Mohon tunggu...
Muhammad Akrom
Muhammad Akrom Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

enjoy, free, and netral or independent.\r\n\r\nhttp://mochacom.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Etika Dzikir "Menggapai Kesempurnaan I'tikaf"

30 Agustus 2010   13:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:35 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

I'tikaf?

Apaan tuh? Yaitu berdiam (tinggal) di atas sesuatu. Dan dapat dikatakan bagi orang-orang yg tinggal di masjid dan menegakkan ibadah di dalamnya sebagai mu'takif dan 'akif. Secara harfiyah, I'tikafadalah tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Dengan demikian, I'tikaf adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah Swt.Penggunaan kata I'tikaf di dalam Al-Qur'an terdapat pada firman Allah Swt: “Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf di dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat ayat-Nya kepada manusia supaya mereka bertaqwa.” (QS 2:187).Di dalam Islam, seseorang bisa beri'tikaf di masjid kapan saja, namun dalam konteks bulan Ramadhan, maka dalam kehidupan Rasulallah Saw, I'tikaf itu dilakukan selama sepuluh hari terakhir. Diantara rangkaian ibadah dalam bulan suci Ramadhan yang sangat dipelihara sekaligus diperintahkan (dianjurkan) oleh Rasulallah Saw adalah I'tikaf. I'tikaf merupakan sarana muhasabah dan kontemplasi yang efektif bagi muslim dalam memelihara dan meningkatkankeislamannya, khususnya dalam era globalisasi, materialisasi dan informasi kontemporer.

"tak perlu menunggu malam atau pun di tempat suci, di tengah puing2 pun tak jadi persoalan"

Sesuai petunjuk dalam Allah swt dalam al-Qur’an al-Karim dan petunjuk Nabi Muhammad Saw dalam al-Hadis as-Syarif, seorang yang akan melakukan dzikir (I'tikaf) setidaknya memperhatikan beberapa hal dibawah ini, yakni:

a)Niat, semata-mata karena Allah Swt dan mengharap ridho-Nya.

Sabda nabi Muhammad saw:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.

Artinya: Sesungguhnya amal perbuatan tergantung niatnya, dan setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang diniatkannya.(HR. Bukhari)

Dan barang siapa berniat melakukan amalan baik yang bersangkutan dengan ketaatan kepada Allah Swt maka baginya pahala. Demikian pula jikalau seseorang itu berniat hendak melakukan suatu amalan yang baik, tetapi tidak jadi dilakukan, maka dalam hal ini orang itu pun tetap juga menerima pahala. Hal ini berdasarkan sabda Rasulallah Saw: “Niat seseorang itu lebih baik daripada amalannya”. Meski demikian, akan jauh lebih baik jika kita berniat kemudian melakukannya.

b)Penuh Rasa Takut dan Merendahkan Diri.

Allah Swt berfirman:

Artinya: dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai. (QS: al-A’raaf: 205).

c)Dengan Penuh Khusyu’ dan Menangis.

Artinya: dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. (QS: al: Kahfi: 109).

d)Tidak Mengeraskan Suara, Tidak Juga Terlalu Pelan.

Artinya: dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara. (QS: al-A’raaf: 205).

Namun, berdzikir dengan mengeraskan suara juga diperbolehkan. Misal; ketika dzikir bersama atau dalam suatu istighozah, bahkan Sahabat Umar Ibn Khatab r.a. sendiri mengeraskan bacaan dzikirnya. Hal ini tentu berbeda dengan sahabat Abu Bakar ash-Syidiq r.a. yang pelan dalam bacaan dzikirnya. Dzikir dengan mengeraskan suara dilakukan pada waktu-waktu tertentu sangat dianjurkan misalnya; seperti ketika sedang melaksanakan ibadah haji (talbiyah) atau ketika bertakbir di hari raya, Idul Fitri, Idul Adha’ dan pada hari-hari tasyrik.

Sabda Nabi Muhammad saw;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُ الذِّكْرِ الْخَفِيُّ وَخَيْرُ الرِّزْقِ مَا يَكْفِي.

Artinya: Rasulallah Saw bersabda: Sebaik-baik dzikir adalah yang pelan, dan sebaik-baik rizki adalah yang mencukupi. (HR. Ahmad).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun