Mohon tunggu...
Amelia Zaneta
Amelia Zaneta Mohon Tunggu... -

Me; loves eat but never get more than 45kg / a quite serious person in real life but witty in her writing / still try her best to be more independent / love to laugh / never understand why people love football / book lovers /

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembagian Kerja Secara Seksual (Gender)

23 Desember 2010   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:27 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak awal ide mengenai gender muncul ke permukaan, salah satu tuntutan para para aktivis yang paling sering disuarakan ialah adanya kesetaraan antara pria dan wanita dalam lingkup pekerjaan. Artinya, bila seorang pria yang menjabat sebagai manajer, memperoleh 20 juta, maka seorang wanita juga harus memperoleh angka yang sama. Permasalahannya adalah, bahkan sampai dengan saat ini, banyak negara yang tidak bersikap adil. Seorang pekerja perempuan, dianggap tidak memliki beban seberat pria yang notabenenya dianggap sebagai kepala rumah tangga, yang bertanggung jawab mencari nafkah bagi keluarganya. Jadi tentu saja seorang pria memerlukan pendapatan yang lebih besar. Sedangkan pendapatan seorang istri, hanya dianggap sebagai “pendapatan lebih” dalam sebuah keluarga, karena ia masih mempunyai suami, maka ia tidak harus memperoleh bayaran yang sama dengan rekan kerjanya yang pria.

Kekeliruan pemikiran seperti ini yang membuat Indonesia belum bisa menjadi negara yang menghormati hak-hak wanita. Karena diskriminasi gender yang ada dibentuk secara strutural, dan negara memberikan ”lampu hijau”-nya mengenai hal tersebut. Diskriminasi gender juga diperlihatkan pada jumlah pembayaran pajak yang di bebankan kepada wanita lebih besar dbandingkan pria.

Beberapa teori menyebutkan bahwa antara wanita dan pria terdapat perbedaan yang sangat signifikan, mulai dari cara mereka berpikir, pengambilan keputusan, kualitas bekerja, dsb. Hal inilah yang menyebabkan pria dianggap lebih tepat dalam bekerja diluar rumah. Sedangkan tempat bekerja wanita, adalah dirumahnya, dengan anak-anaknya.

Dalam teori nature, perbedaan psikologis antara pria dan wanita disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang membentuk keduanya. Sedangkan dalam teori nurture, perbedaan ini muncul karena dibnetuk oleh lingkungan tempat dimana mereka dibesarkan.

Menurut Aristoteles, wanita adalah adalah laki-laki yang tidak lengkap. Sedangkan menurut Schopenhauer, Wanita dalam segala hal terbelakang, tidak memiliki kesanggupan untuk berpikir dan berefleksi..posisinyaada diantara laki-laki dewasa yang merupakan manusia sesungguhnya dan anak-anak pada akhirnya wanita diciptakan hanya untuk mengembangkan keturunan. Menurut Frederick Engles, pembagian kerja secara seksual memang bersifat timbal balik sebelum laki-laki mengambil alih kekuasaan, pekerjaan didalam maupun diluar rumah tangga sama saja, keduanya tidak akan membuat keadaan yang bekerja di dalm maupun diluar lebih kaya dari yang lainnya. Namun ketimpangan terjadi pada saat pekerjaan diluar rumah memberikan kekayaan yang tidak seimbang dengan pekerjaan yang didalam rumah. Hal inilah yang kemudian menjadikan pria berada dalam posisi yang lebih kuat dalam masyarakat, sedangkan wanita menjadi lebih lemah.

Kesalahan persepsi mengenai perempuan inilah yang mungkin menjadi alasan lambatnya perkembangan di beberapa negara, atau bahkan kegagalan dalam berkembang, seperti yang terjadi pada kebanyakan negara di Afrika.

Pada beberapa tahun yang lalu, seluruh pemimpin di dunia berkumpul dan sepakat untuk mengurangi kemiskinan setengahnya dari yang ada pada saat ini. Proyek ini disebut dengan MDGs / Milenium Development Goals, yang di-setting untuk dicapai pada tahun 2015. Salah satu target dalam MDGs adalah menciptakan kesetaraan gender, yang artinya mengikut sertakan wanita dalam rangka pembagunan negara adalah suatu plihan yang baik.

Jadi, apakah wanita tidak lebih dapat diandalkan ketimbang pria? You really need to think twice.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun