Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Delapan Keluarga Besar di Barabai ( Alai) Kalimantan Selatan

5 Juni 2011   21:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:50 12208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13739883871561873794

[caption id="attachment_275579" align="alignnone" width="700" caption="sekolah pribumi hindia belanda di barabai... commons.wikimedia.org"][/caption]

Delapan Keluarga Besar di Barabai (Alai) Kalimantan Selatan*

oleh: Alfigenk Ansyarullah

Saya menjadi pengangguran ketika harus pulang kampung sehabis kuliah, tidak ada kerjaan yang menghasilkan uang, membuat saya hampir beberapa kali seminggu naik sepeda pergi ke perpustakaan daerah di Barabai, sekedar membuang waktu, membaca surat kabar yang tidak mampu saya beli, saya terbiasa membaca surat kabar semenjak kuliah, berjobel dan antre di sudut kampus saya dulu…kampung saya berada beberapa kilometer dari pusat kota, bersepeda membuat saya sedikit berkeringat, dan mengingatkan masa kecil saya yang dulu penuh dengan hari-hari bersepeda ke sekolah, saya di beri uang saku sekedar dapat saya membeli beberapa batang rokok, dan tidak pernah saya tabung, karena ketika saya tabung pun, tak akan mampu membeli sebungkus rokok dalam seminggu kemudian, keluarga saya adalah keluarga sederhana biasa, dan ini membuat saya sangat bersyukur dengan apa yang telah diberi, sambil juga malu,bahwa sudah sarjana masih saja minta uang dengan orang tua..tapi kampung halaman dalam banyak hal tetaplah menyenangkan, kadang saya masih ingin mencuri buah asam di sawah, pekerjaan saya waktu kecil dengan teman-teman diwaktu kecil hehe…tapi jangan lama-lama dikampung, meski sampai sekarang saya sudah merasa bosan,,,saya hanya menghabiskan masa kecil saya dikampung, dan ketika beranjak remaja, saya sekolah ke kota lain..

Tak apa lah naik sepeda, orang-orang di Negara maju masih suka naik sepeda, dosen-dosen saya diwaktu kuliah mengajari saya dengan perilakunya tentang arti rendah hati, naik motor jadul ke kampus sambil tersenyum lembuh, tapi sebenarnya di rumah punya mobil Mercedes..tapi dikampung saya akan susah mendapati orang motor jadul, jika tetangga beli motor baru, maka sebisa mungkin juga akan beli motor baru, dan susah mencari orang dengan senang hati naik sepeda kecuali terpaksa, katanya naik sepeda capek dan panas, anak-anak sekolah semua pakai motor baru,,saya jadi ingat salah satu sebuah sekolah terbaik dikota saya sekolah melarang anak muridnya naik motor dan menganjurkan naik sepeda,,, hmm, saya tidak mau berkomentar banyak tentang keadaan kampung saya sekarang, anda-anda bisa menilainya sendiri apa yang telah terjadi.. tapi sedikit rahasia, saya sungguh sangat suka dengan seorang gadis yang naik sepeda,sepertinya terlihat lembut,terlihat cantik,gimana gitu,auranya muncul beriring laju sepedanya..hehe

Kata pembuka saya rupanya beberapa paragrap, sengaja saya begitu, agar mengantar anda untuk mau sedikit memahami kampung saya, mungkin sedikit membayangkan saja.. tak ada ruginya saya naik sepeda, rupanya karena saya mendapati sesuatu yang baru, saya seorang Sarjana S1, seperti juga begitu banyak Sarjana dikampung saya dan kota kecil saya, saya mempunyai gairah dalam hal yang berbau ilmiah, saya tidak menulis tulisan ini dalam gaya tulisan ilmiah akademik yang membosankan, karena sejujurnya saya tidak meniliti dengan jalan ilmiah penuh, tapi mungkin cukup lah ini akan membuka sedikit membukan wawasan kita semua.

Suatu hari dibulan puasa, saya membaca diperpustakaan sebuah surat kabar daerah, mewartakan tentang kegiatan sebuah keluarga disebuah mesjid bersejarah di Barabai, kegiatan itu dihadiri oleh Gubernur Kalimantan selatan dan beberapa tokoh penting Kalsel, mereka menyatakan bahwa mereka adalah keturunan pendiri mesjid tersebut, yang jadi masalah bagi saya adalah pertama, saya tidak sedikitpun kenal mereka dan yang kedua, Mesjid Keramat yang bersejarah tersebut adalah kampung halaman kakek dan ayah saya,tujuh turunan disana, dan tanah keluarga besar kami berada mengililingi mesjid, meski sebagian besar tanahnya sudah dijual oleh kakek dan keluarga saya hehehe..

Barabai Adalah Ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, maka secara kebiasaan kabupaten ini disebut dengan nama Barabai untuk menyebut Kabupaten ini secara keseluruhan. terletak didaerah yang disebut dengan Hulu Sungai, tepat berada ditengah-tengah Provinsi Kalimantan selatan, dengan Pegunungan Meratus disebelah timurnya. penduduknya saat ini diperkirakan kurang lebih 300.000 orang. 

Ini adalah awal saya memulai meneliti secara serampangan tentang keluarga saya dan keluarga lainnya, dalam waktu satu tahun ini saya berhasil mendapatkan beberapa informasi dan sedikit hepotesa, ada beberapa keluarga besar di Barabai yang mempunyai pengaruh kuat, yang mempunyai jaringan keturunan luas, baik di barabai sendiri, dan tentu juga dikalimantan selatan, bahkan Nasional. Jika anda orang Barabai atau keturunan Barabai mudah-mudahan hal ini akan mempererat silaturahmi, berikut adalah penjelasannya:

1. Keluarga Besar Mesjid Keramat Desa Palajau di Pandawan

Menurut buku sejarah mesjid ini yang ditulis berdasarkan tutur temurun adalah didirikan utusan dari kerajaan Demak diawal pengislaman kerajaan banjar, salah seorang utusan itu yang namanya bernuansa arab bermukim dan mendirikan Mesjid Keramat Palajau, sewaktu mesjid dipugar ditemukan sebuah silsilah yang ditulis dengan bahasa arab yang menyatakan pendiri mesjid (biasa disebut Datu Palajau) adalah seorang keturunan Demak, (kemungkinan seorang yang berkerabat dengan para Wali Songo jika dilihat dari nama yang berbahasa Arab), ada sebuah tombak yang sewaktu pemugaran dijual untuk biaya pemugaran, dan ada juga pedang bertuliskan arab dan tanggal tahun pembuatannya dipercaya dari demak yang disimpan oleh salah satu keturunan Palajau. Beberapa keluarga masih menyimpan beberapa benda antik peninggalan keluarga yang sebagian berkerabat jauh dengan keluarga kerajaan Banjar.

Sebagian orang mengatakan Palajau adalah kampung asal dari Barabai, kenyataan yang benar adalah bahwa daerah Barabai yang dulu bernama berdasarkan nama Sungai Labuan Amas dan Batang Alai memang pernah dipimpin oleh beberapa keturunan Palajau, kota Barabai sendiri dibangun oleh Belanda. sebut saja Kiai Martapati puncuk pimpinan wilayah labuan amas di masa kerajaan banjar, salah satu petinggi dalam kerajaan banjar, dan cucunya ki demang Yudha Negara ditahun 1800 adalah pemimpin labuan amas semasa hindia belanda, kemudian diteruskan anaknya Kiai Ahmad Dahlan diawal abad 20 yang pemimpin daerah Batang Alai, kemudaian salah satunya anaknya Kiai Syarkawi menjadi gubernur Kalimantan selatan ditahun lima puluhan. saya juga pernah melihat silsilah yang namanya Tumenggung kertanegara, kemungkinan ayah atau kakek dari kia martapati yang menjadi salah seorang mantra sikap kerajaan banjar.

Kiai Martapati diyakini bermukim di palajau, dan keturunannya banyak di Palajau, Mahang dan Pandawan, sebagian keluarga beliau ada di Banua Kupang seperti yang menjadi pambakal (kepala desa) yang bergelar ki Ngabi Kerta Negara dan ada juga yang di Amuntai ki Ngabi Wira Kerta Negera. Salah seorang perempuan keturunan dari kiai Martapati menikah di amuntai yang salah satu keturunannya yang terkenal sebagai pemimpin amuntai waktu itu Tumenggung Yuda Negara, sebagian keturuan mereka menempati posisi penting dikalimantan selatan.

Jaringan keluarga ini tersebar di barnyak baik dari laki-laki maupun perempuan, seperti Birayang, Rangas, Wawai, dan Lok Besar, juga ada di Pantai Hambawang. Keluarga ini dahulu sangat banyak menurunkan ulama, sampai sekarang saya masih mengenal beberapa ulama keturunan mereka. Beberapa sangat terkenal dimasanya, bahkan ada yang menjadi Qadi di Martapura (Martapura merupakan ibukota Kerajaan Banjar dan sekarang menjadi Pusat santri di Kalimantan)

Keluarga ini juga mempunyai kekerabatan dengan keluarga kerajaan Banjar, ini terlihat dari nama-nama mereka yang mempunyai gelar Andin, (jika istrinya dari keturunan bangsawan banjar yang bergelar Gusti atau Antung, dan suaminya orang biasa, makanya anaknya dapat di beri gelar Andin, atau Nanang atau Anang untuk laki-laki dan Galuh untuk perempuan, gelar ini selanjutnya tidak dapat diturunkan lagi)

Dijaman perang Banjar, Pangeran Hidayatullah pernah bermukim di Palajau, dan ketika pasukan Belanda mendekat atau lewat Mesjid di Desa Palajau ini maka mereka menjadi muntah darah, hal ini lah yang membuat mesjid itu kemudian diberi nama Mesjid Keramat.

2. Keluarga besar Mesjid Al-A’la di desa Jatuh di Pandawan

Desa jatuh sangat berdekatan dengan palajau, tapi berbeda sungai, kampung selalu saja berada di dekat dan pinggiran sungai, ini adalah ciri khas pemukiman Banjar dan Dayak.

Dalam buku sejarah, seorang pahlawan perang banjar yang terkenal Penghulu Muda Yuda Lelana, berhasil beberapa kali mematahkan dan bahkan membunuh perwira pasukan belanda ketika menyerang Desa jatuh. Cucu bunyut dari Penghulu Muda Yuda Lelana mengakui bahwa mereka keturunan dari pengIslam pertama dari Demak diwilayah kerajaan banjar, kemungkinan memang satu rombongan dengan datu palajau. Ada sebuah panji-panji yang kirim oleh syarif mekkah melalui perantara seorang sayyid untuk diberikan untuk mesjid al-A’la, menurut seorang arkeolog asing yang datang bersama dengan DR. Alfani Daud memperkirakan bahwa panji-panji itu berumur 300 ratus tahun, dan mesjid sudah berdiri disana jauh sebelum panji-panji itu ada. Sebuah Al-Quran tulisan tangan masih disimpan oleh sebuah keluarga di desa Kambat.

Keluarga Jatuh ini banyak menurunkan Ulama di Barabai hingga saat ini,  sebuah makam berkubah didepan mesjid Agung Barabai dijalan Antasari adalah keturunan jatuh juga. keluarga ini tersebar di Jatuh, pematang, batu Mandi, . Dan beberapa daerah lain.

3. Keluarga kampung Kadi Kampung kadi yang terletak dikota barabai, di sisi sungai barabai, sebuah kampung kecil yang sangat terkenal, kampung ini disebut dengan kampung kadi karena dahulu menjadi tempat pemukiman para Qadi. banyak ulama dan tokoh yang berasal dari kampung ini, mesjid Shulaha salah satu mesjid tua dan terbesar di barabai dan juga menjadi ikon kota barabai terletak dikampung ini, mesjid ini menurut catatan yang diketahui dibangun pada tahun 1820-1860, mesjid juga sudah berpindah tempat lebih kurang empat kali disekitar lokasi saat ini. tokoh kampung Kadi adalah Kiai Dipansanta, salah satu cucunya dari garis laki-laki yang terkenal Datu landak yang menjadi salah seorang pendiri mesjid Al-Karamah Martapura dan anak beliau Tuan guru Abdurahman Siddik yang terkenal juga dengan nama Datu Sapat di sumatera tepatnya di Indragiri hilir atau Tambalihan, riau, diberitakan bahwa datu sapat pernah datang ke kampung kadi ketika beliau mencatat silsilah untuk mengarang kitan Sajaratul Arsyadiyah. siapa sebenarnya Kiai Dipasanta masih menjadi misteri, ada yang mengatakan beliau merupakan seorang pangeran yang berasal dari  Sumedang jawa, ada juga yang menduga beliau salah satu keluarga dari Palajau, karena gelar Kiai dan kekuasaan biasanya dipegang keluarga palajau pada saat itu, pendapat kedua sepertinya lebih mendekati. Dikampung kadi juga terdapat beberapa keturunan syekh Arsyad al-banjari yang dahulu bertugas sebagai Qadi, dikampung kadi banyak terjadi kawin percampuran antara keluarga-keluarga besar barabai.

4. kemudian keluarga desa Mandingin

Kemudian keluarga desa Mandingin, saya tidak dapat melacak garis silsilahnya, saya menduga ada kaitan dengan keluarga Jatuh, tapi ada salah satu turunan yang mengatakan bahwa ada kaitan dengan keturunan dari Amuntai ( Kabupaten Hulu sungai Utara) dan Pendiri mesjid Pusaka Banua Lawas , Kalua , Tanjung kabupaten Tabalong, namun ada juga sebuah keluarga yang berpendapat ada kaitan dengan perantau Arab dari manrga tertentu dari silsilah keluarga mereka, tidak ada yang pasti memang namun itu bukan masalah penting dalam hal ini. tidak ada catatan silsilah yang tersisa, hal ini dikarenakan keturunan di Mandingin saat ini kebanyakan adalah perempuan, sedangkan laki-lakinya hampir semuanya merantau.

mesjid yang ada di Mandingin diperkirakan berumur seratus tahun lebih dan salah satu yang terbesar dijamannya dan juga salah satu yang paling tua di Barabai. Sebelum Mesjid ini dibangun sudah ada mesjid yang dibangun disebelah hulu desa yang berada dipinggir sungai, namun mesjid dirobohkan, baru kemudian warga membangun lagi mesjid baru ditempat sekarang.

Menurut cerita orang tua, ketika shalat jumat, disepanjang shaf depan hanya di isi oleh para Tuan Guru, puluhan orang jumlahnya, dikampung mandingin juga banyak ditemukan makam yang berkubah.

keturunan Mandingin ada beberapa yang menyebar ke desa lain, seperti kampung Sasak Barabai, Pajukungan ( pendiri mesjid Pajukungan), Kubur Jawa, sumanggi Ilung, Muara rintis Ilung, bahkan Lampihong di Kabupaten Balangan, salah satu pendiri IAIN Antasari KH.Abdurahhman Ismail MA adalah asli Mandingin, salah satu orang Banjar pertama Yang meraih gelar S2 Master of art dari Universitas Al-azhar Mesir pada jaman kolonial Belanda. Beberapa ulama juga mengambil istri orang Mandingin, salah satu keturunannya yang juga terkenal adalah Nasrullah Jamaluddin.Lc imam mesjid istiqlal Jakarta, ibunya orang mandingin, ayahnya Jamaludin adalah keturunan syech Arsyad dari Negara daha.

Dimandingin dapat di temui banyak makam Ulama yang Berkubah dan berbalambika (balambika adalah tumpukan tanah yang meninggi, suatu ciri Khas dari daerah daerah Banjar adalah adalah Makam yang ditumbuhi tanah seperti sarang anai-anai atau rayap yang semakin hari semakin besar, bahkan ada yang sampai dua meter tingginya, makam ditumbuhi balambika hampir selalu adalah makam Ulama atau orang-orang baik dan alim semasa hidupnya, dan tidak ada makam seorang yang buruk perilaku semasa hidupnya mempunyai makam yang ditumbuhi balambika, saya akan mengulas hal ini dilain kesempatan) . 

Cirri-ciri fisik dari keturunan mandingin yang tersisa di Mandingin saat ini laki-lakinya kebanyakan bertubuh besar, tinggi dan kekar. Dan perempuannya berparas cantik. Sangat disayangkan Tidak ada catatan tentang sejarah mandingin.

5. Keturunan syekh Arsyad al-Banjari di Desa Kahakan, Kalibaru, dan Aluan di kecamatan Batu Benawa Pagat

Seorang Tuan Guru tua terkenal dan dihormati di Barabai mengakui bahwa beliau adalah keturunan ke 7 atau 8 dari syeck Arsyad, tetapi nasabnya tidak tercatat. Jika selama ini orang-orang hanya mengenal kampung kadi sebagai basis keturunan dari syekh Arsyad di Barabai, maka pasti akan sedikit terkejut mendengar hal ini. (keturunan Syekh Arsyad menyebar keseluruh Indonesia dan Asia Tenggara)

Jika kita ingin memasuki daerah Aluan, dari arah Barabai menuju tempat wisata Pagat Batu Benawa , ketika melewati jembatan, maka belok kiri langsung, anda sudah memasuki daerah Aluan, jika anda terus saja menuju utara, maka anda akan menemui desa Kahakan, Bandang, Kalibaru dan terus ke desa Tanah Habang dan jika terus maka akan menembus Birayang di kecamatan Batang Alai selatan, apabila menyeberang padang sawah dari Desa Bandang maka akan tembus ke desa Paya atau Simpang Mahar, dibelakang Aluan adalah bukit-bukit dari pegunungan meratus.

Sepanjang jalan anda akan menemui beberapa makam yang berkubah, ada beberapa beberapa makam yang dipugar sangat bagus. Daerah Aluan dan Kalibaru merupakan daerah terkenal karena ulama-ulamanya diwaktu dulu, daerah ini memang dekat dengan anak sungai Barabai dan sungai Barabai sendiri, di desa Kahakan ada sebuah langgar keramat yang sering diziarahi dan makam yang di pugar oleh penyadang dana dari Martapura.

Seorang teman mengatakan bahwa salah satu cucu dari syekh arsyad diutus kedaerah ini untuk berdakwah, maka keturunanya lah yang banyak menjadi ulama, bahkan sampai sekarang, ini salah satu keluarga berpengaruh, meski kenyataannya hanya sedikit yang tahu asal usul keturunan mereka.

Ada cerita menarik, salah satu keturunan desa kahakan menjadi tentara dimasa-masa awal kemerdekaan, dan ditugaskan di kota Pangkalanbun, disana beliau menikahi seorang Putri raja Kotawaringin, dan mempunyai dua orang putri.

Tokoh yang mungkin terkenal dari keturunan keluarga ini saat ini adalah Ketua KPU Prof. Hafiz Ansyari.

Sebenarnya ada keluarga lain lagi, seperti keluarga kampung kadi dan kampung kopi yang merupakan keturunan syekh arsyad, tapi keluarga ini datang kemudian dan terpisah dari keluarga aluan. saat ini, keluarga ini sangat terkenal dibarabai, dengan para Qadi jaman dulu yang bermukim disana, dan komplek pesantren kitun disebelahnya, tempat pengajian paling ramai diBarabai.

6. Keturunan keluarga besar Desa Pamangkih Kecamatan Kasarangan

Pesantren Ibnul Amin Pamangkih sangatlah terkenal dan mempunyai alumni yang tersebar diseluruh Indonesia, pesantren terbesar di Barabai dan terbesar kedua di Kalimantan selatan.

Menurut teman saya orang Amuntai keturunan pamangkih mengatakan bahwa dia adalah keturunan ketujuh dari seorang ulama Jawa yang datang berdakwah dan menetap dipamangkih setelah belajar di Mekkah. Diperkirakan ulama tersebut sejaman dengan syekh Arsyad Al-Banjari.

Keluarga ini sangat berpengaruh saat ini, menurunkan banyak ulama disepanjang daerah Pantai Hambangan dan Kasarangan sampai Sungai Buluh dan bahkan ke Amuntai.

Pesantren Ibnul amin adalah manisfentasi dari jaringan keturunan ulama Pamangkih ini.

7. Keluarga pagustian

Desa Binjai Pirua di kecamtan Kasarangan yang bersebelahan dengan Desa Pamangkih merupakaan Pusat keluarga pagustian Dibarabai, disana masih banyak ditemui orang bergelar kebangsawanan seprti Gusti, Antung, nanang dan Galuh, mereka adalah keturunan keluarga bangsawan dari kerajaan Banjar, meskipun pengaruh mereka kurang terlihat di Barabai saat ini, dimasa lalu keluarga ini adalah keluarga berpengaruh diseluruh wilayah kerajaaan, setelah perang Banjar jatah pengaruh mereka merosot. dahulu mereka menyenangi melakukan perkawinan dengan keluarga palajau yang mereka anggap sebagai keluarga keturunan Andin yang juga berdarah Bangsawan.

saya mendengar beberapa keluarga pagustian ada di desa Pagat dan desa Aluan Batu Benawa.

Komplek Maqam Khusus Pegustian ada di desa binjai pirua, ada juga keturunan Pagustian Binjai Pirua ini yang berkubur di bukat seberat dekat perbatasan dengan kampung kadi, ada juga sebuah kubur seperti diperbatasan antara desa Tanah Habang dan Kalibaru, dipinggir jalan di yang sepanjang jalannya adala kebun karet, ada sebuah makam berkubah sangat bagus. Juga ada makam Syech mubarak di desa mahang sungai hanyar, syech Mubarak atau Pangeran Kacil merupakan anggota keluarga Pagustian, keturuannya ada di Binjai piura di kecamatan kasarangan, dan juga sebagian ada di Bukat seberang ( lurus dari Kampung Kadi).

8. Keluarga Habaib atau alawiyin

Keluarga ini diperkirakan datang ke barabai pada akhir tahun 1800, seorang yang sangat terkenal dari keluarga ini adalah Habin Alwi al-Habsy, seorang mantan kapten Arab di Banjarmasin, dan kemudian bermukim di Barabai, beliau lah yang membangun pasar Batu di Barabai, beliau juga sempat memimpin Barabai dimasa transisi kemerdekaan, beliau juga yang menyambut Soekarno ketika berkunjung ke Barabai. Keluarga Habaib kebanyakan bermukim di Kota Barabai, khususnya di Kampung Arab.

Habaib Alwi Al-Habsy menikahi seorang perempuan dari keturunan Banua Kupang.

Keturunan keluarga ini juga kembali merantau ke daerah lain, seorang tokoh terkenal saat ini dimartapura adalah HabibAli Al-Habsy, beliau keturunan habaib Barabai, beliau tokoh keuangan mikro syariah.

------------------------------------------------

tujuh keluarga pertama adalah adalah keluarga asal yang sangat berpengaruh di Barabai pada jamannya, mereka saling melakukan silaturahmi dengan perkawinan antar anak cucu mereka. Dikayini 70 persen penduduk barabai saat ini mempunyai jaring kekerabatan baik dari laki-laki dan perempuan dari keluarga ini. Sebagian mengetahui dan sebagian lagi tidak mengetahui . Sayangnya hampir diseluruh keluarga ini tidak tidak terdapat catatan silsilah yang baik. Bisa jadi ini dikarenakan bahwa penulisan silsilah dijaman dulu tidak begitu diperhatikan dan tidak dianggap hal penting, seiring jaman tali silaturahmi semakin pudar, meski sebagian keluarga saat ini mulai kembali mencatat silsilahnya dan membentuk organisasi silaturahmi keluarganya.

Yang menjadi perhatian adalah jaring ulama yang sangat bagus, jalur pendidikan yang kebanyakan di tempuh secara turun temurun di kota Mekkah menjadikan Barabai merupakan salah satu gudang intelektual Ulama dari dahulu sampai sekarang, menyaingi martapura dan amuntai, sebagian terdapat jariangan keilmuan juga, dan tentunya ada pola berpikir yang sedikit berbeda dengan daerah martapura.

Selain itu, hal ini juga memperanguhi orang Barabai pada umumnya, orang Barabai terkenal dengan etos belajar yang tinggi dan baik, hal ini dibuktikan banyaknya orang Barabai yang menduduki posisi strategis di pemerintahan dan juga guru-guru diseluruh Kalimantan Selatan, kalimantan Tengah dan kalimantan Timur, sebagian malah berhasil menjadi menteri di awal kemerdekaan, orde lama dan orde baru, dan orde reformasi. Saya melihat etos belajar yang baik yang menjadi kunci semua itu.

Keturunan barabai banyak merantau diseluruh Kalimantan tentunya, sebagian lagi disumatera dan Malaysia, sebagian ada di singapura, belanda, Australia, ada juga di Amerika.

Mudahan tulisan panjang ini bisa memberi sedikit pencerahan.

*) Judul asli dari tulisan ini adalah Tujuh Keluarga Besar di Barabai Kalimantan Selatan, tanpa menyertakan keluarga kampung kadi, Tulisan ini terus diupdate oleh penulis berdasarkan informasi terbaru dari hasil penelitian penulis, bisa jadi judul akan terus berubah bersesuaian dengan temuan terbaru penulis, tanggal pertama kali tulisan di tayangkan adalah bukti penulisan awal, tulisan ini pertama kali di publis di blog pribadi penulis http://alfigenk.wordpress.com pada tanggal 20 Februari 2011

email: Alfigenk@hotmail.com Mobil phone : +6287814580139

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun