Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menuju Pertempuran

7 April 2013   15:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:34 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13653239411206878276

[caption id="attachment_253389" align="alignnone" width="347" caption="jakarta-media.com"][/caption]

Menuju Pertempuran

Oleh: Alfigenk Ansyarullah

“Pasukan akan diberangkatkan menuju balikpapan besok siang, kita akan menunggu kereta dari Banjarmasin di stasiun, berjuang lah dengan gagah berani anak-anakku, demi negaramu, demi keluargamu, ” itu lah Pidato yang disampaikan komandan lapangan, perwira tinggi yang kelihatan sudah tua dan letih. Pasukan wajib militer telah dilatih dengan keras dan dan tergesa-gesa dalam enam bulan ini, sementara pasukan regulerbertugas menahan lagu pasukan musuh di utara.

Pasukan dari negeri utara, negerikuning, yang begitu bersemangat dan angkuh, selama delapan bulan kampanye di katulistiwa mereka telah menghancurkan seluruh instalasi militer musuh-musuhnya di lautan dengan kekuatan udara, dan perlahan pasukan angkatan laut mereka mengusai lautan-lautan penting di Asia tenggara.

negara-negara musuhnya disekeliling lautan china selatan luluh lantak, dan mereka menginginkan pulau kalimantan untuk mengambil sumber daya alam, angkatan laut mereka memasuki perairan indonesia dan menguasai laut jawa, dan memutus transportasi antara pulau jawa dan pulau lainnya.

dua ratus ribu pasukan darat dan marinir China mendarat di sawarak dan mulai mulai menguasai wilayah-wilayah kaya tambang di Brunei dan malaysia, dan perlahan memasuki wilayah indonesia. Borneo harus dikuasai, untuk logistik perang dan pertahanan di selatan.

Pasukan china sangat lah besar, kalimantan yang saat ini terisolasi hanya dipertahankan oleh beberapa ribu orang pasukan reguler,yang separuh dari mereka telah gugur ,sisanya bertahan melawan secara bergerilya di hutan-hutan dan membuat garis pertahanan.

Abdul duduk termenung di pinggir jalan, dia begitu kaku hari ini,

“tidak pergi kerumah untuk pamitan kepada orang tuamu?” tanyaku.

Abdullah hanya menoleh, tetap dingin, dan menunduk saja.

“kamu harus berani prajurit!”

“siap komandan, saya akan selalu berusaha untuk berani” abdullah menjawab.

“pergi lah ke rumahmu, kita hanya punya waktu hari ini saja untuk bertemu dengan orang-orang terdekat, kereta dari banjarmasin akan tiba jam sepuluh pagi tepat di stasiun Barabai”aku kembali mengingatkan Abdullah

Abdullah pergi dengan layu setelah memberi hormat kepadaku, hormat formalitas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, ditengah-tengah kegelisahan dan semangat yang memanas untuk pergi berperang esok hari.

Aku sudah menemui istriku untuk pamit, aku sudah memeluk anak-anakku dan meminta restu kepada orang tuaku, aku mempunyai tanggung jawab yang berat, setelah aku tiba-tiba diangkat menjadi perwira resmi berpangkat kapten dan memimpin kompi cadangan, sebelumnya aku hanya seorang PNS yang pernah dilatih teknik dasar militer kepemimpinan beberapa tahun yang lalu, semuanya serba tergesa-gesa, dan ratusan ribu pemuda dipanggil untuk menjalani latihan militer, siap mempertahankan negara kesatuan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun