Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Rewel Saat Pertama Masuk Sekolah, Bagaimana Menghadapinya?

17 Juli 2018   16:17 Diperbarui: 18 Juli 2018   18:16 2586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diadopsi dari citibabes.com

Musim sekolah telah tiba. Kebanyakan anak akan menyambutnya dengan antusias dan gembira. Orangtua juga tidak kalah antusias, selain mempersiapkan perangkat sekolah, orangtua zaman now juga sibuk memotret buah hati menggunakan seragam baru, mengedit serta menunggah di lini masa internet plus caption motivasi yang tidak jarang susah dipahami, hehe.

Dibalik itu semua, sebagian orangtua (terutama dengan anak usia dini yang baru pertama kali masuk sekolah), musim sekolah baru mungkin malah diiisi dengan hal sebaliknya, kekhawatiran dan airmata. 

Sebagian anak akan protes dan menangis bahkan bersifat agresif saat akan ditinggal di sekolah, pada sisi lain orangtua juga tidak tega melihat hal tersebut. Sehingga menjadi pemandangan umum saat musim sekolah tiba, orangtua (tertama ibu-ibu) memenuhi halaman lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Bahkan tidak jarang parkiran sekolah meluber dan membuat macet.

Berpisah dengan buah hati merupakan hal yang sulit. Itu hal wajar, sama wajarnya dengan tangisan anak-anak saat akan kita tinggalkan.

Psikologi menyebutnya kecemasan akan perpisahan (separation anxiety), yaitu semacam perasaan takut, tertekan atau perasaan susah yang dapat dirasakan oleh orangtua atau anak saat mereka berpikir akan berpisah dengan rumah atau orang-orang terdekat dan lekat dengannya. 

Psikologi menyebut jenis kecemasan seperti ini adalah hal yang wajar pada bayi dan biasanya akan berakhir pada usia 2 tahun. Namun pada kenyataannya banyak anak-anak dan orangtua tidak mampu mengontrol emosi sedih saat momen perpisahan tiba. Ok, marilah kita bicarakan sedikit lebih banyak untuk mendapatkan momen perpisahan yang sebaik mungkin.

Kenali ciri-ciri kecemasan perpisahan

Sekali lagi, pada umumnya kecemasan jenis ini adalah hal yang normal. Namun, jika tindakan anak semakin agresif saat ditinggalkan, maka hal tersebut bisa disebut sebagai sebuah gangguan. Mari kita kenali gejala kecemasan perpisahan untuk mempersiapkan langkah yang tepat saat menghadapinya. Berikut adalah gejala pada anak:

  • Anak mengalami distres yang berlebih saat terpisah dari orangtua (atau orang yang paling dekat dengannya)
  • Tidak berani keluar rumah, atau kamar karena takut ditinggal orangtua
  • Tidak berani bermain dengan anak lain, kecuali jika orangtuanya ikut didekatnya
  • Seringkali tidak bisa tidur jika tidak menempel dengan orangtua
  • Sering tidur tidak nyenyak atau terbangun saat ditinggal oleh orangtua ditengah tidur

Pada orangtua, gejalanya adalah:

  • Khawatir tentang kehilangan atau memiliki pikiran-pikiran negatif (terjatuh, sakit dll) tentang keadaan anak saat ditinggal
  • Ketakutan akan kesepian saat tidak bersama buah hati
  • Mimpi buruk saat tidak bersama anak
  • Terkadang juga diikuti somatisasi, seperti sakit kepala dan mual saat berpisah dengan anak.

Persiapan sebelum sekolah

Setelah kita mengenali gejala kecemasan perpisahan, saatnya kita mempersiapkan hal-hal yang dapat mengurangi ketegangan perpisahan dengan anak sekolah.

  • Sebaiknya anda mengenalkan kegiatan sekolah sebelum mereka sekolah, seperti menggambar, menggunting, dan bercerita;
  • Kunjungi sekolah, khususnya ruangan kelasnya sebelum anak sekolah, untuk memperkenalkan dan mmebiasakannya;
  • Perkenalkan anak dengan calon gurunya;
  • Biasakan anak dengan kondisi perpisahan. Coba aja sesekali anda pamit untuk ke pasar, keluar atau anda titipkan ke sanak saudara. Namun, jangan tinggalkan diam-diam saat mereka bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun