Mohon tunggu...
indra eka
indra eka Mohon Tunggu... Pekerja Lepas di Kemendikbud -

Pernah Jadi Mahasiswa Arkeologi UI Pernah Jadi Fotografer Amatir Pernah Jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Urang Kanekes: Berkaca dari kesederhanaan Baduy

2 April 2016   05:36 Diperbarui: 2 April 2016   06:58 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebenarnya tulisan ini berasal dari blog saya (aksamala.wordpress.com) awal tahun lalu, sengaja saya repost disini semoga bermanfaat...

Akhir 2014 lalu dan awal 2015 ini merupakan sebuah waktu yang melelahkan bagi saya. Saya sendiri sebenarnya tidak banyak memperkirakan perjalanan tersebut. oke, sekarang kita mulai. seperti tahun lalu, saya diajak mengikuti trip sebuah Trip Organizer yang dimiliki oleh salah satu junior saya, namun saya sebagai bagian dari panitia. trip tersebut adalah trip ke pulau Onrust (nanti akan saya ceritakan pula) selesai trip ke onrust, tepat jam 5 pagi saya mendapatkan telpon dari junior saya yang menjadi ketua dan owner yang mengajak saya ke onrust sebelumnya, dia mengajak saya ke baduy, sama seperti dahulu, dua kali saya pergi ke tempat yang sama yakni baduy. jam 5 ditelpon dan jam 6 saya sudah stay siap sedia untuk berangkat.

Saya berangkat beserta ketua rombongan melalui kereta dari st. Tanah abang dan berakhir di st. Rangkas bitung. Dari rangkas bitung kami menyewa satu elf langsung menuju ciboleger. Ciboleger adalah terminal utama menuju baduy.

singkat cerita, saya beserta rombongan sudah sampailah di tempat yang dituju yakni desa Kanekes alias baduy, desa yang menurut saya harus membutuhkan perjuangan untuk mencapainya, trekking dan trekking yang harus saya jalani dengan bobot 80Kg menempel di sekujur jiwa (ceileh) dan harus dibayarkan dengan udara sejuk, kesahajaan warga sekitar, dan pelajaran mengenai penghargaan tentang alam, hari pertama kami menginap di kampung balimbing, dekat tempat kang saripin, lalu hari kedua kami berjalan ke desa cibeo dan bermalam di baduy dalam dan keesokan harinya pulang ke balimbing lagi.

Pada tulisan ini kadang saya menyebut kanekes, kadang saya menyebut baduy. Nama kanekes itu adalah nama resmi orang baduy. Sedangkan nama baduy merupakan nama gunung (bukit ?) Di sekitar perkampungan kanekes.

Selama saya bermalam disana, saya merasakan betapa bersahajanya kehidupan kanekes dengan alam. Kami mandi di sungai yang mengalir jernih, memasak menggunakan tungku perapian. Oiya, apabila kita keluar malam dan berjalan menuju sungai, bisa didapatkan jamur yang bercahaya seperti film avatar, namun sayangnya bagi rombongan kami yang tidak terbiasa hidup tanpa toilet maka hal tersebut akan merepotkan. Semalam sangatlah singkat, karena keesokan paginya saya kembali pulang.

dalam perjalanan pulang sandal saya rusak, sehingga dari desa cibeo saya harus bertelanjang kaki untuk mencapai desa balimbing dengan trekking sejauh dua jam lebih dengan kontur perbukitan dan trek berbatu tajam, berlumpur, tanah liat yang basah dan licin. berkali kali saya terjatuh dan terperosok juga tepeleset hampir jatuh ke jurang, juga hal-hal demikian membuat telapak kaki saya sobek sepanjang 5cm. saya tidak sendirian ada pula yang ikut bertelanjang kaki juga bersama saya, namun nasibnya lebih baik. salah satu rombongan saya pun tidak bisa melanjutkan perjalanan karena perutnya kram dan harus digendong di sisa perjalanannya.dengan kondisi demikian maka perjalanan harus dihentikan sampai desa balimbing saja, namun beberapa peserta dan panitia yang memang masih kuat melanjutkan hingga ciboleger dan pulang kembali ke jakarta.

saya termasuk orang yang tidak melanjutkan ke jakarta tetapi memilih bermalam sehari lagi di desa balimbing, tepatnya di rumah kang sarpin. kang sarpin adalah bapak dari Mul, sahabat kami orang baduy luar yang menurut kami adalah orang baduy yang paling cerdas yang kami kenal (karena sudah mengenal teknologi dan menggunakan bracket di giginya hehehe :p). Kang sarpin merupakan salah satu oarng yang bekerja di instansi pemerintahan untuk membantu mengurusi urusan desa kanekes dengan pemerintah (disebut jaro pamarentah). pada pagi hari sangat pagi sekali saya duduk di beranda rumah, rupanya kang sarpin juga punya kebiasaan sama seperti saya, duduk di beranda rumah ketika pagi hari. maka mulailah percakapan basa basi hingga menjurus kepada percakapan yang cenderung opini dari seorang putera kanekes yang resah terhadap kondisi negara (ceileh mulai berat)

sebagai seorang pamong desa, maka ia harus memfasilitasi antara pemerintah dan masyarakat. Semenjak pemerintahan pak jokowi semua pasti tahu beliau mengeluarkan banyak kartu saktinya yang harus dipegang oleh masing-masing penduduk yang kesusahan, sementara itu parameter yang digunakan pemerintah untuk mengukur kesejahteraan warganya sangat tidak cocok apabila ditetapkan di baduy, bayangkan jika seorang penduduk dikatakan miskin apabila tidak memiliki kendaraan, ponsel, televisi, dan rumah permanen, bagaimana dengan masyarakat baduy yang kehidupannya amat sederhana dan mereka tidak merasa kesulitan namun dicap sebagai keluarga yang kurang sejahtera? jika hal tersebut diteruskan saja maka hasil dari parameter tersebut akan menjadikan tingkat kesejahteraan desa kanekes turun drastis. kemudian prihal bantuan tersebut sesungguhnya bagi kebanyakan masyarakat baduy merupakan hal yang tidak perlu, karena masyarakat baduy bukanlah memiliki mental yang mau begitu saja menerima pemberian tanpa ada upaya sebelumnya hal tersebut adalah sebuah pamali.

kehidupan masyarakat baduy pun nyaris tanpa konflik antara masing-masing individunya walaupun jarak antara rumah tergolong sangat berdekatan, hal tersebut sangatlah kontras sekali dengan yang terjadi di daerah perkotaan terutama daerah urban yang pergesekan kepentingannya sangatlah besar. kehidupan masyarakat kanekes sangatlah bersahaja.

Mungkin hal tersebut adalah pengejawantahan dari semboyan orang Kanekes... Yang panjang tidak boleh dipotong, yang pendek tidak boleh disambung... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun