Mohon tunggu...
Analgin Ginting
Analgin Ginting Mohon Tunggu... Human Resources - Penulis dan Motivator Level 5

Peduli, Memberi dan Berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Walikota Ridwan Kamil Urung Meresmikan Gereja GBKP Bandung Timur

11 April 2016   11:34 Diperbarui: 11 April 2016   13:44 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebebasan beribadah dan kerukunan beragama kembali ternodai.  Kali ini kejadiannya terjadi di Bandung.  Sebuah gereja yang sudah mendapat ijin resmi dari pemerintah  seyogianya akan diresmikan oleh Walikota Ridwan Kamil pada hari Minggu 10 April 2016. Rangkaian acara mulai dari pembukaan kunci, ibadah, dan peresmian sudah dipersiapkan secara apik oleh panitia. Peristiwa  peresmian oleh Walikota ini  akan menjadi ingatan abadi dalam diri jemaat yang antusias mendatangi gereja termasuk dengan anak anaknya.  Namun, apa yang terjadi?  Pada menit menit penantian akan kedatangan Walikota, yaitu setelah ibadah minggu selesai dilakukan,  terjadi lah peristiwa yang sangat mengagetkan seluruh jemaat dan anak anak kecil.

Bukan Walikota Ridwan Kamil yang tiba, namun serombongan demonstran yang berteriak berteriak menandakan ketidak setujuannya akan pembangunan gereja.  Dua ratusan orang mereka datang menurut sumber ( http://www.rappler.com/indonesia/128921-ormas-agama-bandung-tuntut-gedung-gbkp-ditutup )

Mereka para demonstran tahu bahwa Ijin pembangunan gereja sudah ada sejak tahun 2012, oleh sebab itu mereka membuat alasan bahwa ijin gereja harus divalidasi ulang.   Pendeta Sura Purba Saputra Purba, yang menjadi gembala di Gereja GBKP Bandung Timur ini  bahkan menilai tuntutan para demonstran itu sangat mengada ngada.  Sebab dijelaskan oleh Pdt Purba bahwa "Izin pembangunan gereja sudah keluar sejak 20 Juni 2012 lalu. Bahkan, ketika kami diminta untuk memverifikasi ulang, kami sudah melakukan hal itu dan dinyatakan legal.

Pada bulan Desember 2015 Izin yang dikeluarkan itu sudah diverifikasi oleh Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) kota Bandung, Ema Sumarna, dan dinyatakan sudah tak ada masalah. Nah ijin inilah yang dibawa panitia kepada Walikota Ridwan Kamil sehinggal beliau bersedia datang untuk meresmikan pemakaian gereja yang terletak di sekitar Buah Batu Bandung.  

Akhirnya, meskipun jumlah jemaat yang hadir lebih besar dari demonstran pada waktu itu namun mereka diam, tidak melakukan perlawan.  Jemaat semua masuk ke dalam gedung gereja, dan di dalam mereka berdoa dan bernyanyi sambil menangis meneteskan air mata.  Saat saat yang sudah dinantikan sejak belasan tahun yang lalu yaitu keinginan untuk memiliki rumah ibadah kembali tidak jelas.

GBKP adalah sigkatan dari Gereja Batak Karo Protestan yang merupakan  tempat ibadah jemaat suku karo yang mayoritas berasal dari Sumatra Utara. Dalam gereja ini sangat kental kesukuannya, dan cenderung menjadi gereja yang inklusif.  Jemaat nya 99% adalah suku karo.  Jika ada suku yang lain menjadi warga GBKP itupun  karena perkawinan campur.  Bahasa pengantar ibadah dan semua kegiatan di Gereja ini pun dilakukan dalam Bahasa Karo.  Jika ada kebaktian berbahasa Indonesia, itu karena melayani anak anak muda yang sudah dewasa, lahir dan besar di Bandung.  Karena pemakaian Bahasa Karo sudah jarang mereka lakukan dan tidak memahaminya  lagi,

Jadi jika ada alasan para demonstran tidak suka kepada gereja ini karena takut ekspansif, rasanya sulit sekali diterima.  Lalu apa sebenarnya alasan yang paling kuat dalam diri para demonstran yang dalam aksinya kemarin juga melibatkan anak anak?  Sulit sekali  dipahami dan diterima.

Sedangkan bagi Walikota Ridwan Kamil, niat beliau untuk menghadiri peresmian GBKP Bandung Timur  sangat diapresiasi oleh warga GBKP di Seluruh Indonesia.  Dan warga GBKP serta pimpinan Moderamen dan Klasis Klasis GBKP di seluruh Indonesia, dapat memahami ketidak-datangan Walikota Ridwan Kamil, karena dalam suasana yang riuh dengan  teriakan teriakan kemarin memang sebaiknya lah Walikota Ridwan Kamil tidak berada ditempat.  

Kehadiran warga Suku Karo di Bandung sudah sejak puluhan tahun yang lalu, boleh dikatakan sejak kemerdekaan pada tahun empat puluhan. Mereka inilah yang bergabung dalam gereja GBKP.  Mereka pasti sudah ikut berpartisipasi dalam  seluruh pembangunan Kota Bandung.  Profesi mereka pun bermacam macam, dari pegawai negeri, pegawai swasta, wiraswastawan dan sebagian lagi anak anak muda yang bersekolah dan kuliah untuk  menuntut Ilmu  di kota pelajar ini. Jadi warga Suku Karo yang di Bandung pasti semua merasakan  bahwa Bandung adalah kota mereka.

Wajarlah jika  menginginkan dan merindukan adanya tempat ibadah di kota mereka, di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lalu bagaimana kelanjutannya setelah peristiwa kemarin? Saya yakin seluruh warga GBKP Bandung Timur pada saat ini sedang berdoa, dan mengahayati kembali makna Paskah, peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Lalu mereka akan berdoa dan meminta kepada Tuhan Yesus sebagai kepala gereja untuk memperhatikan dan memulihkan gerejaNYA di kota kembang Bandung.

Warga GBKP atau warga Kristen dimana pun berada di muka planet ini tidak akan bereaksi terhadap kekerasan dan ketidak setujuan pihak lain kepada mereka, mereka akan memilih aksi damai, lembut dan membiarkan kembali Pemerintah Kota untuk mencari solusinya.  Sebab kehadiran gereja di kota manapun, bukan untuk membuat rusuh dan ketidak nyamanan. Bahkan salah satu ayat yang paling terkenal dan diketahui serta dihayati oleh seluruh umat Kristen adalah apa yang ditulis pada Yeremia 29 : 7

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun