Mohon tunggu...
AliZain Risjad
AliZain Risjad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Quo Vadis Paduka

18 September 2017   18:01 Diperbarui: 18 September 2017   18:21 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo berbicara saat menemui tenaga kerja Indonesia (TKI) di Asia World Expo Ground, Hongkong, Minggu (30/4/2017). Presiden menggelar kunjungan kerja di Hongkong pada 30 April hingga 1 Mei dalam rangka meningkatkan kerja sama ekonomi antar-kedua negara(AFP PHOTO / ANTHONY WALLACE)

Dua wanita paruh baya, berperawakan ideal sepanjang masa, status mereka paten janda. Karena suami mereka telah meninggal dengan wajar tanpa pengecualian, dengan sepengetahuan umum sah suami mereka berdua. Almarhum (sang suami) meninggalkan seorang anak laki -- laki yang masih bayi, angan -- angan kalau sudah besar akan masuk jadi PNS dibidang pajak minimal dibidang keuangan.

Suatu saat kalau tidak keliru hari senin kliwon kedua ibu tersebut menghadap Raja untuk menentukan status sang bayi. Karena kedua ibu tersebut sama -- sama mengklaim merasa sebagai ibu kandung dari sang bayi yang sangat perlente -- gagah -- tampan.

Masing -- masing sama keras dan lantang menjelaskan keberadaan bayi tersebut bahwa tidak ada yang dapat mengasuh dan mengakui keberadaannya secara sah selain salah satu dari mereka berdua.

Dihadapan Raja secara protokoler mereka harus menjaga diri, kesopanan, etika yang paling rapi dalam menyampaikan permohonan untuk mendapatkan pengesahan nasib bayi tersebut. Karena Raja melihat gelagat akan dead lock sang Raja menawarkan solusi agar bayi tersebut dibunuh saja.

Sang janda pertama menerima solusi dari Raja, karena memang bayi itu bukan dari rahimnya. Tapi sang janda kedua hampir pingsan mendengar sabda Raja akan membunuh bayi yang tidak berdosa itu. Sang janda kedua meminta dengan sangat agar Raja membunuh dia saja asal bayi tetap hidup sampai dewasa, sampai jadi tokoh besar dan berwibawa dikemudian hari.

Sang Raja merasa hakbul yakin, janda yang akan bersedia dibunuh itu adalah ibu kandung dari sang bayi. Sesuai ketentuan dikerajaan dimana sang Raja sudah tersohor taat hukum dan adil seadil - adilnya langsung mengeksekusi janda pertama yang telah berani membuat kesaksian palsu dengan ancaman hukuman cukup memberatkan sipembuat keterangan palsu. Karena tak ada lagi dokumen yang dapat disahkan tentang kerajaan itu tentang ada yang bilang itu hanya khayalan -- fantastik berlalu.

Tapi fenomena itu sekarang sedang dilakoni Bapak yang terhormat hampir 2 (dua) tahun lagi masih mempunyai hak untuk membawa masyarakat  membantu kelancaran kepemimpinan Bapak. Kepemimpinan Bapak didapat dengan sah hasil pemilihan umum (PEMILU) dan PILPRES.

Maka akan eloklah apabila kita sama -- sama sabar dan damai menunggu puncak acara pesta demokrasi secara bertahap. Dalam kita menunggu tahap -- tahap pesta tersebut kita masing -- masing menyusun strategi yang manis -- jitu dan tak diabaikan sopan santun.

Semua tingkah laku Bapak tak ada yang klop dengan selera sebagian warga, ada pejabat, ada mantan pejabat hampir tiap jam terus memborbardir Bapak dengan sindiran, cibiran bahkan sampai menghina. Norma -- norma agama mereka abaikan demi kepuasan batin mereka sendiri.

Bapak punya inisiatif membela kesusahan warga lain dikatakan pencitraan, Bapak menyaksikan OTT dikatakan tidak ada manfaatnya, itu tugas Polsek tidak usah Presiden. Padahal kata Kepala Kepolisian dahulu, hati -- hati melapor ke Polsek, jangan melapor kehilangan kambing malah kehilangan sapi.

Lebih miris lagi politikus yang menjadi Bos dari salah satu lembaga negara dibidang hukum mengatakan OTT yang lagi beraksi sekarang hanya recehan. Rupanya mereka ingin badan yang melancarkan OTT dibekukan dulu karena belum tentu cara OTT tepat sasaran, jangan -- jangan jadi menangkap mereka sendiri. Karena ada kasus E -- KTP, dana desa, kasus suap para tokoh daerah yang baru saja dilantik tiba -- tiba berseragam warna jingga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun