Reshuffle KIB Jilid II yang digelar Presiden SBY beberapa hari lalu menuai kritik dan respon negatif dari publik karena dianggap tidak mampu menjawab atau mengobati penyakit besar yang ada di pemerintahan, terutama demi melakukan percepatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, pemberantasan korupsi dan efisiensi serta reformasi  birokrasi. Reshuflle Kabinet lebih mencerminkan terjadinya politik dagang sapi baru demi memperkokoh status quo kekuasan hingga tahun 2014.
Reshuffle Kabinet juga tidak menjawab tuntutan aspirasi publik tentang agenda pemberantasan korupsi karena ada 2 Menteri yaitu Menpora dan Menakaertrans yang tidak mampu menjaga institusinya dari aksi kasat mata korupsi dan diduga terkait dengan masalah didalamnya. Demi kepentingan keseimbangan politik, Presiden SBY tampaknya lebih memilih 'tutup mata' terhadap persoalan yang telah membuat kegaduhan politik berbulan-bulan ini dan sempat mendegradasi kredibilitasnya.
Ditengah sikap apatis dan pesimis masyarakat, ternyata publik masih sedikit menaruh 'harapan' ketika sosok Dahlan Iskan (Dirut PLN) dianggkat menjadi Menteri BUMN. Namun secercah sinar harapan itu diyakini t tidak mampu mencerahkan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki tumpukan persoalan sangat kompleks.
Kompleksnya persoalan berbangsa dan hampir menyeluruh dalam segala aspek kehidupan itulah yang tidak dijadikan dasar bagi Presiden SBY untuk membenahi Kabinetnya. Dahlan Iskan yang mampu menumbuhkan optimisme publik ternyata hanya diserahi tugas sebagai Menteri BUMN yang wilayah teritorialnya sungguh masih sangat terbatas.
Sebagai Menteri BUMN bagi Dahlan Iskan tentu bukan menjadi tantangan ekstra berat yang harus dihadapi mengingat rekam jejaknya yang brilian dalam memimpin ratusan peruasahaan Swasta meski dengan kondisi dan dengan modal yang sangat terbatas. Kisah sukses Dahlan Iskan membangun kerajaan Bisnis Media Jawa Pos dan menyehatkan PLN dalam tempo yang relatif singkat adalah modal sangat besar untuk memberi tugas yang lebih menantang, jauh diatas sekedar menjadi Menteri BUMN.
Dalam konteks inilah Presiden SBY terlihat tidak paham dan kurang cerdas dalam membaca potensi Dahlan Iskan serta sekaligus memberikan tugas yang lebih besar dan menantang. Presiden SBY mestinya memberikan posisi kepada Dahlan Iskan sebagai   CEO pemerintahannnya atau mengangkatnya sebagai Perdana Menteri (PM).
Kelas Dahlan Iskan Mestinya Perdana Menteri, Bukan sekedar Menteri BUMN yang memiliki peran dan posisi sangat terbatas untuk melakukan recovery dan akselerasi (percepatan) pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara. Tidak mungkin akselerasi pemerintahan SBY ini dapat terwujud jika yang berhasil adalah hanya di sektor  BUMN saja, sementara birokrasi tetap lamban, berjiwa elitis dan syarat dengan guritas korupsi yang hingga kini tidak pernah tahu arah penyelesaian yang sesungguhnya.
Ada beberapa alasan yang mestinya Presiden SBY bisa menempatkan Dahlan Iskan sebagai Perdana menteri;
1. Bahwa Presiden SBY dan Wapres Boediono memiliki karakter yang sama yaitu cenderung sangat hati-hati, lamban dan keduanya selalu tampil sebagai 'pengerem'. Dengan karakter seperti maka sangat sulit akselerasi sektor kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi sulit diwujudkan karena pucuk pimpinan nasional dikendalikan oleh figur-figur yang kurang berani melakukan eksekusi.
2. Dahlan Iskan adalah tife pekerja tulen dan tidak pernah bersentuhan dengan kekuatan politik praktis manapun juga. Dahlan    Iskan selama ini tidak memiliki orientasi  (pamrih) kekuasaan politik sehingga diyakini tidak akan menelikung kekuasaan SBY, terkeculi lebih membantunya untuk menggenjot kearah akselerasi pembangunan dalam segala bidang sehingga tidak hanya mandek dalam dataran reorika semata.
3. Dahlan Iskan bukanlah tife orang yang senang bersolek ciutra dan mencari popularitas politik. Tokoh seperti ini adalah yang dapat menutupi kekurangan Presiden SBY yang selalu dituduh sebagai pemimpin yang suka bersolek citra. Dahlan Iskan tak butuh Citra, popularitas, protokoler, berbagai fasilitas mewah karena semuanya telah dimiliki dan dilampauinya sehinggfa dirinya dapat fokus Kerja.., kerja... dan kerja...