Mohon tunggu...
Armin Mustamin Toputiri
Armin Mustamin Toputiri Mohon Tunggu... Politisi - pekerja politik

Menuliskan gagasan karena ada rekaman realitas yang menggayut di benak.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Papa Minta Helikopter

3 Desember 2015   18:57 Diperbarui: 3 Desember 2015   19:15 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Photo: merdeka/muhammad luthfi rahman"][/caption]Kisruh tarik tambang, upaya pemalakan saham PT Freeford yang ramai diplesetkan dengan istilah “Papa Minta Saham”, sampai saat ini belum juga mereda, tapi kini muncul lagi kisruh baru yang juga mulai ramai dibincangkan dengan plesetkan “Papa Minta Heli”. Plesetan itu berasal dari rencana pemerintah melalui TNI Angkatan Udara (AU) akan membeli helikopter mewah sebagai tunggangan baru bagi Presiden dan Wakil Pesiden RI, serta tamu negara.

Rencana pembelian helikopter VVIP jenis Agusta Westland AW-101 dimaksud, adalah untuk mengganti jenis helikopter Superpuma yang dioperasikan oleh Skuadron 17 VIP AU dimana selama ini bemarkas di Pangkalan Udara Utama Perdanakusuma, Jakarta Timur. Jenis AW-101 diproduksi oleh perusahaan kejasama Inggris dan Italia, sementara berjenis Superpuma adalah rakitan buatan perusahaan nasional, yakni oleh PT Dirgantara Indonesia di Bandung.

Helikopter jenis Agusta Westland AW-101, memang diakui sangat mewah tetapi jenis yang ini hanya empat Kepala Negara yang menggunakan, yaitu Nigeia, Saudi Arabia, Algeria, dan Turkmenitsan. Sementara jenis Superpuma yang dikenal kehandalannya, justru digunakan oleh 32 Kepala Negara. Pemerintah Amerika Serikat sendiri pernah memesan jenis AW-101 lalu dibatalkan. Sama halnya dengan pemerintah India yang kemudian berujung korupsi.

Lalu apa pertimbangan Kepala Staf AU,Marsekal TNI Agus Supriatna tetap saja ngotot ingin membeli helikoper jenis AW-101 yang harganya sungguh sangat mahal itu, apalagi kondisi perekonomian Indonesia masih sedang carut marut. Sederhana saja alasan Agus Supriatna, TNI AU ingin kenyamanan dan keselamatan petinggi negara terjaga dengan baik. Lebih dari itu, kelak TNI AU tidak ingin disalahkan seperti pengadaan alutsista periode sebelumnya.

Jika karena demi kenyamanan dan keselamatan petinggi negara terjaga baik, semua pihak pasti sepakat. Tapi kenapa TNI AU tidak memesan saja buatan PT Dirgantara Indonesia jenis Superpuma EC-225, selain dikenal handal juga harganya murah. Tapi Agus Supriatna malah balik menuding, jika PT Dirgantara Indonesia belum mampu memproduksi alutsista udara. Bahkan menyebut perusahaan nasional itu belum mampu membuat sayap pesawat terbang.

Namun seandainya Kepala Staf TNI AU itu tetap bertahan pada sikapnya, maka dirinya bakal berhadapan UU 16 Tahun 2012, tentang Industri Pertahanan, yang mana mengatur bahwa tidak dibenarkan membeli peralatan utama dari luar negeri, jika dalam negeri sudah mampu membuatnya. Dan PT Dirgantara Indonesia sendiri menyatakan kesanggupan memproduksi Superpuma EC-225 yang mampu menyamai kemewahan jenis Agusta Westland AW-101.

Kalaupun juga jika dalih Kepala Staf TNI AU untuk kenyamanan, serta keselamatan petinggi negara, Pesiden RI, Joko Widodo sendiri yang sedianya akan menggunakan helikoper jenis itu untuk blusukan ke daerah, telah menyampaikan bahwa dirinya lebih mengutamakan helikopter produk hasil karya anak bangsa sendiri. Lalu untuk apa dan buat siapa lagi AW-101 yang mahal itu tetap bertahan hendak dibeli. Buktinya, “Papa Tak Minta Helikopter” kan?.

Makassar, 03 Desember 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun