Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Kunci Hidup Sukses

10 Maret 2020   10:55 Diperbarui: 10 Maret 2020   12:34 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebahagian menjadi tujuan setiap orang. Siapa pun, memimpikannya. Diantara yang menyebabkan kebahagian seseorang adalah kesuksesan dalam hidup. Sukses adalah terwujudnya apa yang kita inginkan. Seorang pelajar manakalah dinyatakan lulus sekolah dianggap sukses. Sebab itulah yang dia inginkan. 

Pedagang saat memperoleh labah besar, usahanya bemkembang dia sukses. Bukankah itu yang  dikejar. Begitulah kesuksesan. Hanya tujuan orang berbeda, sehingga ukuran sukses pun jadi berbeda-beda. Bagi pengusaha mungkin kesuksesan selalu dikaitkan dengan materi. Para politisi merasa sukses manakala menduduki jabatan yang diinginkan. Tapi kesuksesan itu tak selalu bersifat materi. Ada kesuksesan yang imateri.

Seorang ibu menyaksikan anaknya menjadi walikota dia menangis. Bahagia tak terhingga. Kebahagiannya bukan karena materi yang didapat tapi semata-mata karena rasa haru. Bahwa anak yang dilahirkan, dibesar, didiik selama ini berhasil menjadi orang yang membawa manfaat bagi orang lain. Ini kesuksesan imateri. Kesuksesan imateri sulit diukur. Kebahagiannya kadang bisa melebihi kebahagian yang disebabkan hal-hal bersifat materi.

Sukses merupakan dambaan setiap orang. Tak ada satu orang pun yang menginginkan kegagalan. Untuk mencapai kesuksesan septutnya anda terlebih dahulu memilki tujuan hidup (gool setting). Sebab jika tak memiliki tujuan seorang akan menjadi pasif. Hidupnya mengalir. Tapi tak sedikit orang tak memiliki tujuan dalam hidup. Bagi mereka tentu susah memperoleh kesuksesan. Sebab bagaimana mengukur kesuksesan jika tak ada yang diinginkan? Mereka akhirnya hanya menjadi penonton, menyaksikan kesuksesan orang lain.

Mengejar apa yang diinginkan mendorong seseorang bisa melakukan apa saja. Tidak sedikit yang menghalalkan segala cara. Merampas hak orang. Sikat-sikut teman, saudara, atau orang yang tak dikenal. Tentu ini tak patut. Tak perlu dilakukan. Mengejar kesuksesan itu memang hak seseorang. Maka kejarlah kesuksesan dengan wajar. Menjujug tinggi nilai-nilai luhur seperti sportifitas, kejujuran, tanggungjawab dan lainya.

Bagaimana mengejar sukses

 Guna mengejar sukses, menurut hemat saya ada beberapa hal yang kudu dipahami, dilakukan. Pertama, ikhtiar atau usaha. Ikhtiar berasal dari bahasa Arab yang artinya memilih. Ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang di kehendakinya. orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses.

Jadi manusia tak boleh diam. Harus bergerak. Tak boleh berpangku tangan. Gerak adalah simbol kehidupan. Sebaliknya, diam adalah tanda kematian. Berusahalah semaksimal mungkin. Dalam ikhtiar dibutuhkan ilmu pengetahuan. Seorang petani, ia wajib menguasai ilmu pertanian guna menopang usahanya dalam bertani. Demikian dengan usaha yang lain. Kemudian ikhtiar juga membutuhkan etos kerja.  Menurut Sukardewi (2013), ikhtiar adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja. Ikhtiar juga keseriusan. Dalam pepatah Arab, man jadda wajada. Barang siapa yang serius berusaha ia akan berhasil.

Kedua, doa. Usaha wajib diiringi dengan doa,  memohon kepada Allah SWT. Sebagai hamba manusia butuh sandaran yang memberinya kekuatan lahir dan batin. Sebab manusia itu lemah. Tidak bisa berdiri di atas kaklinya sendiri. Dan Allah yang maha segala adalah sandaran yang tepat bagi makhluk lemah  seperti manusia. Doa akan menghadirkan spirit baru. Semangat baru. Mendatangkan kepercayaan dan keyakinan.

Ketiga, tawakal. Berasal dari bahasa Arab yang artinya mewakilkan,  menyerahkan atau pasrah. Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai menyandarkan diri kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.

Setelah berusaha yang diiringi doa  hasilnya dipasrahkan kepada Allah. Tapi ada sebagian orang salah memahami arti tawakal. Ia beranggapan bahwa segalanya ditentukan dan diputuskan oleh Allah. Sehingga manusia hanya bisa pasrah. Tak usaha. Tidak mau ikhtiar. Hanya menunggu keputusan atau takdir Allah. Ini salah. Ada riwayat, di zaman nabi Muhammad SAW ada seorang sahabat keluar dari masjid mengeluh dan mengaduh kepada rasulullah.  Ia mengaku ontanya hilang. Nabi SAW menanyakan, engkau ikat di mana ontamu? Tak aku ikat di bawah pohon kurma itu, jawabnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda, Ikatlah baru engkau tawakal. Dari riwayat ini disimpulkan bahwa tawakal itu harus diawali dengan usaha atau ikhtiar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun