tahun dan sebelumnya diadakan simposium di 3 kawasan yaitu Amerika-Eropa, Asia-Oceania, dan Timur Tengah-Afrika. Dan, Simposium Internasional PPI Dunia merupakan forum tertinggi PPI Dunia yang bertujuan untuk menentukan arah pergerakan PPI Dunia sebagai organisasi yang mewadahi perhimpunan pelajar Indonesia di luar negeri selama satu tahun kepengurusan mendatang.

Pada tahun ini, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Inggris (PPI UK) dipilih menjadi tuan rumah kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia dan University of Warwick, Inggris dipilih sebagai venuedari kegiatan tersebut. Kegiatan Simposium PPI Dunia ini dirangkai dengan kegiatan rutin dari PPI UK yakni Indonesian Scholars International Convention(ISIC). Dengan kerjasama dan koordinasi yang baik dalam kegiatan ISIC, PPI UK berhasil menghadirkan deretan pembicara-pembicara yang sangat menginspirasi, seperti Ibu Tri Rismaharani, Bapak Handry Satriago, Bapak Sudirman Said, Didiet Maulana dan Dian Pelangi. Sayangnya, kesukesan kegiatan ISIC 2017 oleh PPI UK tidak dibarengi dengan keberhasilan kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia oleh PPI Dunia.

Terhitung, sebanyak lebih dari 60 pelajar Indonesia dari penjuru dunia bertemu disini. Mereka merupakan perwakilan 28 PPI Negara dari total 55 PPI negara anggota PPI Dunia. Idealnya, kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari tersebut dapat mengeluarkan beberapa rekomendasi aksi untuk satu tahun kepengurusan PPI Dunia ke depan. Alih-alih fokus pada adu pemikiran mengenai rekomendasi aksi yang dapat digagas oleh PPI Dunia agar bisa berkontribusi untuk Indonesia, sebaliknya, para peserta delegasi disibukkan oleh pembicaraan akan jalan-jalan kemana setelah acara Simposium Internasional PPI Dunia selesai.

Hal lain yang semakin membuat prihatin adalah Simposium Internasional PPI Dunia tahun ini tidak menelurkan rekomendasi aksi atau pemikiran yang berbobot. Dapat dikatakan demikian mengingat pelaksanaan rapat komisi yang dimaksudkan untuk merumuskan rekomendasi aksi hanya berlangsung selama 10 menit. Tidak tepat waktu dan banyak mendiskusikan hal yang bertele-tele selama kegiatan menjadi faktor utama ketidakefektifan Simposium Internasional PPI Dunia tahun ini. 

Sebagai contoh, kami harus menunda/menskors kegiatan selama 1 jam karena tidak adanya alat palu sidang yang digunakan untuk mensahkan keputusan (mengetuk keputusan). Terkesan konyol, tapi itulah salah satu contoh hal yang tidak efektif dan tidak seyogyanya dilakukan pelajar Indonesia yang telah mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri.

Seperti yang saya sebutkan di atas, poin utama yang membuat hati ini semakin menahan luka nanar adalah untuk sebagian peserta delegasi, Simposium Internasional PPI Dunia ini diindikasi hanya dimanfaatkan untuk plesiran semata. Saya mengamati, percakapan yang sering muncul di grup Whatsapp para peserta delegasi adalah mengenai tur stadion sepakbola, tur Harry Potter, dan beberapa tur lainya bukan soal pemikiran apa yang bisa dihasilkan saat Simposium berlangsung. 

Andai saja Iwa Koesoemasoemantri, Achmad Soebardjo, Mohammad Hatta, dan Ali Sastroamidjojo keluar dari liang lahatnya, mungkin mereka akan menatap murka pemuda Indonesia yang merupakan pemuda-pemudi terbaik perwakilan setiap Negara yang menjadikan pertemuan ini hanyalah menjadi ajang plesiran belaka.

Sangat miris! Mengingat beberapa peserta delegasi dibiayai oleh KBRI masing-masing negara perwakilan. Perilaku-perilaku tidak sesuai ini tentunya tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh beberapa anggota DPR yang melaksanakan studi banding ke luar negeri tanpa tujuan yang jelas dan lebih mengutamakan kegiatan plesiran. Ya, beberapa anggota DPR yang sering kami kritik karena doyan menghamburkan uang negara dengan jumlah yang cukup besar. Seyogyanya, para peserta delegasi seharusnya lebih memfokuskan persiapan Simposium Internasional PPI Dunia ketimbang perencanaan plesiranselama di Inggris. Mengingat biaya ratusan juta yang degelontorkan untuk melaksanakan kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia ini.

Sepertinya, mungkin hanya plesiranlah yang ada di dalam benak mereka ketika pelaksanaan Simposium Internasional PPI Dunia ini. Sekali lagi mungkin sebagian orang akan membantahnya, tetapi pada kenyataannya dalam penentuan lokasi kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia tahun depan, jalan-jalan kemana menjadi salah satu highlight utamanya. Entah pertimbangan utama apa yang difikirkan para peserta sehingga mereka memutuskan untuk melaksanakan Simposium Internasional PPI Dunia tahun depan di Rusia. 

Mungkin karena Rusia adalah tuan rumah Piala Dunia tahun 2018 sehingga beberapa peserta delegasi berfikir bisa sekalian nonton pertandingan Piala Dunia dan gratis dibiayai oleh KBRI. Hal ini pun tertuang dalam estimasi biaya akomodasi yang ditawarkan oleh para peserta delegasi dari Rusia di mana komponen "Tiket World Cup 2018" dicantumkan dalam estimasi biaya akomodasi.

Entah apakah hal ini hanya lelucon belaka, tetapi menurut saya, sangatlah tidak pantas bagi pelajar untuk meletakan plesiransebagai salah satu pertimbangan melaksanakan kegiatan yang terhormat seperti Simposium Internasional PPI Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun