Mohon tunggu...
Aksari Aksari
Aksari Aksari Mohon Tunggu... Konsultan - An infrequent bloggers with love to life

Infrequent blogger and life explorer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Kamu Beragama?

16 Januari 2016   18:47 Diperbarui: 16 Januari 2016   19:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pikir-pikir tentang terorisme dan kebencian atas nama agama seru juga.

Semuanya bicara tentang bagaimana menghalau radikalisme berkembang dan sisi lainnya berjuang memperkenalkan agamanya kembali, meyakinkan bahwa tidak ada unsur kekerasan dan teror yang harus ditakuti.

Sebagian memang takut karena tidak tahu, sebagian sibuk menyebarkan cerita horor dan lainnya menderita karena tuduhan asal-asalan.

Seperti saat dua anak kecil ribut tentang Bapak siapa yang lebih hebat, semua tutup telinga tak mau dengar dan pulang dengan kesimpulan sendiri-sendiri.

—

Sedikit yang bicara tentang kenapa mereka beragama. Mungkin lebih sedikit lagi yang menerapkan ajaran agamanya karena sibuk membuktikan bahwa ribut-ribut tentang dampak agama abcd.

Kenapa kamu beragama? Kalau saya karena saya jatuh cinta dengan sosok yang diperkenalkan dengan saya dan seluruh ajaran dan anjuran yang diberikan. Saya membayangkan baiknya dunia ketika kita akan membagi roti pada yang kelaparan, memberi baju untuk yang telanjang, perlindungan bagi yang ketakutan. Saya membayangkan nyaman-nya dunia apabila semua sepakat kalau mencuri itu buruk dan mengasihi itu baik.

Saya gak muluk-muluk juga tentang bagaimana harus beragama. Konsepnya satu, saya mau mengasihi orang lain sebagaimana saya mau dikasihi.

Kamu karena apa?

Sebagian besar dari kita tidak memilih atau menemukan agama kita sendiri. Banyak yang dipilihkan lalu diperkenalkan. Mungkin sedikit dari kita yang benar-benar punya alasan sendiri kenapa yang A lebih baik dari B.

Saya gak compare juga. Yang penting saya mau jadi orang baik. Dan ribet kalau nentang orang tua. Alasan lainnya, karena sudah terbiasa. Tau kan susahnya rubah kebiasaan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun