Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lagi Ahok "Hajar" Guru

2 Januari 2014   22:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13 2837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau populer dipanggil Ahok kembali bikin jantung guru-guru di Jakarta hampir copot.  Apa pasal,  setelah November 2012 lalu Ahok  berkomentar pedas mengenai guru-guru dan kepala sekolah se- DKI Jakarta ketika berkunjung ke salah satu sekolah Unggulan di Jakarta, kini ketika memberi pengarahan kepada jajaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI, di kantor Dinas Dukcapil, Jalan S Parman, Jakarta Barat, Selasa 31 Desember 2013 kemaren, Ahok kembali terang-terangan sindir para PNS guru DKI Jakarta.

Kalau dulu di depan majelis guru dan kepala sekolah  Ahok berbicara dengan nada keras dan tegas tentang guru yang mengeluhkan gajinya. Pada waktu itu Ahok menuturkan, jika para guru tetap mengeluhkan gaji yang diberikan dari pemerintah, maka ia harus mengundurkan diri dari sekolah-sekolah yang dikelola pemerintah. “Saya sudah tegas, kalau guru-guru di DKI merasa hebat, kerja di swasta saja. Banyak guru-guru di sekitar DKI mau masuk ke DKI,” ucapnya. Ketegasan Ahok itu  membuat diam seluruh guru dan kepala sekolah yang hadir pada acara kunjungan tersebut.

Kini, Ahok kembali berbicara lantang mengenai profesi guru di DKI Jakarta. Menurut Ahok, dari seluruh pekerjaan PNS DKI, guru PNS adalah yang paling mudah. "Coba bayangkan, gaji seluruh guru DKI setahun sampai Rp 7 triliun, kerja cuma tiga jam sehari, kualitas pendidikan DKI amburadul, sedang kita semua kerja pagi siang malam, kualitas pelayanan prima, betul nggak pak?" ujar Ahok di hadapan 267 petugas Dukcapil Kelurahan dan 44 petugas kecamatan.

Walau tidak berbicara di depan para guru Ahok tetap terus saja panjang lebar memojokkan guru. Menurutnya, dengan penghasilan tinggi dan pekerjaan mudah, para guru seharusnya tidak lagi main-main dengan orangtua murid, terutama soal uang dan pungutan liar. Kemudian Ahok juga membanding-bandingkan guru PNS dengan PNS lainnya, Ahok menilai guru PNS itu senang karena guru PNS juga libur ketika para pelajar libur. Sementara PNS dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya bahkan harus bekerja di hari libur. Seperti Satpol PP, Dinas Pemadam Kebakaran, dan lainnya.

Karenanya Ahok  seperti menyindir mengatakan: " "Saya terima kasih bapak ibu semua setiap hari melayani masyarakat, makanya saya bilang kita nggak mau ada PGPS (Pinter Goblok Penghasilan Sama)". Entah siapa yang pintar dan goblok menurut Ahok. Apakah guru yang dimaksudnya goblok. Entahlah! Tapi, kalo membaca komentar Ahok setahun lalu  seperti diatas " Saya sudah tegas, kalau guru-guru di DKI merasa hebat, kerja di swasta saja. Banyak guru-guru di sekitar DKI mau masuk ke DKI, maka sudah jelas siapa yang dimaksud Ahok si goblok tersebut.

Apa yang disampaikan Ahok tersebut kemudian menjadi pemberitaan media dan tersebar luas ke seluruh Indonesia. Di media sosial seperti  grup guru di Facebook, Twitter dan komentar-komentar menanggapi  berita tersebut rata-rata para guru atau yang bersimpati kepada profesi guru sangat menyayangkan pernyataan Ahok ini. Para guru sangat tersinggung profesi mereka dicemooh oleh Ahok sedemikian rupa. Mereka yang simpati kepada guru menyayangkan cara komunikasi Ahok yang sangat buruk dan salah kaprah menilai profesi guru.

Memang diakui, kualitas pendidikan kita tidak hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia rata-rata memang rendah.  Tapi, tidak serta merta kesalahan ditimpakan kepada guru.  Sistem pendidikan yang dikembangkan pemerintahlah faktor utamanya. Contoh kecilnya adalah pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang hingga kini masih sarat kecurangan.  Karena faktor " tekanan" dari atas, guru akhirnya terpaksa curang dengan membantu mengerjakan jawaban UN dengan segala cara agar seolah-olah daerahnya kualitas pendidikannya baik. Kemudian faktor lainnya tidak meratanya sarana dan prasana, lalu besarnya korupsi di lingkungan dinas pendidikan, dan orangtua yang kurang peduli pendidikan anaknya setelah digratiskan sekolah dan lain sebagainya.

Kemudian mengenai pungutan-pungutan di sekolah, semua adalah kebijakan kepala sekolah dan komite sekolah. Kebijakan ini diambil ada banyak faktor yang melatar belakangi.  Misalnya saja sekolah kekurangan fasilitas dan sarana pembelajaran, jika mengharapkan proyek pemerintah kadang sangat lama terealisasi karena dana yang terbatas dan kadang cairnya pun lambat bahkan "disunat" pula oleh oknum pejabat di Dinas. Akhirnya dengan bekerjasama dengan orangtua wali murid yang tergabung dalam komite sekolah,  akhirnya didapatlah kesepakatan untuk merealisasikan fasilitas itu diambil dengan pungutan ke wali murid dengan besaran yang disepakati. Jadi sangat jarang sekolah meminta pungutan tanpa sepengetahuan komite sekolah.  Apalagi guru berani buat kebijakan sendiri sangat jarang terjadi.

Seharusnya Ahok memahami masalah pendidikan terlebih dahulu baru berkomentar mengenai kualitas pendidikan. Jangan main "hajar" saja bahwa penyebab kualitas pendidikan rendah itu adalah guru. Lalu mengenai kesejahteraan guru adalah suatu yang wajar.  Di negara maju dan berkembang kesejahteraan guru sangat diperhatikan. Bahkan jika dibanding-bandingkan maka penghasilan guru di Indonesia sangat rendah di banding negara tetangga,  contohnya Malaysia gaji guru disana bisa tiga kali lipat dibanding gaji guru disini. Apalagi bila dibanding dengan gaji guru Honor. Kenapa mereka menggaji tinggi profesi guru? Ahok silahkan studi banding kesana.

Bagi guru ucapan pedas Ahok ini janganlah sampai pula melukai hati kita. Pengabdian tetaplah nomor satu.  Kemuliaan profesi harus terus kita jaga untuk menahan diri untuk tidak pula membalas memaki-maki Ahok. Sindiran ahok sebaiknya kita jadikan untuk instropreksi diri.  Kita akui memang bahwa banyak juga dari rekan-rekan guru kita yang memang tidak menjiwai profesinya.  Maka sindiran itu lebih tepatnya kita "forward" saja ke oknum-oknum guru tersebut.

Bagi bapak/ibu guru yang dulu pernah mengajar dan mendidik Ahok, walau kini balasannya profesi kita malah "dihajar" Ahok, tetaplah maapkan dia....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun