[caption id="attachment_88228" align="aligncenter" width="552" caption="Disneyland, Hongkong"][/caption] Hongkong hari Pertama Tidur berlima (2 orang dewasa, 1 anak remaja, dan 2 anak-anak) di kamar hotel yang seharusnya hanya berisi 2 orang. Hhhmmm... bisa dibayangkan bagaimana mengatur posisi tidur biar punggung tidak sakit pas bangun keesokan harinya. Syukurlah kami bisa tidur nyenyak (karena kecapekan) dan bangun pagi dengan fit. Sengaja saya membawa vitamin C dari rumah, untuk menjaga stamina terutama anak-anak ditengah musim dingin yang tidak biasa seperti di Indonesia. Walaupun suhu udara waktu itu tidak ekstrim, hanya pada kisaran 10 - 18 derajat celcius (saya rasa seperti udara di pegunungan, sejuk). Soal makan, sejak hari pertama kami makan burger untuk sarapan, fried chicken untuk makan malamnya (kami pilih aman jadi menu restaurant cepat saji seperti Mc Donald dan KFC jadi pilihan), makan siang di Disneyland (karena kebetulan masih di sana). Hari pertama kami rencanakan pergi ke Disneyland. Sebelumnya sih sudah dinegoisasikan dengan anak-anak berhubung pergi ke Hongkong kan tujuannya menyenangkan anak-anak. Mereka harus pilih salah satu dari 2 tempat hiburan terkenal di Hongkong, Disneyland atau Ocean Park karena tiket masuk ke sana lumayan mahal kalau dikalikan 5 (hehehe...). Pilihan mereka jatuh pada Disneyland, pertimbangannya karena di Indonesia nggak ada Disneyland, kalau Ocean Park kan mirip dengan Dufan di Jakarta. Kalau kita ke Hongkong dengan membawa keluarga, lebih praktis pergi ke mana-mana kita pakai taxi karena kalau dibandingkan dengan naik MTR jatuhnya sama saja atau bahkan lebih mahal. Dari Kowloon ke Disneyland ongkos taxinya sekitar 150 HKD. Tiket masuk Disneyland, 350 HKD untuk dewasa dan 250 HKD untuk anak-anak (3-11 th). Kalau ingin puas keliling Disneyland sebaiknya pergi ke sana pagi-pagi. Loket buka jam 9.00 pagi. Kalau mau keliling sampai malam juga nggak apa-apa asal kakinya kuat jalan hehehe... [caption id="attachment_88079" align="aligncenter" width="427" caption="Karakter kartun favorit anak-anak semua ada di sini.. (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_88090" align="aligncenter" width="441" caption="Suasana Soy Street di daerah Mongkok (dok. pribadi)"]
Kalau hobi belanja barang elekronik di sini tempatnya, banyak toko-toko elektronik di sepanjang jalan di Mongkok. Harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga barang sejenis di Indonesia. Sebagai contohnya, saya beli digital kamera merk SONY NEX-3A (baru release Juni 2010) seharga 3.890 HKD (sekitar 4.650.000 IDR) ditambah berbagai macam bonus seperti tripod, camera case, card reader, dll tergantung pinter-pinternya kita nego sama yang jual. Garansinya juga resmi. Di Jakarta harga kamera dengan merk dan tipe yang sama masih sekitar 6,5 juta-an IDR. Cukup menggiurkan yaa...
Hongkong Hari ke 2
[caption id="attachment_88197" align="alignleft" width="240" caption="Pemandangan Hongkong dari atas ferry"]
Untuk menuju The Peak, dari Kowloon sebenarnya kita bisa naik taxi atau MTR langsung ke pulau Hongkong melewati terowongan bawah laut. Tapi kami memutuskan naik ferry dari Tsim Sha Tsui menuju Wancai (yang benar sih ke Central, karena lebih dekat The Peak tower). Untuk bisa ke Peak Terrace kita naik Peak Tram. Tram ini unik, relnya miring dan kemiringannya hampir 45 derajat (ngeri juga yaa...). Untuk tiket, lebih murah kita beli paket combo yaitu return peak tram + sky terrace + madame Tussaud per orang dewasa 215 HKD dan anak-anak (3-11 th) 115 HKD.
[caption id="attachment_88195" align="aligncenter" width="454" caption="The Peak Tower (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_88212" align="aligncenter" width="496" caption="Biasanya pertunjukan sinar lasernya (symphony of light) dari gedung-gedung itu. (dok. pribadi) "]
Hari ke-3 di Hongkong, kami hanya merencanakan keliling Mongkok, ke ladies market dan window shopping. Ladies market tempat belanja souvenir Hongkong, kalau pinter nawar bakalan dapet harga murah (sekali).
Sengaja berangkatnya agak siang karena kaki masih terasa capek sisa perjalanan kami hari ke-2 kemarin. Hari ke-3 perut sudah meraung-raung pengen makan nasi.. 2 hari tidak makan nasi membuat kami (agak) tersiksa, maklum perut Indonesia hehehe.........
Di jalan, saya iseng bertanya pada seorang perempuan yang bisa kami pastikan orang Indonesia, "Mbak, di mana ya tempat makan nasi yang halal? sudah 2 hari makan roti terus niihh.." Si Mbak langsung dengan sigap mengantarkan kami, sambil bilang, "warungnya kecil, bukan seperti restaurant tapi masakan Indonesia." Ahh, no problem buat kami.. yang penting makan nasi, syukur kalo makanan Indonesia. Urusan makanan memang hal yang paling sensitif kalau kita di luar negeri. Selera Indonesia tidak mungkin di hilangkan.