Mohon tunggu...
Alipir Budiman
Alipir Budiman Mohon Tunggu... Guru - hanya ingin menuliskannya

Bekerja sebagai pendidik di MTs Negeri 1 Banjar (dahulu namanya MTs Negeri 2 Gambut) Kabupaten Banjar, Kalsel. Prinsip saya: Long Life Education. Gak pandang tuanya, yang penting masih mau belajar, menimba ilmu. Gak peduli siapa gurunya, yang penting bisa memberi manfaat dan kebaikan...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengais Rezeki dari Bermain Saham

17 September 2017   14:43 Diperbarui: 19 September 2017   03:08 8005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang guru, tentu saja kita disibukkan dengan kegiatan pembelajaran. Selain mengajar, guru juga menjadi pendidik, yang sudah pasti harus lebih banyak memberikan keteladanan dalam kehidupan keseharian. Ia sudah pasti menjadi orang yang digugu dan ditiru  (idealnya sih gitu). Saya sebagai seorang guru, tentu saja sangat bangga menyandang profesi ini, karena dari kemanusiaan, tugas ini sangat mulia. 

Mengajarkan kepada para siswa dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang asalnya sulit menjadi mudah. Saya juga bangga menjadi saksi bagi proses pendewasaan mereka. Dengan segala tingkah lakunya di kelas (nakal, pendiam, aktivis), semuanya dilewati dengan perasaan senang. Mereka sedang berproses.....

Karena senang dengan profesi ini, saya terkadang lupa dengan gaji saya. Lupa bahwa di akhir bulan keuangan menipis. Lupa untuk berharap terjadi kenaikan gaji. Menurutku, kalua semua PNS gajinya dinaikkan, maka otomatis gaji guru juga akan naik. Jadi, tak perlu memikirkan urusan berdemo minta kenaikan gaji, kita focus memikirkan perkembangan anak didik yang sedang berproses menuju ke kedewasaannya.

Gaji akan menjadi cukup, bila kita merasa cukup. Tapi akan menjadi terasa kurang, bila kita menganggapnya kurang. Kalau bicara kekurangan, pasti semua guru akan mengatakan hal yang sama, bahwa gaji yang ada terasa kurang. Dan benar, ini kenyataan.

Saya mencoba-coba mengkalkulasi pengeluaran bulanan saya. Cukup kaget memang. Coba kita mulai berhitung. Sebagai guru dengan golongan IV/a, gaji saya sekitar 4,6 juta, sertifikasi sekitar 3,2 an, plus uang lauk pauk 900-an. Jadi totalnya sekitar 8,7 jutaan. (Masya Allah, terima kasih ya Allah atas rezeki yang Engkau berikan). Sehari mendapat sekitar 290 ribuan. Mana ada kuli angkut barang, abang becak, buruh bangunan, buruh tani, yang mendapat gaji sebesar itu setiap hari, termasuk hari Minggu yang diisi dengan tidur sekalipun. Sekali lagi, terimakasih ya Allah. Lantas saya hitung-hitung pengeluaran rutin bulanan saya. Oya, status saya punya istri ibu rumah tangga, dengan 4 orang anak yang masih sekolah.

Biaya makan rumah tangga (6 orang x Rp. 10.000 x 3 kali makan x 30 hari) = Rp. 5.400.000. Bayar listrik sekarang Rp. 400.000, air minum Rp. 180.000, bayar internet wifi Rp. 440.000, beli pulsa HP sekeluarga Rp. 125.000, kuota internet HP Rp. 200.000, biaya lain-lain Rp. 500.000.  Kalau ditotal sekitar 7,245 juta. Ada sisa? Tentu saja masih ada kelebihan sekitar 1,455 juta. 

Uang sisa itu akan menjadi tidak cukup apabila misalnya, kita bayarkan ke cicilan rumah, cicilan mobil/motor, tabungan, tabungan anak, dan lain sebagainya. Kita juga perlu parfum, istri juga perlu dandan, anak-anak perlu dibawa wisata, jalan-jalan ke mall, beli buku, dan lain sebagainya. Wah gawat, nombok pastinya!

Banyak orang yang mengeluh kekurangan gaji. Lalu membanding-bandingkan dengan gaji anggota dewan yang lengkap dengan berbagai fasilitas mereka peroleh. Ujung-ujungnya menyalahkan pemerintah yang tak mampu menaikkan gaji pegawai, sementara berbagai kebutuhan selalu naik. Lalu muncul ketidaksukaan dengan pemerintah, padahal tak pernah merasa setiap hari masih digaji oleh pemerintah.

Nah, sedikit berbagi pengalaman, biar kawan-kawaan sesama guru ataupun PNS yang kehidupannya sederhana seperti saya. Ada cara yang paling mudah menambah penghasilan tanpa harus mengganggu kegiatan utama kita, yakni dengan bermain saham. Apa? Bermain saham? Iya, dan saya sudah melakukannya sejak setahun yang lalu. Itupun di usia yang sudah 44 tahun, sangat terlambat memang. 

Tapi menurut saya, tidak ada kata terlambat untuk mencoba. Selama setahun ini, saya masih trial and error, masih sering loss ketimbang profit. Tapi inilah proses pembelajaran yang harus kita lewati dalam belajar bermain saham. Tapi, Alhamdulillah, memasuki tahun kedua, pekerjaan sampingan saya ini mulai menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Dan, saya bangga bisa bermain saham. Hasilnya juga lumayan, bisa menambah saldo tabungan, bisa membawa anak istri berwisata, bisa membeli benda-benda berharga, dan ah, terserah mau beli apa.

Terganggukah pekerjaan kita sebagai guru? Tentu saja tidak. Jam saham ini buka dari pukul 10.00 -- 13.00 Wita dilanjutkan dengan pukul 14.30 -- 17.00 Wita. Bursa saham tutup, kita juga sudah pulang kerja. Kalau benar memahami system trading, dalam sebulan insya Allah, bisa memperoleh laba 3-5  % dari modal. Terlalu kecil? Ah, itu saja sudah syukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun