Mohon tunggu...
AliZain Risjad
AliZain Risjad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menuju Gedung Sat(o)e

12 September 2017   13:23 Diperbarui: 12 September 2017   14:04 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Sate Bandung(Rio Kuswandi)

Selama ini saya belum pernah menginjak gedung di Bandung yang sudah pasti akrab ditelinga rakyat Jabar. Gedung peninggalan kolonoal Belanda yang sekarang jadi kiblat para pamong praja untuk mengurus kepentingan rakyat Jabar.

Dari gedung itu tiap 5 tahunan pasti jadi lirikan, karena banyak sekali kepentingan yang ikut beraksi ingin memegang kursi dan kunci yang boleh direbut dengan kompetisi. Untuk mendapatkan kursi dan kunci, sudah bertebaran dan berterbangan, aksi -- reaksi -- pulus, fitnah, rayuan beserta akrobat sulap yang diperankan oleh para peminat syahwat kekuasaan sekejap dan sesaat. Para peminat harus punya talenta, dana milyaran, penampilan menarik untuk menggaet rakyat yang akan meliriknya agar dapat dan sudi memilihnya dalam kompetisi nanti.

Sudah terdengar sayup -- sayup para jawara ingin naik mimbar dengan berjibun dana dan kampanye simpatik.

Para selebriti, tokoh -- tokoh saat ini sudah ada yang mulai menjual argumentasi dan simpati agar rakyat -- warga ikut mendengarkan uraian lembaga survey tentang kehebatan,, kearifan dan kesuksesan mereka selama ini.

Para pendengar orasi lembaga survey boleh sedikit hati -- hati agar jangan sampai memilih kucing dalam karung, apalagi memilih buah ketimun jangan dapat ketimun bungkuk.

Sebagai warga masyarakat yang belum punya E -- KTP dari daerah Jawa Barat, tapi penggemar fanatik klub sepakbola PERSIB saya tergerak ikut membantu warga untuk menentuka pilihannya.

Saya penggemar fanatik klub PERSIB dari dulu kalua ada pertandingan sepak bola, yang berlaga klub PERSIB saya pasti nonton, kadang naik truk, berhujan - hujan bahkan pernah luka -- luka saya tidak kapok, biarpun PERSIB sering kalah secara beruntun. Begitu pula kalau klub mendapat kemenangan saya cukup bangga sampai seperti kesetanan. Kehebatan PERSIB jadi keprihatinan saya juga.

Begitu pula dalam rangka Jabar akan memilih Kepala Daerah (Jabar 1) dan wakil (Jabar 2) sebagai warga negara tidak salahnya jika saya turut nimbrung memilih sang jawara. Dalam memilih calon pemimpin nenek dan kakek memakai trio sandi yang masih relevan, yakni Bibit -- Bebet -- Bobot masih akrab ditelinga kita. Bibit dan bobot bagai sisi dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan dan sama -- sama keabsahannya. Warga Jabar cukup banyak yang mempunyai bibit dan bobot yang paripurna.

Salah satu contoh orang yang dapat menyelesaikan Pendidikan kejenjang yang lebih tinggi indikasinya karena punya bibit dan bobot yang mumpuni. Ingat Ir. Soekarno, Ir. Djuanda, tokoh berkaliber dunia hasil jebolan Institut Teknologi Bandung.

Perjuangan Ir. Soekarno tak boleh diabaikan, dulu pernah menetap di Sukamiskin karena memperjuangkan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Sekarang penghuni Sukamiskin yang terdiri dari mantan pejabat karena membohongi rakyat Indonesia.

Ingat Ir. Soekarno, saya teringat Ir. Ridwan Kamil karena sama -- sama pernah belajar dan berhasil di ITB. Sangat pantas dan patut apabila ilmu yang diperoleh Kang Ridwan Kamil sebagai arsitek dimanfaatkan membangun, merenovasi kawasan Jabar. Kawasan Jabar sampai abad terakhir sangat membutuhkan tenaga yang paham akan tata cara membentuk dan merancang kelangsungan Jabar samapai modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun