Mohon tunggu...
Afif Qudratullah
Afif Qudratullah Mohon Tunggu... -

mengharapkan ridho Allah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kronologi Tersebarnya Broadcast Bantuan Anak Yatim; Sebuah Klarifikasi

3 Desember 2012   12:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:15 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_227406" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption]

Bismillahirrohmaanirrohiimi

Sehubungan marak beredar tentangbroadcastbantuan pendidikan bagi anak yatim, serta banyaknya berita sumir tentang informasi tersebut, sebagai pembuat berita awal, saya bertanggungjawab menjelaskan kronologinya. Semoga menjadi klarifikasi yang positif agar dapat diambil hikmahnya.

Pada hari selasa, 26 November 2012, saya bertemu seorang muhsinin yang sudah lama saya kenal, beliau menawarkan saya mewujudkan cita-citanya membantu 500 anak yatim yang belum terbantu oleh lembaga sosial/ panti, ataupun pengumpul zakat. Dengan kreteria seperti itu, saya fikir akan sulit. Apalagi usianya dibatasi, 3-10 Tahun. Sebenarnya waktu lebaran anak yatim lalu, saya punya data anak yatim se-RWtempat tinggal saya, atau bisa juga "nekat" menghubungi panti asuhan“Yamani”, di Jati Asih, Bekasi yang diasuh Paman saya. Tetapi muhsinin itu bilang, bantuan itu berlaku seluruh Indonesia. Saya tahu beliau memiliki jaringan yang tersebar di Indonesia, bahkan mancanegara. Akhirnya, tanpa fikir panjang, walaupun tanpa imbalan, saya nyatakan siap menerima amanah mulia ini. Siapa sih yang gak mau menjadi penyambung bantuan anak yatim sebanyak itu?.

Saya langsung menyebarkan kabar gembira ini kepada teman2 yang saya temui di kantor, di antaranya meminta persyaratan itu dikirim melalui pesan private massage smartphone miliknya. Kemudian saya fikir mengapatidak disebarkan saja pesan yang sudah saya buat pada teman2 lain?, toh jumlahnya cukup banyak dan tersebar seluruh Indonesia. Akhirnya, tanpa mengubah content saya taruh ke 3 group dari 10 group yang ada di smartphonesaya.

Selain menjelaskan syarat dan batas waktu pengumpulan (10 Desember), pesan saya juga menerangkan alamat pengiriman di Masjid Baitul Ilmi, jalan Binawarga II, Kalibata, yang padarapat DKM, saya diamanahi sebagai ketua pengurusnya. Seperti di jelaskan sahabat baru saya, Mba Aulia Gurdi, karena masjid ini terletak dalam kantor, maka sulit menemukannya. Itulah sebabnya saya membuat mekanisme pengiriman hanya melalui pos dan email, karena selain sulit mencarinya, pastinya pihak security kantor akan repot menertibkan tamu yg datang, apalagi ini bukanlah program kantor.

Menyadari pesan yang terlanjur dikirim dapat mengganggu banyak fihak di kantor dan juga bisa saja merembet pada pencitraan lain akan tugas dan fungsi tempat saya bekerja, maka pada hari yang sama saya langsung membuat pengumuman "ralat" atas batas waktu pengiriman menjadi 3 Desember 2012, serta pindah alamat ke Jalan Manunggal XVII, Lubang Buaya, dimana saya juga memiliki yayasan pendidikan, yang kebetulan memiliki masjid bernama sama, yaitu Baitul Ilmi -itupun tempatnya agak sulit ditemukan-. Namun disayangkan, pada penyebaran informasi ralat tersebut, "mungkin" ada pihak yang sudah menyebarkan informasi pertama, tidak lagi menyebarkan informasi ralatnya, sehingga informasi perubahan tempat dan waktu tidak tersebar secara menyeluruh pada penerima pesan pertama. Akhirnya terjadi kesalahfahaman tentang berita ini.

Semakin keruh lagi, ditambah ada fihak yang berkreasi dengan memodifikasi atau mengurangi broadcast tersebut, sehingga ada pesan yang tidak diterima seutuhnya, atau mencari keberadaan alamat lewat mbah google atau menghubungi 108, kemudian menyebarkannya, padahal tidak semua masjid memiliki telepon dan masuk mesin pencari. Sempurna lah “kesimpangsiuran” ini.

Jika ada pihak yang mengkomplain melalui email dan blog karena saya tidak memberikan nomor contact person dan membuka siapa pemberi bantuan. Sudah menjadi kesepakatan kami,  bahwa tidak akan membuka jati diri muhsinin tersebut. Apalagi tentang no HP, selain saya takut terpancing untuk akhirnya membuka siapa muhsinin sebenarnya, saya juga tidak menyiapkan waktu khusus untuk itu, mengingat pekerjaan akhir tahun yang cukup padat, ditambah beberapa kegiatan di luar kantor yang sudah menjadi aktivitas rutin. Saya menganggap mekanisme pengiriman sudah cukup, yaitu melaui email dan pos, karenanya saya berusahamenjawab semua email dengan template yang saya harap bisa mengakomodir pertanyaan yang masuk.Dalam template itu saya jelaskan berapa banyak kuota yang tersedia, tidak menjanjikan semua data dapat diproses, dan alasan mengapa tidak memberikan nomor telepon.

Satu kekhilafan yang saya sesalkan dalam pesan pertama adalah tidak mencantumkan berapa kuota anak yatim yang akan dibantu, karena saya memang tidak memperkirakan tersebarnya berita ini menjadi sangat luas, walau telah dijelaskan dalam template email, namun informasi “di luar” terus menyebar dengan berbagai variasi yang tak mampu saya bendung.

Akhirnya bola salju yang menggelinding terlalu cepat dan semakin besar, bukan hanya permohonan dan klarifikasi yg sangat banyak melalui email pribadi, tapi juga berbagai macam tudingan dan banyak hal yang saya tidak perkirakan sebelumnya, tetapi sy bersyukur masih banyak pula pihak yang mendukung dan menguatkan saya. Bahkan, seorang polisi yang datang dengan berpakaian "preman" -beliau akhirnya membuka identitasnya-, setelah mendengarkan penjelasan, justru ikut menawarkan memberikan bantuan. Begitu pula para ustadz dan "syaikh" yang kebetulan beberapa hari itu bertemu atau yang mengkonfirmasi melalui ponsel ikut berperan meluruskan keabsahan berita digroup smartphone miliknya.

[caption id="attachment_212625" align="aligncenter" width="539" caption="email dokumen yang masuk"]

1354537849930690211
1354537849930690211
[/caption]

Di satu sisi, amanah pengumpulan data sangat terbantu oleh penyebaran informasi ini, namun di sisi lain, banyaknya berita yang negatif dan modifikatif menimbulkan keresahan bagi teman ataupun kantor tempat saya bekerja. Bahkan ada yang geram, sampai mengusulkan untuk menuntut penyebar berita negatif di internet tanpa bertabayyun secara lengkap kepada saya. Namun, Alhamdulillahsetelah saya jelaskan program ini berniat baik dan saya tidak mau berakhir dengan yang tidak baik, teman saya yang dikenal orang hukum itu mau mengerti.

Kebetulan pada kamis, 29/11/12, wartawan merdeka.com mendatangi saya di kantor, karena saya terima wawancara, mereka sampaikan akan banyak pula wartawan yang datang, maka saya sampaikan, silahkan mengklarifikasi berita ini besok,(Jumat, 30/11/12), pkl.14.00.Begitu pula yang saya sampaikan pada blogger yang menyebutkan berita ini hoax, saya harap pertemuan itu menjadi media tabayyun.

Melihat permohonan yang masuk sudah sangat melebihi kuota dan membatasi isyu yang terus berkembang, pada Kamis, 29 Nov 12 saya buatbroadcastpenutupan pada Jumat, 30 Nov 12, bagi email pkl.11.00 dan hardcopy cap pos tanggal tersebut. Namun yang disayangkan sekali lagi, "mungkin" tidak semua penyebar berita2 sebelumnya menyebarkan berita ini. Sekarang ini, saya masih menerima surat pos dan permohonan melalui email, walau dengan berat hati saya harus menjawab dengan permohonan maaf dan menjelaskan apa yg terjadi.

Melalui media ini, saya ucapkan permohonan maaf, apabila broadcast yang saya buat menggangu dan merugikan banyak pihak. Pernyataan ini adalah pertanggungjawaban saya sebagai seorang muslim untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Saya mohon juga kerjasama para penerima broadcast terakhir, untuk menyebarkannya kembali, karena semua pesan yang sudah Anda sebar, juga merupakan tanggungjawab kita bersama. Bagitu pula agar para anak yatim penerima berita ini tidak kadung membuat permohonan dan mengirimkan kepada kami.

Akhirnya, kami mohon doa dari para pembaca agar program ini dapat kami laksanakan dengan baik, objektif, dan mendapatkan ridho dari Allah SWT.Mengenai pengumuman yang mendapat bantuan, kami usahakan dapat dipublikasikan, mungkin dengan membuat website atau lainnya.Namun mengingat sangat banyak data dan keterbatasan kami, membutuhkan waktu yang cukup lama dalam memverifikasi data-data tersebut.

Kami sadari perjalanan menuju syurga memang tidaklah mudah dan berat, semoga kami dapat belajar dari pengalaman ini, hanya Allah SWT pemilik segala kesempurnaan.

Kalibata, 3 Desember 2012

Salam Manfaat,

Al Faqir Afif Qudratullah, MRA

---

Note Admin

Artikel terkait: Duh…Teganya Menjadikan Anak Yatim Obyek Hoax Broadcast BBM

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun