Mohon tunggu...
Ellys Utami Purwandari
Ellys Utami Purwandari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Pecinta travelling, fotografi, dan masih terus belajar dalam menulis. Mimpi terbesar adalah ingin menimba pengalaman dari berbagai belahan dunia. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hongkong, Tak Habis Dalam 4 Hari (part 2)

9 Februari 2011   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46 8693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_88228" align="aligncenter" width="552" caption="Disneyland, Hongkong"][/caption] Hongkong hari Pertama Tidur berlima (2 orang dewasa, 1 anak remaja, dan 2 anak-anak) di kamar hotel yang seharusnya hanya berisi 2 orang. Hhhmmm... bisa dibayangkan bagaimana mengatur posisi tidur biar punggung tidak sakit pas bangun keesokan harinya. Syukurlah kami bisa tidur nyenyak (karena kecapekan) dan bangun pagi dengan fit. Sengaja saya membawa vitamin C dari rumah, untuk menjaga stamina terutama anak-anak ditengah musim dingin yang tidak biasa seperti di Indonesia. Walaupun suhu udara waktu itu tidak ekstrim, hanya pada kisaran 10 - 18 derajat celcius (saya rasa seperti udara di pegunungan, sejuk). Soal makan, sejak hari pertama kami makan burger untuk sarapan, fried chicken untuk makan malamnya (kami pilih aman jadi menu restaurant cepat saji seperti Mc Donald dan KFC jadi pilihan), makan siang di Disneyland (karena kebetulan masih di sana). Hari pertama kami rencanakan pergi ke Disneyland. Sebelumnya sih sudah dinegoisasikan dengan anak-anak berhubung pergi ke Hongkong kan tujuannya menyenangkan anak-anak. Mereka harus pilih salah satu dari 2 tempat hiburan terkenal di Hongkong, Disneyland atau Ocean Park karena tiket masuk ke sana lumayan mahal kalau dikalikan 5 (hehehe...). Pilihan mereka jatuh pada Disneyland, pertimbangannya karena di Indonesia nggak ada Disneyland, kalau Ocean Park kan mirip dengan Dufan di Jakarta. Kalau kita ke Hongkong dengan membawa keluarga, lebih praktis pergi ke mana-mana kita pakai taxi karena kalau dibandingkan dengan naik MTR jatuhnya sama saja atau bahkan lebih mahal. Dari Kowloon ke Disneyland ongkos taxinya sekitar 150 HKD. Tiket masuk Disneyland, 350 HKD untuk dewasa dan 250 HKD untuk anak-anak (3-11 th). Kalau ingin puas keliling Disneyland sebaiknya pergi ke sana pagi-pagi. Loket buka jam 9.00 pagi. Kalau mau keliling sampai malam juga nggak apa-apa asal kakinya kuat jalan hehehe... [caption id="attachment_88079" align="aligncenter" width="427" caption="Karakter kartun favorit anak-anak semua ada di sini.. (dok. pribadi)"]

1297170014233434119
1297170014233434119
[/caption] [caption id="attachment_88082" align="aligncenter" width="432" caption="MTRpun bernuansa Mickey Mouse karakter ikon Disneyland (dok.pribadi)"]
12971707111523058451
12971707111523058451
[/caption] Waktu itu kami keliling sampai jam 15.00, dan balik ke Kowloon kami coba naik MTR turun di Mongkok station. Katanya di Mongkok itu tempat belanja. Wahhh... perlu juga dijelajahi. Ada untungnya jalan-jalan di Hongkong pada saat winter,  tubuh tidak memproduksi keringat.Jalan kaki juga tidak terasa capek.

[caption id="attachment_88090" align="aligncenter" width="441" caption="Suasana Soy Street di daerah Mongkok (dok. pribadi)"]

1297172085690677019
1297172085690677019
[/caption]

Kalau hobi belanja barang elekronik di sini tempatnya, banyak toko-toko elektronik di sepanjang jalan di Mongkok. Harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga barang sejenis di Indonesia. Sebagai contohnya, saya beli digital kamera merk SONY NEX-3A (baru release Juni 2010) seharga 3.890 HKD (sekitar 4.650.000 IDR) ditambah berbagai macam bonus seperti tripod, camera case, card reader, dll tergantung pinter-pinternya kita nego sama yang jual. Garansinya juga resmi. Di Jakarta harga kamera dengan merk dan tipe yang sama masih sekitar 6,5 juta-an IDR. Cukup menggiurkan yaa...

Hongkong Hari ke 2

[caption id="attachment_88197" align="alignleft" width="240" caption="Pemandangan Hongkong dari atas ferry"]

12972271011758950176
12972271011758950176
[/caption] Hari ke 2 kami rencanakan pergi ke tempat paling wajib dikunjungi kalau ke Hongkong, The Peak dan museum Madame Tussaud. Malamnya kami ingin menyaksikan harmony of light (permainan sinar laser di atas gedung2 di Hongkong Island) yang bisa di lihat di pinggir pantai Avenue of Stars, Tsim Sha Tsui.

Untuk menuju The Peak, dari Kowloon sebenarnya kita bisa naik taxi atau MTR langsung ke pulau Hongkong melewati terowongan bawah laut. Tapi kami memutuskan naik ferry dari Tsim Sha Tsui menuju Wancai (yang benar sih ke Central, karena lebih dekat The Peak tower). Untuk bisa ke Peak Terrace kita naik Peak Tram. Tram ini unik, relnya miring dan kemiringannya hampir 45 derajat (ngeri juga yaa...). Untuk tiket, lebih murah kita beli paket combo yaitu return peak tram + sky terrace + madame Tussaud per orang dewasa 215 HKD dan anak-anak (3-11 th) 115 HKD.

[caption id="attachment_88195" align="aligncenter" width="454" caption="The Peak Tower (dok. pribadi)"]

12972269352131310644
12972269352131310644
[/caption] [caption id="attachment_88189" align="aligncenter" width="454" caption="Pemandangan dari peak tram (dok. pribadi)"]
1297226336229775845
1297226336229775845
[/caption] [caption id="attachment_88199" align="aligncenter" width="459" caption="Museum patung lilin Madame Tusssauds, Hongkong (dok.pribadi)"]
12972272711546272280
12972272711546272280
[/caption] Jangan terburu-buru turun dari The Peak, karena batas waktu kunjungan sampai jam 24.00. Biasanya The Peak rame sekitar sore hari, karena pemandangan gedung-gedung itu akan tampak menakjubkan dengan lampu-lampunya. Tapi saya turun setelah sekitar 4 jam berada di atas. Dan kembali ke Kowloon dengan menumpang ferry lagi. Hal yang susah dicari di Hongkong selain makanan halal adalah toilet umum. Karena musim dingin, keinginan untuk buang air kecil menjadi lebih sering. Jadi, sebentar-sebentar harus cari toilet padahal tidak mudah mencarinya, jadi harus sering menahannya sambil keliling, cari toilet umum hehehe... [caption id="attachment_88203" align="alignleft" width="252" caption="suasana Nathan Road, tanggal 24 Desember (dok. pribadi)"]
12972294201787434146
12972294201787434146
[/caption] Malamnya kami jalan di seputaran Nathan Road (seperti Orchard Road di Singapura) sambil menunggu  pertunjukan simphony of light dari pinggiran avenue of stars. Di Nathan Road kami  menyaksikan tumpah ruahnya manusia di sepanjang jalan raya (karena jalanan ditutup untuk kendaraan saat malam natal).Tapi kebetulan kami sampai di sana pada saat maghrib, kami sholat di masjid Kowloon dan bertemu banyak orang Indonesia di sana. Semua orang seperti keluar dari rumahnya, karena jalan benar-benar dipenuhi manusia. Tempat-tempat makan juga penuh, jadi mesti sabar ngantri. Seperti biasanya menu makan malam kami kali ini fish burger, chicken burger.. (pilih yang aman). Menunggu pertunjukan symphony of light sampai jam menunjukkan pukul 20.30, dan kami agak kecewa karena  sampai jam 21.00 yang ditunggu-tunggu tidak juga muncul. Tapi lumayanlah bisa ambil gambar pemandangan Hongkong Island malam hari.

[caption id="attachment_88212" align="aligncenter" width="496" caption="Biasanya pertunjukan sinar lasernya (symphony of light) dari gedung-gedung itu. (dok. pribadi) "]

1297231951568450196
1297231951568450196
[/caption] Hongkong hari ke-3

Hari ke-3 di Hongkong, kami hanya merencanakan keliling Mongkok, ke ladies market dan  window shopping. Ladies market tempat belanja souvenir Hongkong, kalau pinter nawar bakalan dapet harga murah (sekali).

Sengaja berangkatnya agak siang karena kaki masih terasa capek sisa perjalanan kami hari ke-2 kemarin. Hari ke-3 perut sudah meraung-raung pengen makan nasi.. 2 hari tidak makan nasi membuat kami (agak) tersiksa, maklum perut Indonesia hehehe.........

Di jalan, saya iseng bertanya pada seorang perempuan yang bisa kami pastikan orang Indonesia, "Mbak, di mana ya tempat makan nasi yang halal?  sudah 2 hari makan roti terus niihh.." Si Mbak langsung dengan sigap mengantarkan kami, sambil bilang, "warungnya kecil, bukan seperti restaurant tapi masakan Indonesia." Ahh, no problem buat kami.. yang penting makan nasi, syukur kalo makanan Indonesia. Urusan makanan memang hal yang paling sensitif kalau kita di luar negeri. Selera Indonesia tidak mungkin di hilangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun