Mohon tunggu...
Al-Kalam
Al-Kalam Mohon Tunggu... -

Seperti Bintang, Menawan dari genangan air, atau Layaknya Asap, semakin tinggi semakin tiada keberadaannya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Relevansi Imam Sholat dengan Seorang Pemimpin

26 Juli 2017   07:27 Diperbarui: 26 Juli 2017   08:37 3597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh : M.Furqon Al-Kalam

Oleh : M.Furqon Al-Kalam

(Anggota Persatuan Muballigh Batam)

"Sholat adalah tiang agama" kalimat itu yang senantiasa kita dengar, sedari pendidikan dini sampai dewasa ini, pun juga terlalu familiar didengar dari para ustad atau alim ulama' ketika mereka berceramah tentang keutamaan sholat. Dalam referensi lain, kita mungkin juga pernah mendengar bagaimana sholat seorang hamba mempengaruhi amalan-amalannya yang lain, sehingganya Rasululloh SAW bersabda, "Apabila sholatnya (hamba) baik, maka dia akan mendapat keberuntungan dan keselamatan. Apabila sholatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi." (HR.Abu Daud).

Sejenak kita berpikir, bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, sholat adalah hal yang sudah mendarah-daging dalam jiwa-jiwa setiap Muslim, terlebih ini merupakan perintah yang disampaikan langsung dari Allah kepada kekasihNya, Muhammad SAW. Namun tidakkah kita bertanya dalam diri kita, apakah sholat hanya sebatas praktik ritual agama? Apakah sholat hanya sebatas kewajiban?  Saya berani menjawab dengan tegas, "TIDAK", sebab hakikatnya sholat akan benar-benar ternilai baik jika amalan-amalan kita yang lain baik, begitu juga sebaliknya. Singkatnya, sholat sangat relevan dalam kehidupan kita.

Satu contoh ringan dari relevannya sholat dalam kehidupan adalah ketika dilaksanakannya sholat secara berjamaah. Seperti halnya manusia sebagai makhluk sosial tentu sangat sulit jika harus hidup sendiri, sebab segala kebutuhannya tidak bisa disiapkan sendiri; kita perlu para  pemerhati lingkungan untuk kelangsungan kebutuhan sehari-hari, para pendidik untuk  menunjang intelektual masyarakat, aparatur negara dan penegak hukum agar terciptanya keadilan dan ketentraman di negara ini, dan yang tak kalah penting, kita juga butuh peran politisi untuk membangun hubungan diplomasi yang baik antar negara. Semua ini bisa tercipta jika kita membangun kebersamaan dalam satu kesatuan di negara Indonesia ini, seperti halnya kita harus berjamaah dalam melaksanakan Sholat.

Jika dalam sholat berjamaah kita menemukan unsur kebersamaan, maka janganlah kita sampai lupa bahwa kebersamaan itu harus terarah sesuai tujuan, dan agar itu semua terwujud maka kita membutuhkan seorang pemimpin untuk mengarahkan. Seperti halnya sholat berjamaah, tidak mungkin bisa selaras dan seiring gerakan para jamaah jika tidak ada yang memimpin, yaitu imam sholat.

Apa relevansi seorang imam sholat dengan seorang pemimpin?

Seperti halnya memilih seorang pemimpin, memilih seorang imam sholat pun juga harus diperhatikan kriteria dan syaratnya, agar kelak sholat yang dipimpinnya berjalan dengan khusyu' dan khidmat. Saya coba mengutip satu hadits dari Kitab Fiqh Sunnah karangan Syaikh Sayyid Sabiq mengenai, "Siapa yang Berhak Menjadi Imam?". Dari Ibnu Mas'ud, Rasululloh S.A.W bersabda: "Hendaklah yang mengimami suatu kaum seorang yang lebih baik bacaan Qur'annya. Apabila semua sama baik dalam bacaannya, maka lihatlah yg lebih mengetahui perihal sunnah. Apabila semua sama, maka lihatlah yang lebih dahulu Hijrah (menempati tempat itu). Apabila semua sama, lihatlah yang lebih tua. Dan janganlah seseorang mengimami seseorang lainnya di dalam kerajaannya, dan janganlah ia duduk di rumahnya kecuali atas izinnya (yang mempunyai rumah tersebut)" lafaz yang lain menyebutkan; "Janganlah seseorang mengimami seseorang lainnya di keluarganya dan tidak pula di kerajaannya" (Hadits Riwayat Ahmad dan Muslim). Adapun penjelasannya disini adalah bahwa seorang raja, sohibul bait,  adalah yang lebih berhak untuk menjadi  imam dari pada yang lain, selama yang lain belum meminta izin atau belum diizinkan.

Dari penjelasan hadits tersebut, setidaknya ada beberapa syarat yang harus kita perhatikan sebelum memilih atau menjadi imam sholat, dan menurut saya ini relevan jika diterapkan dalam memilih seorang pemimpin:

1. Lebih Baik Bacaan Qura'annya

Seorang imam sholat harus memiliki bacaan Qur'an yang baik. Kebaikan bacaan Qur'an seseorang bisa kita perhatikan dari Tartilnya, banyaknya hafalan yang dimiliki, dan bagusnya ia dalam memenuhi Makhorijul Huruf dan Tajwid dalam membaca Al-Quran, yang jika didengar oleh makmum tidak menimbulkan prasangka negatif dari bacaan-bacaannya (mungkin karena ada kaidah tajwid yang tidak terpenuhi, dsb), karena boleh jadi sebagian dari makmum juga mengerti mengenai ini. Hal tersebut identik dengan salah satu komitmen seorang pemimpin, yaitu mengupayakan kesejahteraan dan ketentraman rakyat di bawah kepemimpinannya, boleh jadi dengan upaya-upaya dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat. Satu hal yang tidak kalah penting, seperti halnya imam sholat memenuhi hukum-hukum tajwid dalam membaca ayat Qur'an, maka seorang pemimpin seyogyanya juga harus menjunjung tinggi hukum, tidak boleh tumpul ke atas dan tajam ke bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun