Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Sumowono, Purworejo Bila Berhubungan Seks Wanita Harus Bayar

23 September 2012   23:21 Diperbarui: 4 April 2017   17:58 12581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak tahu kota Purworejo yang berjarak sekitar 75 km dari Yogyakarta. Memang untuk saat ini kesana dari Yogya harus berkendara sekitar 3 jam karena sedang pembangunan  flyover di ujung ring road Jogja.  Di pinggiran kota purworejo ada sebuah desa yang menarik untuk kita ulas, bernama sumowono yang bisa kita masuki lewat kota purworejo atau bisa juga lewat Godean. Desa yang terkenal dengan pemandangan Bukit Menorehnya ini sangat seksi untuk kita bicarakan pagi ini sambil menyerumput kopi.

Desa ini adalah desa proyek percontohan kemitraan antara PT Jasa Raharja (Persero) dengan 24 orang penduduk desa yang mendapatkan bantuan kambing etawa. Kemitraan ini sudah berlangsung  1,5 tahun, waktu itu penduduk menerima pinjaman dari Jasa Raharja masing-masing Rp 15 juta. Bunganya hanya enam persen setahun. Tiap orang bebas menentukan strateginya sendiri. Boleh membeli lima kambing kecil-kecil, boleh juga membeli tiga kambing yang sudah besar.

Lho apa hubungannya cerita seksi dengan kambing? hehe. Begini, salah seorang penerima bantuan tersebut adalah Marwan , strateginya membeli tiga kambing etawa: dua induk dan satu calon induk.  Ketika menteri BUMN berkunjung Marwan  yang suka bercanda, bercerita : “Kalau terjadi hubungan seks di sini, pihak wanitanya yang harus bayar,” ujar Warman. “Sekali hubungan Rp 50.000,” tambahnya. Dengan strateginya itu selain mendapat penghasilan tambahan, kambingnya pun sudah 14 ekor. Luar Biasa. Di desa ini ada tiga pejantan tangguh salah satunya dipelihara oleh kelompok peternak Ngudi Luwih.

Semua penerima bantuan sekarang sudah berhasil seperti Marwan. Harga kambing ewata ini bisa mencapai 10 juta per ekor. lho kok bisaa? Karena Kambing etawa adalah kambing yang dipelihara bukan karena dagingnya, tapi karena kecantikannya. Tubuhnya tinggi (90 cm), besar, indah, dan bulunya (khususnya bulu panjang yang tumbuh di bagian pantatnya) sangat seksi. Bentuk wajahnya manis seperti ikan lohan. Telinganya panjang menjuntai dengan bentuk yang mirip hiasan di leher. Harga susunyapun mahal Rp. 15000/liter.

Di Purworejo ini juga ada pasar terbesar kambing erawa. Disini dijual hampir 700 ekor kambing erawa setiap harinya. Disini juga ada salon kambing erawa  bagi mereka yang ingin mempercantik tanduk kambingnya atau yang ingin memotongkan kuku kambing mereka.

Penyakit kambing erawa yang paling ditakuti adalah kanker payudara. Karena itu peternak harus rajin meraba-raba payudara kambing mereka. Begitu payudara itu terasa lebih panas dari suhu tangan yang meraba, haruslah segera disuntik. Kalau tidak, payudara itu akan mengeras, membiru, dan tidak sampai seminggu akan mati.

Tapi yang paling menentukan adalah kemampuannya memproduksi anak. Untuk itu peternak harus hafal kapan kambingnya mulai birahi. Ini bisa dilihat dari kemaluannya yang memerah, atau yang sepanjang malam gelisah, tidak mau tidur dan terus mengembik. Kalau sudah begini, peternak harus segera membawanya ke pejantan untuk dikawinkan. Pemiliknya harus selalu mengintip. Ini untuk memastikan apakah perkawinan sudah terjadi. Biasanya tidak lama. Dalam waktu setengah jam, perkawinan sudah terjadi dua kali. Cukup. Betinanya segera dikeluarkan dan dibawa pulang. Tentu setelah membayar Rp 50.000. Setengah bulan kemudian, kalau belum terjadi tanda-tanda kehamilan, sang betina dikawinkan lagi. Kali ini gratis!

Nah, proyek -proyek pemerintah semacam ini sangat banyak dipedesaan dengan berbagai macam model. Peternak, petani sangat terbantu dengan proyek kemitraan ini. Belum lagi program-program pemerintah daerah berupa bantuan modal, pengembangan dan lain-lain. Oleh karenanya daripada menjadi gelandangan di kota-kota besar, menjadi model iklan kemiskinan di perkotaan mending pulang kampung!

Ayo, balek kampung!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun