Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Pesantren Kilat

11 Juni 2017   16:16 Diperbarui: 11 Juni 2017   16:26 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tapi pesantren Ramadhan. Kenapa? Sebab,  pesantren kilat kesannya menggambarkan waktu yang sangat singkat. Padahal belajar agama layaknya di pesantren itu membutuhkan waktu cukup lama. Saya teringat ungkapan KH Said Aqil Siradj, Ketua Umum PB NU ketika mengomentari fenomena sosial banyak orang yang gampang menyalahkan, membid'ahkan dan menyesatkan orang lain. Dikatakan, mereka adalah orang yang dangkal ilmu agamanya. Mereka mengenal ailf, ba' dan ta' di pesantren kilat.  Terlalu ceroboh dan berani mengkafirkan orang yang tak sependapat dengan mereka.

Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Adapun pesantren Ramadhan ialah salah satu kegiatan ekstrakurikuler sekolah guna memantapkan pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Kegiatan ditunjukkan bagi siswa yang beragama Islam dengan pola dan tata cara kehidupan pesantren yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah. Bedanya, mereka tak tinggal di sekolah selayaknya seorang santri.

Kegiatan pesantren Ramadhan meliputi pembelajaran tentang ilmu keagamaan, pelatihan berbagai amaliyah dalam ajaran Islam seperti pelaksanaan berbagai ibadah sunnah. Kemudian pembinaan dan penanaman lebih dalam tentang bagaimana seharusnya dalam bersikap, bertindak juga bertutur kata dalam kehidupan sehari-hari atau yang disebut dengan akhlak. Kegiatan pesantren Ramadhan tak memilki kurikulum khusus. Pelaksanaan sepenuhnya dirancang, direncanakan sendiri oleh  sekolah. Satu sekolah berbeda dengan sekolah lain. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan (Kemendikbud) hanya mengeluarkan aturan teknis secara umum.

Kegiatan pesantren Ramadhan selayaknya tidak sekadar agenda rutin sekolah dalam mengisi kegiatan pada bulan suci Ramadhan tapi dapat membawa manfaat bagi peserta didik. Diantaranya, untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kemudian memperdalam, memantapkan, dan meningkatkan penghayatan ajaran agama Islam khususnya tentang keimanan, ibadah, akhlak, dan Al quran.  Serta menerapkan dan mengamalkan ajaran Islam dam kehidupan sehari-hari dalam rangka membentuk mental spiritual yang tangguh, kokoh, dan mampu menghadapi tantangan-tantangan negatif, baik yang datang dari dirinya pribadi maupun dari luar dirinya.

Pada tahun ini, selama satu minggu berlalu sekolah saya telah menyelenggarakan pesantren Ramadhan. Khusus Ramadhan sekarang, saya (sebagai guru PAI) merombak beberapa materi dengan tujuan penyegaran dan menghindari rutinitas yang menjenuhkan peserta didik. Saya masukan tema perintah Allah yang pertama adalah membaca. Dari materi tersebut diharapkan penanaman sejak dini tentang kecintaan membaca anak didik. Bahwa membaca itu perintah agama. Membaca itu hukumnya wajib. Tapi kenapa kita tak merasa berdosa saat seharian tak membaca buku? Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan Pemerintah wajib direfresh terus. Tadarus Al Quran dalam bulan Ramadhan selayaknya dimaknai sebagai penegasan dan penguatan pentingnya membaca dalam ajaran Islam.

Ada juga materi qiroah atau tilawah. Yakni seni membaca Al Quran. Sebagai kitab suci, kita diperintahkan untuk menjadikannya sebagai pedoman hidup. Sebab itu, membaca dan  mempelajari lebih dalam maknanya adalah tuntutan sekaligus kewajiban. Al quran adalah mukjizat teragung nabi Muhamad SAW yang memilki banyak keistimewaan. Di antara keistimewaan Al Quran terdapat dalam bacaannya (qiroah). Cara membaca Al Quran bermuatan seni yang sangat indah. Seni membaca Al Quran itu disebut sebagai ilmu Qiroah atau Tilawah.

Materi Qiroah atau Tilawah disampaikan ke peserta didik bertujuan untuk menamkan kecintaan membaca Al Quran. Peserta didik wajib bisa membaca Al Quran secara baik dan benar. Jangan sampai ada satu peserta didik pun yang tak dapat membaca kitab suci umat Islam tersebut. Dari melek baca dikembangkan menjadi menguasai artinya sampai memahami makna dan kandungan Al Quran. Sehingga Al Quran sebagai pedoman hidup dengan mudah diwujudkan oleh anak-anak didik kita.

Ada lagi,  materi melukis ciptaan Allah. Materi tersebut menggabungkan dua hal. Tentang keagungan ciptaan Allah SWT dan pembelajaran seni lukis. Sesi ini sungguh menarik. Peserta didik dijelaskan bagaimana kehebatan ciptaan Allah SWT berupa alam semesta atau jagad raya. Setelah itu mereka diajak ke luar ruangan. Mereka diminta menggambar ciptaan Allah secara bebas. Bisa tanaman, pepohonan atau lainnya. Baik yang dilihatnya secara langsung maupun yang ada dalam imajinasi mereka. Terlihat kecerian mereka. Berpuasa rasanya tak menjadi penghalang bagi mereka untuk menuangkan gagasan, ide, dan imajinasi dalam kertas gambar. Alat lukis yang dibawah dari rumah berserakan di sekitar tempat duduk telah menggambarkan kreatifitas, bakat dan semua yang ada dalam pikiran mereka.

Sebagian tetap memilih absen

Namun demikian, tetap seja sebagian siswa memilih absen. Puasa dijadikan alasan untuk tidak berangkat ke sekolah. Jumlah yang absen lebih banyak dari hari-hari biasanya. Dan ini rasanya tak hanya peserta didlik saya. Di sekolah lain, situasinya juga sama. Bahkan ada sebagian mereka yang tak masuk sekolah selama Ramadhan. Anehnya, hal ini dimaklumi baik oleh orang tua siswa, juga sebagian guru. Sebab, begitulah kondisi sekolah saat berpuasa dari tahun ke tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun