Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bertutur dan Berperilaku dengan Semangat Pancasila

18 September 2019   23:53 Diperbarui: 18 September 2019   23:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Sara - youtube.com

Demokrasi di Indonesia menganut demokrasi Pancasila. Esensi demokrasi Pancasila ini adalah segala sesuatunya adalah dari rakyat dan untuk rakyat. Segala kebijakan yang lahir, harus mengedepankan kepentingan rakyat. Artinya, kepentingan masyarakat yang lebih luas harus menjadi prioritas. Demokrasi Pancasila juga mengadopsi nilai-nilai toleransi, saling memanusiakan dan tentunya tidak keluar dari nilai-nilai keagaman.

Bertutur dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila, merupakan keniscayaan yang harus dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia. 

Kenapa? Karena tingkat keragaman di negeri ini sangat tinggi, yang bisa berpotensi melahirkan perbedaan pandangan. Perbedaan inilah yang sering digunakan oleh kelompok intoleran dan radikal, untuk memicu terjadinya provokasi sehingga bisa melahirkan konflik di tengah masyarakat.

Tak dipungkiri, di era kebebasan yang berjalan seiring dengan kemajuan teknologi ini, banyak digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya melalui status, gambar, video, ataupun tulisan. Dan bentuk ekspresi inilah yang terkadang keluar dari tatanan yang berlaku. Maraknya ujaran kebencian dan hoaks adalah salah satu contoh yang bisa kita temukan saat ini. Meski semua orang tidak menghendakinya, nyatanya peredaran kebencian dan kebohongan masih marak dan meningkat hingga saat ini.

Bahkan, karena kebohongan dan kebencian inilah sudah mulai mengaruh pada perilaku yang intoleran. Seseorang atau kelompok bisa melakukan persekusi terhadap orang atau kelompok lain. Aktifitas semacam ini, tentu akan mengganggu jika dibiarkan. Namun bukan berarti kita juga harus membalas persekusi dengan persekusi, membalas kebencian dan kebencian atau perbuatan negative lainnya.

Dalam kajian Setara Institute dari 2007 hingga 2018, setidaknya telah terdapat gangguan beribadah bagi umat kristiani. Gangguan ini pun bentunya beragam. Mulai dari intimidasi, cacian, pemukulakita n hingga penyegelan tempat ibadah. Bahkan kelompok agama minoritas, hingga saat ini masih seringkali mendapatkan diskriminasi. 

Padahal, Indonesia sudah beragam sejak dulu. Dan keragaman budaya di Indonesia sudah benar-benar diakui oleh dunia. Dan keragaman ini bisa menjadi nilai tambah, jika kita memang bisa merawatnya. Segala perbedaan yang muncul akibat keragaman ini, semestinya tidak akan terjadi lagi. Kenapa? Karena kita masyarakat Indonesia, yang mempunyai nilai-nilai keragaman yang begitu massif.

Menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama, agar negeri ini terbebas dari segala pengaruh buruk. Mari kita kembali ke nilai-nilai Pancasila dan menerapkannya dalam setiap ucapan dan perilaku. Mari kita saling mengingatkan dan mengontroil diri, agar tidak mudah membiarkan terpengaruh paham radikal. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun