Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadhan-Idulfitri Merah Putih dan Mudik Kebangsaan

6 Juni 2019   13:15 Diperbarui: 6 Juni 2019   13:26 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: borobudurnews.com

Ramadhan-Idul Fitri Merah Putih.

Umat Islam di Indonesia bisa dikatakan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan Umat Islam yang berada di negara-negara lain di dunia. Umat Islam Indonesai lebih kental dengan Keindonesiaannya. Hal ini bisa dengan mudah dilihat terutama saat bulan puasa dan suasana Idul Fitri atau lebaran.

Saat akan memulai bulan Puasa dan penetapan Idul Fitri, kadangkala diwarnai dengan adanya perbedaan-perbedaan. Bukan hanya perbedaan mencolok yang terjadi antara NU dan Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan terbesar di Indonesia. Tapi juga banyak perbedaan lainnya yang lebih kecil di daerah-daerah tertentu yang waktunya bisa berbeda 2 hingga 3 hari.

Tapi semua itu tidak menjadi penyebab untuk saling mencaci-maki hingga bermusuhan lalu saling menyakiti dan menghancurkan. Meskipun berbeda suku, berbeda bahasa, dan lainnya, hingga walaupun seagama Islam tetap ada perbedaan penetapan awal puasa dan Idul Fitri, namun semua itu bukanlah menjadi masalah yang dibesar-besarkan untuk dibentur-benturkan. Hal seperti ini belum tentu bisa terjadi di kawasan timur tengah sana. Padahal secara umum berasal dari etnis dan bahasa yang sama.   

Demikian juga dengan kehidupan yang berbeda agama saat bulan Puasa. Tidak ada perubahan dan perbedaan berarti dalam kehidupan sehari-hari. Semuanya aman, tentram dan damai. Meskipun berbeda agama dan tradisi, namun tidak menghalangi aktivitas sehari-hari. Bahkan masing-masing yang berbeda itu saling membantu untuk melancarkan pelaksanaan dan perayaan agama dari saudara sebangsa dan setanah air Indonesia.  

Orang Kristen menyediakan takjil buka puasa, mempersilahan wudhu di tempatnya, tak keberatan halamannya dijadikan tempat parkir hingga tempat ibadah adalah hal yang lumrah. Demikian juga orang Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan lainnya juga tak perlu diragukan lagi akan melakukan hal yang sama pada umat Islam. Demikian juga sebaliknya, orang Islam tidak akan berpikir dua kali untuk membantu umat agama lainnya seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan lainnya untuk menjaga keamanan, melancarkan ibadah ataupun perayaan agama.

Memang masih ada beberapa peristiwa intoleransi yang terjadi secara sporadis. Namun hal tersebut adalah kejadian minoritas bahkan seujung kuku dari mayoritas toleransi seluar tanah, air dan samudera di Indonesia Raya. Ini menjadi tantangan sekaligus ujian bersama untuk bersama-sama merawat kebhinekaan Indonesia yang Tunggal dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, agar bisa diwariskan di masa depan anak, cucu dan cicit kita.  

Mudik Kebangsaan. 

Keunikan lainnya di Indonesia dalam rangkaian Ramadhan-Idul Fitri adalah adanya aksi kolosal yaitu mudik. Bisa dikatakan mayoritas orang Indonesia melakukan mudik bersama-sama dalam periode hari libur Idul Fitri. Uniknya, yang mudik bukan hanya yang beragama Islam saja. Umat agama lain pun tak ketinggalan melakukan mudik ke kampung halamannya.

Hal yang relatif sama juga terjadi kala libur perayaan Natal umat Kristen/Katolik. Termasuk hari libur perayaan agama lainnya, meskipun tidak semasif Idul Fitri. Yang membedakan agak mencolok adalah durasi atau lamanya liburan saja. Secara umum, setiap orang di Indonesia akan menyempatkan diri untuk pulang kampung apabila ada kesempatan yang memungkinkan.

Peristiwa mudik ini secara tidak langsung menunjukkan besarnya kecintaan rakyat Indonesia kepada tanah airnya. Dari kota besar semacam Jakarta atau kota-kota besar lainnya, banyak yang mudik melakukan perjalanan jauh ke berbagai daerah sudut bahkan terpelosok dan terpencil. Segala upaua dan biaya dikerahkan hanya demi bisa bersama orang-orang tercinta, atau tanah kelahiran yang berada nun jauh disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun