MALAM berkabut dan larut dalam alir darah di dadaku
renik nada dukacita luruh lembut ke dalam gendang telinga
suluh nurani menyusuri lorong gelap, singkap segala tirai absurd
Bunga malam patah, putik berhamburan diterpa amuk badai kepedihan
lalu pagi menangkap linang airmata dan mengisapnya tanpa sisa
tak ada embun berguguran sebab awan gagal menjelma siluet
Malam tak kunjung surut dalam secangkir sukacita di dadaku
renik irama mengalir lembut lewat telinga enyahkan sunyi hati
mengurai hakikat makna lewat desir simfoni ritmis di jiwa
Yogyakarta, 29 September 2015