Mohon tunggu...
Sulis Tiono
Sulis Tiono Mohon Tunggu... -

aku laki-laki..dari pegunungan Salem yang terdampar di Semarang..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Galau Man...

5 April 2012   05:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:01 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini menyambung tulisan saya kemarin di Kompasiana “Berani Tidak Katakan LP Bukan Sarang Narkoba?”, makin galau rasanya hati ini, melihat perkembangan pemberitaan tentang Wamenkumham tersebut. Tidak Cuma galau, miris dan takut setelah mengetahui pihak-pihak yang seharusnya mendorong dan memback up pemberantasan narkoba di negeri ini, justru ikut-ikutan menyerang Dendy Indrayana. Saya tidak kenal dengan Wamenkum, bahkan bertemu mukapun tidak pernah kecuali melihat tampangnya di layer kaca, tapi saya melihat dari auranya dia memiliki keinginan yang sangat kuat untuk membenahi LP-LP di tanah air dari kebobrokan, mulai dari pungli, penyalahgunaan fasilitas sampai tempat peredaran narkoba.

Keputusan Menkumham, Amir Syamsudin yang untuk sementara waktu membekukan MoU dengan BNN, patut disesalkan. Keputusan yang sangat reaktif dan menyesakkan hati siapa saja yang ingin Indonesia bebas narkoba. Saya tidak tahu, alasan kuat apa yang melandasi Menkumham mengeluarkan keputusan tersebut, tapi tidak berlebihan kalau saya bilang “kuat di duga ada tekanan terhadap Menkumham” baik dari dalam maupun luar institusi Kementerian Hukum & Ham. Jika ada satu anggota DPR yang masih bisa melihat persoalan ini dengan jernih berkata,” Ini bentuk kemenangan para bandar narkoba dan oknum di Kemenkum HAM yang terusik dengan terobosan-terobosan pemberantasan narkoba di penjara,"( Indra SH anggota Komisi IIIDPR) rasanya tidaklah belebihan.

Kita semua (termasuk mungkin mereka yang mengkritik tindakan Wamenkumham) tentu tidak ingin, Indonesia akan menyusul Kolombia dan Meksiko, dimana kartel narkoba “menguasai” negeri, yang membuat pemerintah kedua negara itu kewalahan menghadapinya. Jangan kaget, kalau nanti banyak anak-anak muda di negeri ini teler karena narkoba atau mayat bergelimpangan di pinggir jalan karena perang antar geng narkoba, atau bahkan wartawan dibunuh karena memberitakan Bandar/kartel narkoba. Bayangkan, nyawa akan mudah melayang dan uang miliaran rupiah yang seharusnya bisa digunakan untuk membangun Negara ini, terpaksa harus digunakan untuk membeayai perang melawan narkoba, seperti yang dialami dua negara di benua Amerika itu. Inikah yang kita inginkan?Ohh noooo…cukuplah Indonesia di obrak-abrik koruptor, politisi dan penegak hokum busuk, jangan di tambahi lagi oleh Bandar narkoba..rakyat bakal makin galau man…!!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun