Mohon tunggu...
Bagas De
Bagas De Mohon Tunggu... -

Buruh sosial. Tinggal dan bekerja di Slovakia-Eropa Tengah. Aslinya, Anak Kampung, dari Nehi-Enoraen, ntt. Laman blog pribadi: www.confessionoflife21.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beda Orientasi Kuasa Politik Oposisi dan Jokowi

24 Agustus 2017   15:11 Diperbarui: 25 Agustus 2017   00:10 2854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: para tokoh pemimpin Indonesia melakukan foto bersama di istana negara pada upacara peringatan HUT ke-72 RI. | nasional.republika.co.id

Perang politik antar kekuatan oposisi dan pemerintah tidak lagi sepanas dan semenarik dulu. Padahal balapan politik lima tahunan periode kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden RI belum sampai titik finish.

Kubu oposisi tampaknya sedang didera rasa letih-lesu. Boleh jadi, kubu oposisi melemah-lelah karena tenaganya sudah dikuras habis-habisan semenjak pluit berbunyi tanda dimulainya roda demokrasi RI periode 2014-2019 di bawah kepemimpinan Jokowi. Rupanya, gagasan untuk 'menelikung' Jokowi di lintasan politiknya tidak semudah atau secepat aktus memesan semangkuk mie instan di warung-warung pinggir jalan.

Awal mula kubu oposisi lantang membusung dagu karena mampu menyabet semua kursi pimpinan DPR, MPR, dan ketua alat kelengkapan dewan, dan mereka pun berhasil dalam intrik pengesahan UU MD3.

Pada saat yang sama, beberapa kebijakan politik non-populer dari pemerintahan Jokowi, penghapusan subsidi disertai kenaikan harga BBM misalnya, banyak memberi keuntungan moral bagi disposisi politik kubu oposisi di mata masyarakat.

Dalam situasi politik yang demikian lahirlah syair-syair satirik semisal presiden ndeso - plonga plongo - klemer klemer dan sejenisnya demi menunjukkan sekaligus menjustifikasi persepsi tentang kedigdayaan kubu oposisi dan ketidakmampuan Jokowi memimpin bangsa ini, Indonesia.

Hampir tiga tahun sudah roda RI periode 2014-2019 bergerak di bawah komando Jokowi. Aksi politis saling tikung menelikung atau salib menyalib antara kubu oposisi dan kubu pemerintah layaknya drama berseri yang enggan tutup layar.

Ironisnya, dalam situasi politik yang demikian grafik persepsi tentang ketidakmampuan Jokowi memimpin bangsa berbalik pasang, sedang grafik persepsi tentang kedigdayaan kubu oposisi berlaku surut.

Susul menyusul antar Agus Harimurti Yudhoyono dan Susilo Bambang Yudhoyono dari kubu Cikeas ke Istana Negara pasca diplomasi Nasi Goreng, termasuk bubarnya kelompok Hizbut Tahrir Indonesia, seolah melengkapi laju surutnya kedigdayaan oposisi di bawah komando kubu Hambalang yang sudah diperoleh sebelumnya.

Jauh sebelumnya, kubu oposisi sudah 'ditinggal minggat' beberapa penyanggah utama kemasyuran politiknya. Sebut saja, misalnya, (1) Muhammad Riza Chalid dalam kisah Petral (Pertamina Energy Trading Limited), atau (2) PPP dan Golkar, termasuk PAN, yang berbalik mendukung pemerintah dalam cerita perpecahan Koalisi Merah Putih.

Kemudian berturut-turut menyusul: (4) kelompok-11, Kivlan Zen dkk. dalam cerita makar 212-nya dengan petugas keamanan, (5) Bos Perindo, Hary Tanoe, dalam cerita SMS-nya dengan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus, Yulianto, dan (6) Sang Imam Besar Front Pembela Islam, Rizieq Shihab, dalam cerita multikasusnya dengan para petugas hukum.

Mungkin untuk alasan-alasan di atas, kubu oposisi kemudian me-lengos marah dengan syair-syair rintihannya. Boleh jadi, deretan syair diktator kecil - abuser of power - doa penggemukan - kekuatan siluman dan sejenisnya merupakan cerminan keluh-tapal batas kubu oposisi atas sikap pemerintahan Jokowi yang 'tidak welas asih' terhadap lawan tanding politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun