Mohon tunggu...
Muhammad Al Jaelani
Muhammad Al Jaelani Mohon Tunggu... -

Love For All Hatred For None

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Tahun Baru

9 Desember 2010   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:53 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Desember 2010 tepatnya pada tanggal 07 bertepatan dengan 1 Muharam, yakni tahun baru menurut kalender Hijriah. 1 Januari 2011 adalah titik awal pergantian tahun menurut perhitungan kalender Masehi. Dalam menentukan hitungan hari kalender Hijriah berbeda dengan kalender Masehi. Kalender Hijriyah dalam menghitung hari berpatokan pada peredaran rembulan (Qomariyah), sedangkan kalender Masehi dalam menghitung hari berpatokan pada peredaran bumi mengelilingi matahari (Syamsiyah). Jumlah hari dalam setahun menurut perhitungan rembulan sekitar 354-355 hari sedangkan jumlah hari dalam setahun menurut perhitungan peredaran bumi mengelilingi matahari sekitar 365-366 hari. Perhitungan Qomariyah lebih cepat 11 hari dari perhitungan Syamsiyah.

Adapun asal mula perhitungan kalender hijriah atau biasa disebut dengan kalender islam adalah ketika Islam di pimpin oleh Khalifah Rasyidah yang ke dua yakni, Hadhrat Umar bin Khotob ra. Waktu itu banyak versi perhitungan kalender yang membingungkan umat, dan tiap-tiap kabilah Arab memiliki perhitungan yang berbeda satu dengan yang lain. Sedangkan awal kalender Masehi ditetapkan berdasarkan pada saat Yesus atau Nabi Isa as lahir.

Kalender yang beredar sebelum Islam memiliki perhitungan dalam kurun waktu 19 tahun akan ada 7 tahun yang dalam satu tahunnya memiliki 13 bulan. Bulan yang ketiga belas disebut dengan bulan Nasi’. Pada umumnya kalender yang beredar sebelum Islam hanya memiliki hari dan bulan. Adapun perhitungan tahun disandarkan kepada peristiwa-peristiwa besar yang terjadi, seperti tahun gajah. Dimana Pasukan Abrahah pada saat itu hendak menghancurkan Kabah.

Karena adanya perbedaan dalam menentukan bulan Nasi’ maka banyak umat yang kebingungan dalam menghitung bulan, masing-masing kabilah Arab menentukan sendiri-sendiri apakah sudah masuk bulan Muharam atau masih bulan Nasi’. Ketika turun surah At-Taubah:38 yang menerangkan bahwa Tuhan tidak menghendaki peperangan pada bulan Muharam,maka Nabi Muhammad saw meniadakan perhitungan bulan Nasi’. Karena bisa membingungkan perhitungan, banyak yang tidak tepat dalam menentukan bulan Muharam. Seharusnya dalam bulan Muharam tidak ada peperangan tapi karena masih ada yang berpendapat bahwa menurut perhitungan belum masuk Muharam tapi Nasi’ maka ada segolongan Kabilah Arab yang berperang, padahal Al-Quran melarang mengadakan peperangan pada saat bulan Muharam.

Pada 638 M Islam memiliki perhitungan kalender sendiri. Pada saat itu Hadhrat Umar ra membentuk tim yang terdiri dari enam orang yakni : Hadhrat Usman bin Affan ra, Hadhrat Ali bin Abi Thalib, Hadhrat Abdurrahman bin Auf, Hadhrat Sa’ad bin Abi Waqas, Hadhrat Talhah bin Ubaidillah, dan Hadhrat Zubair bin Awwam.

Ada tiga usulan dari tim ini dalam menentukan awal tahun Hijriah, diantara yang diusulkan yaitu,

1.Awal tahun Hijriah bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad saw,

2.Awal tahun Hijriah bertepatan dengan awal turunnya wahyu, dan

3.Awal tahun Hijriah bertepatan dengan Hijrahnya Nabi Muhammad saw.

Maka ditentukanlah oleh Hadhrat Umar ra, bahwa awal tahun hijriah bertepatan dengan hijrahnya Nabi Muhammmad saw dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa hijrah terjadi pada 662 M, jadi peresmian kalender Hijriyah atau Islam 17 tahun setelah terjadinya hijrah Nabi Muhammad saw.

Sampai sekarang dalam kesehariannya negara-negara Islam banyak menggunakan kalender hijriyah. Sedangkan kalender Masehi yang digunakan oleh orang-orang Kristen sudah mulai dipakai oleh hampir setiap Negara di dunia.

Selain itu, masih ada kalender lain yang beredar di Indonesia. Seperti kalender China, kalender Saka (Hindu), kalender Jawa, kalender Jawa-Islam, dll.

“Inna fi khalqi samawati wal ardi wakhtilafillaili wannahari laayatilliulil albab”. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta dalam pergantian malam dan siang ada tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang menggunakan akal.(Q.S. Ali Imran:)

Sudah menjadi tradisi bagi kebanyakan umat manusia dalam menyambut tahun baru, baik itu tradisi kearifan lokal maupun tradisi keagamaan. Masing-masing membawa warna yang berbeda-beda dalam perayaannya. Misalnya, tahun baru hijriah yang jatuh pada 1 muharam, sebagai tahun baru Islam. Ada juga tahun baru Masehi yang memiliki warna konsumerisme atau penuh dengan nuansa gemerlapnya materi, terlalu kental warna keduniawiannya. Pada akhirnya warna keagamaan tidak dimunculkan, padahal yesus mengajarkan kesederhanaan dalam menjalani pola kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun