Mohon tunggu...
Alex Win
Alex Win Mohon Tunggu... -

I think therefore I am

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Wisata Politik ke Kota Solo

12 September 2012   17:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:33 5461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_205363" align="aligncenter" width="448" caption="Loji Gandrung, Rumah Dinas Walikota Solo"][/caption] Kata "Wisata Politik" mungkin terdengar aneh, tetapi memang sejak sebelum putaran pertama Pilkada DKI, saya berkeinginan melihat bukti prestasi walikota Joko Widodo membangun kota Solo. Apakah betul seperti yang didengungkan media tentang pencapaian Jokowi ? Sabtu sore (08/09/2012), saya dan keluarga tiba di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Kesan bersih, rapi dan nyaman terlihat di area bandara, walaupun kecil jika dibandingkan dengan Bandara Soekarno-Hatta. Bandara yang tertata dengan baik adalah hal yang penting karena akan memberikan kesan pertama yang melekat. [caption id="attachment_205367" align="aligncenter" width="448" caption="Bandara Adi Soemarmo, Solo"]

13474401151581648634
13474401151581648634
[/caption] Perjalanan dari Bandara menuju hotel di pusat kota membutuhkan sekitar 30 menit dengan taxi. Tidak banyak yang dilihat karena memang sudah menjelang malam. Sambil jalan, saya pun memancing pembicaraan dengan supir taxi tentang kondisi kota Solo. "Kota Solo menjadi lebih rapi setelah dipegang oleh Pak Jokowi" kata supir taxi yang berusia kira-kira 3oan ketika menutup pembicaraan setiba di hotel, sebagai jawaban atas komentar saya tentang keteraturan sisi kiri-kanan jalan raya. Kuliner Malam Galabo menjadi tujuan singgah pertama malam itu, setelah memasukkan koper ke kamar hotel. Letaknya kira-kira 10 menit ditempuh dengan becak. Galabo adalah wujud nyata dari usaha untuk memberdayakan para pedagang kecil. Aneka kuliner Solo tersaji dengan gaya kaki lima, ditata di sepanjang jalan didepan pusat belanja Beteng. Jalan sepanjang 200 meter ditutup dari sore sampai malam hari untuk mengakomodasi para pedagang makanan. Ada timlo, thenkleng, sate buntel, sate ayam, nasi goreng, ayam kremes, gudeg, wedang ronde berjejer sepanjang jalan. [caption id="attachment_205371" align="aligncenter" width="448" caption="Kuliner Malam Galabo"]
13474415071929629987
13474415071929629987
[/caption]

Konsep Galabo mirip seperti kuliner malam Pusat Sate, Lau Pa Sat di Singapura yang buka hanya malam hari dengan menempati sepotong jalan yang ditutup untuk kendaraan bermotor. Hanya saja, Galabo menempati jalan yang lebih panjang sehingga lebih lengang, masih banyak yang bisa ditambah dalam lokasi ini.

Becak, Becak Coba Bawa Saya.....

Walaupun jalan di pusat kota Solo tidak terlalu padat jika dibandingkan dengan Jakarta, becak tetap merupakan pilihan yang ideal untuk mengunjungi lokasi wisata dalam kota. Selain mudah untuk menyelinap keluar masuk jalan kecil, para tukang becak juga bisa merangkap jadi "tour guide", tinggal sebut saja mau lihat apa, belanja dimana dan makan apa.

[caption id="attachment_205381" align="aligncenter" width="448" caption="Becak "]

1347444139130644950
1347444139130644950
[/caption] Minggu pagi merupakan "car free day" di Jalan Slamet Riyadi. Warga Solo, sepeda, dan becak melenggang di jalan yang tertutup untuk kendaraan bermotor. Banyak aktivitas digelar di jalan seperti olah raga, pentas seni jalanan, atau sekedar jalan-jalan. [caption id="attachment_205418" align="aligncenter" width="448" caption="Pentas Seni Jalanan"]
13474569752052939928
13474569752052939928
[/caption] Menelusuri Jalan Slamet Riyadi dengan becak sewaan, sampailah di Loji Gandrung, ambil foto dari luar pagar lalu jalan lagi. Khusus hari minggu, rumah dinas walikota tertutup untuk umum. Pada hari kerja masyarakat bisa mampir untuk sekedar foto-foto atau meminta bertemu Jokowi jika memang ada hal penting. Berikutnya becak sewaan pun diarahkan ke Kampung Batik Kauman, mencari batik khas Solo. Perhatikan, bahkan ada tertulis "The City of Batik" di bawah nama bandara Adi Soemarmo. Apa Kata Mereka Tentang Jokowi ? Sambil menunggu isteri yang sibuk dengan berbagai macam batik di Kauman, saya pun berbincang-bincang dengan penarik becak, Mas Marsono dan Mas Yadi tentang kehidupan di Solo. Tentunya tidak jauh dari profil Jokowi, sang walikota. Apa kata mereka ? Penulis : "Mas, bagaimana keadaan kota Solo dibawah pimpinan Jokowi ?" Mas Yadi : "Wah bagus....lebih bersih....lebih teratur. Pedagang kaki lima diberi tempat, diatur semua, tidak dipaksa." Mas Marsono : "Iya...lebih bagus, orang-orang kecil juga diperhatikan. Pak walikota dekat dengan rakyatnya, ndak sombong." Penulis : "Di Jakarta ada yang bilang Pak Jokowi terlibat korupsi di Solo..." Mas Yadi dan Marsono : " Huahahhahaaaa ........ (tertawa bareng)." Mas Yadi : "Ndak mungkin mas, Pak Jokowi itu jujur, gajinya saja tidak diambil....... ndak mungkin korupsi, semua ada tanggung jawabnya. Kalau ada yang bilang korupsi, mari saya antar keliling cari tahu, gratis, ndak usah bayar. Mari buktikan Pak Jokowi korupsi atau tidak....." Mas Marsono : "Iyo....tak dampingi...... cari tahu. Itu kan kata orang yang ndak suka sama Pak Walikota, asal ngomong....." ( celetuknya dengan logat Jawa yang kental ). Penulis : "Iya, sedang ramai di Jakarta menjelang pemilihan putaran kedua...." Mas Yadi : "Semoga Pak Jokowi menang, warga Solo pasti dukung...ikut senang..... bangga........"Waktu ada Sule manggung di Sriwedari, Pak Walikota ikut berbaur dengan rakyat, duduk lesehan bersama rakyat di bawah, bukan di kursi khusus. Pak walikota selalu dekat dengan rakyatnya, ndak sombong........" Perbincangan pun mengalir tentang keluarga, kehidupan di Solo, dan apa yang sedang terjadi akhir-akhir ini termasuk serangan teroris terhadap polisi. [caption id="attachment_205423" align="aligncenter" width="448" caption="Mas Marsono dan Mas Yadi"]
1347458596560740722
1347458596560740722
[/caption] Ternyata kedua mas-mas ini termasuk "tukang becak" yang sukses. Mas Yadi mempunyai empat anak,  tiga anaknya telah mengenyam bangku universitas, dua sudah lulus dan bekerja, anak bungsu masih di SMU. Mas Marsono juga mempunyai empat anak, tiga anaknya telah bekerja dan anak bungsu masih di bangku SMP. Keduanya menarik becak hanya "sambilan" saja di usia paruh baya. Mas Yadi, warga asli Solo, memiliki toko kelontong yang dikelola isterinya, sedangkan mas Marsono punya sawah di Klaten. Tentu itu hasil kerja keras di masa muda mereka. Solo Kota Batik Solo memiliki banyak pusat batik dengan kualitas sesuai harga. Saya sempat mampir di Pusat Grosir Solo, Beteng Trade Center, Kampung Batik Kauman dan Pasar Klewer untuk batik kelas "pasar rakyat". Sedangkan Batik Danar Hadi merupakan Batik "kelas atas". Variasi harga cukup jauh dengan beribu-ribu pilihan. Solo, "City of Batik". [caption id="attachment_205425" align="aligncenter" width="448" caption="Batik Pasar Klewer"]
1347459592896916605
1347459592896916605
[/caption] [caption id="attachment_205426" align="aligncenter" width="448" caption="Batik Danar Hadi"]
13474596301471192025
13474596301471192025
[/caption] Pasar batik merupakan salah satu tulang punggung ekonomi masyarakat Solo. Ekonomi berbasis industri kreatif. Kuliner Jalanan Solo juga terkenal dengan kulinernya, khususnya untuk "kelas warung". Sebut saja Nasi Liwet Wongso Lemu, Pecel Ndeso, Sate Buntel, Soto Ayam, Wedang Ronde, Es Dawet, Ayam Kremes Blitar, dan masih banyak lagi. [caption id="attachment_205428" align="aligncenter" width="336" caption="Nasi Liwet "]
134746035479170565
134746035479170565
[/caption]

[caption id="attachment_205427" align="aligncenter" width="448" caption="Warung Nasi Liwet Wongso Lemu"]

13474603202122458103
13474603202122458103
[/caption]

Kuliner malam Galabo yang telah dijelaskan di atas merupakan contoh pengembangan potensi kuliner di Solo. Memang tidak semua bisa sesukses warung nasi liwet Wongso Lemu atau Soto Ayam Gading yang selalu ramai dikunjungi pelanggan, tetapi bisa menjadi penggerak ekonomi rakyat kecil.

Jajanan pinggir jalan pun tidak kalah potensinya, ambil saja contohnya Es Dawet dan Gempol serta Wedang Ronde yang dijajakan dengan gerobak.

[caption id="attachment_205430" align="aligncenter" width="448" caption="Penjaja Dawet dan Gempol"]

13474609611849885049
13474609611849885049
[/caption] [caption id="attachment_205431" align="aligncenter" width="448" caption="Es Dawet dan Gempol "]
13474609941410377058
13474609941410377058
[/caption]

Mari kita simak apa kata penjaja Wedang Ronde pinggir jalan tentang walikota Jokowi:

"Pak Jokowi memperhatikan rakyat, jujur dan menata kota Solo jadi rapi. Kita sebagai rakyat merasa tentram. Kejadian kemarin itu (penembakan polisi) tidak biasanya, pasti ada yang iri dengan Solo yang tentram..... Pak Jokowi itu bagus."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun