Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Dilema Kehadiran Startup bagi Nelayan Indonesia

23 Juli 2019   14:50 Diperbarui: 23 Juli 2019   20:00 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nelayan (Sumber: manado.tribunnews.com)

Berdasarkan data United Nations Development Program (UNDP) pada 2018 lalu, potensi kekayaan laut Indonesia mencapai US$2,5 triliun. Meski demikian, baru sebesar 7 persen yang berhasil dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan.

Kurangnya pemanfaatan potensi laut yang tersedia salah satunya disebabkan mayoritas nelayan Indonesia yang masih jauh dari dukungan teknologi dan lebih mengandalkan metode konvensional.

Transaksi penjualan ikan yang kurang menguntungkan, akses modal yang kecil, hingga sinyal komunikasi di laut yang sulit kerap menjadi tembok penghalang para nelayan untuk bergerak maju.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) online Palangpang di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merupakan bagian dari Program Satu Juta Nelayan Berdaulat. Program ini menjadi yang pertama dilaksanakan di Indonesia pada tahun ini.

Sebelumnya pemerintah telah bekerja sama dengan pihak perusahaan startup pemancar sinyal agar nelayan tetap terhubung sinyal internet meski sedang berada di tengah laut sejauh 60 kilometer.

Pemerintah juga berupaya menerapkan program TPI online dengan memberi bantuan modal awal seperti smartphone dan ATM dengan saldo 1 juta rupiah.

Program Satu Juta Nelayan Berdaulat diharapkan terealisasi penuh pada tahun 2022 mendatang. Nelayan nantinya akan melakukan semua aktivitas pelelangan hasil tangkapan melalui aplikasi karya anak bangsa yang bernama FishOn.

Dengan aplikasi FishOn seluruh kegiatan negosiasi dilakukan secara transparan. Hasil lelang juga dilakukan dengan cara transfer tanpa uang tunai. Pembayaran akan langsung masuk ke rekening perbankan nelayan.

Aplikasi tersebut akan mencatat seluruh transaksi hasil jual ikan dan menjadi acuan bagi perbankan dalam memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada Nelayan.

Harga jual dipastikan stabil walaupun persediaan dari hasil tangkapan nelayan melimpah. Pencarian ikan menjadi lebih efisien terutama dapat menghemat bahan bakar yang digunakan oleh kapal nelayan.

Deteksi posisi ikan dapat dilakukan dengan sejumlah data yang tersedia dalam FishOn seperti migrasi fitoplankton dan arah ombak dengan tingkat kebenaran mencapai 90 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun