Mohon tunggu...
Alja Yusnadi
Alja Yusnadi Mohon Tunggu... Penulis - Kolumnis, tinggal di Aceh

aljayusnadi.com---Harimau Mati Meninggalkan Belang, Manusia Mati (harus) Meninggalkan Tulisan, Bukan hanya Nisan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menakar Politik Kaum Muda

9 Februari 2012   07:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:52 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh   : Alja Yusnadi

GONJANG-GANJING kasus korupsi Wisma Atlet, kasus penghamburan uang di Badan Urusan Rumah Tangga DPR RI menyeret sejumlah politisi muda. Nazaruddin, mantan anggota DPR RI yang juga mantan Bendahara Umum Partai Demokrat (PD), Angelina Sondakh, Anggota DPR RI dari PD telah ditetapkan sebagai tersangka. Anas Urbaningrum, Ketua Umum PD juga diisukan terlibat dalam kasus yang merugikan uang negara tersebut.

Pada kasus proyek pembangunan ruang Banggar DPR seharga Rp 20 miliar, menyeret nama Pius Lustrilanang, anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra. Sebelumnya, Gayus Halomoan Pertahanan Tambunan, pegawai Direktorat Pajak terlibat kasus penggelapan pajak dengan nilai ratusan miliar rupiah. Kasus korupsi di Kemenakertrans juga turut menyeret nama Muhaimin Iskandar selaku Menakertrans dan juga Ketua Umum Partai Kebangkitam Bangsa (PKB). Kasus L/C fiktif di Bank Century melibatkan inisiator Pansus Century, Mukhamad Misbakhun, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Melihat kiprah orang-orang muda tersebut, satu sisi kita patut mengapresiasi karena mereka telah berani dan mampu tampil sebagai orang penting di negeri ini. Nazaruddin misalnya, di usia yang relatif masih muda mampu menjadi Bendahara Umum partai pemenang pemilu dan lagi berkuasa. Anas juga demikian, dalam kongres Partai Demokrat dapat mengalahkan rivalnya yang justru lebih tua dan berpengalaman dalam bidang politik. Muhaimin mampu menjadi ketua umum partai yang mayoritas dihuni para kyai.

Di sisi lain, orang-orang muda tersebut terjerat di tengah pusaran politik-kekuasaan. Dalam kasus korupsi, tidak ada hubungan baku yang berbanding lurus antara usia muda dengan kemampuan untuk melakukan korupsi. Justru, usia muda sebenarnya dapat menekan penyebab korupsi, karena ide-ide perubahan masih segar dalam ingatan, dan empuknya kekuasaan belum melingkar di jidat orang muda.

Sejumlah pertanyaan
Namun mengapa dalam beberapa kasus tersebut justru yang terjerat adalah orang muda? Adakah peran politisi tua untuk menjerumuskan politisi muda? Lebih lanjut, sejauh manakah peran orang muda yang terlibat dalam kekuasaan, baik di partai politik, DPR, pemerintah? Adakah ide-ide perubahan yang dilakukan setelah bergabung dengan arus kekuasaan? Itu adalah sejumlah pertanyaan yang harus mampu dijawab oleh orang muda yang akan menjajaki arus politik-kekuasaan.

Untuk konteks lokal, situasinya tidak jauh berbeda, walau belum ada yang tersandung kasus korupsi, namun keterlibatan orang muda dalam arus politik-kekuasaan juga belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap agenda perubahan. Justru, tidak lebih baik dari politisi tua, jika tak dapat dikatakan lebih buruk.

Di level DPRA periode 2009-2014, sejumlah nama orang muda muncul. Beberapa di antaranya memegang posisi strategis, seperti ketua Fraksi, ketua Komisi. Lantas, apakah mereka mampu mewarnai DPRA dan partai politik tempat mereka bernaung? Sejauh pengamatan saya, nyaris tidak ada. Bahkan, selama ini DPRA identik dengan politisi tua yang sudah beberapa periode duduk sebagai anggota dewan.

Tidak ada kebijakan populis-strategis yang mereka gagas untuk kepentingan rakyat. Ide-ide segar yang seharusnya melekat pada orang muda tidak kelihatan, bahkan di antara mereka adalah bekas aktivis lembaga mahasiswa. Komisi yang mereka pimpin tidak mampu merumuskan qanun, secara keanggotaan DPRA, tidak ada usul inisiatif terhadap kebijakan.

Di level DPRK juga setali tiga uang. Politisi-politisi muda tersebut belum mampu memberikan perubahan, hampir di semua kabupaten/kota, anggota DPRK-nya diisi beberapa orang muda, bekas aktivis mahasiswa. Lagi-lagi, tidak ada kontribusi yang berlebihan. Bahkan ada DPRK yang selama satu tahun tidak menghasilkan satu qanun pun, selain qanun APBK.

Di eksekutif juga demikian, beberapa wakil bupati di aceh adalah orang muda dan bekas aktivis mahasiswa, seperti Wakil Bupati Aceh Selatan, Wakil Bupati Aceh Barat, Wali Kota/Wakil Wali kota Sabang, Wakil Bupati Aceh Timur, termasuk Wakil Gubernur Aceh sekarang. Keberadaan mereka tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, bahkan situasinya tidak lebih bagus dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun