[caption id="attachment_187624" align="aligncenter" width="532" caption="Kreasi Gerabah Banyumulek Lombok"][/caption]
Desa Banyumulek adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Kediri kabupaten Lombok Barat. Luas daerahnya 4, 21 ha dengan jumlah penduduk sekitar 10.000 jiwa yang 80 % adalah perajin gerabah. Sepanjang perjalanan menuju Desa Banyumulek, di sebelah kiri dan kanan jalan, yang terbentang adalah art shop, toko-toko yang memajang berbagai jenis gerabah untuk dijual kepada para pengunjung.
Ya, desa ini memang desa gerabah. Keterampilan membuat gerabah di desa ini didapatkan secara turun temurun. Para pengrajin senior menurunkan bakat dan keterampilan membuat gerabah kepada generasi muda yang menjadi seniornya. Begitulah hingga sekarang ini, tua muda di desa Banyumulek mempunyai keterampilan pembuatan gerabah.
Pada awalnya, gerabah ini digunakan sebagai bahan rumah tangga biasa, untuk pot ataupun vas bunga, dan berbagai hiasan rumah. Lambat laun, seiring dengan perkembangan dan gaya hidup, gerabahpun dibuat dengan berbagai desain menawan yang mempunyai fungsi sebagai bagian dari gaya hidup.
Proses pembuatan gerabah sendiri melalui beberapa tahapan. Bahan baku utama dari gerabah adalah tanah liat, dan juga pasir sebagai campuran. Selain bahan utama, diperlukan pula bahan-bahan pendukung untuk pembakaran, yaitu jerami, sampah kering, kayu, dan sabut kelapa. Sedangkan untuk pewarnaan alami, menggunakan dedak dan air kulit biji asam.
[caption id="attachment_187625" align="aligncenter" width="532" caption="Bahan Baku Tanah Liat Dihancurkan dan Dikeringkan"]
Langkah pertama dalam proses pembuatan keramik adalah pengolahan tanah. Tanah liat dijemur sampai kering, sekitar 3 hari di bawah sinar matahari. Tanah yang sudah kering kemudian dihancurkan dan disaring. Tanah yang sudah disaring ini kemudian direndam ke dalam bak sampai terbentuk endapan tanah di dasar bak. Nah, endapan tanah inilah yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan keramik, setelah air yang berada di atasnya dibuang. Tanah ini kemudian dicampur dengan pasir dengan perbandingan 2 bagian tanah dicampur dengan 1 bagian pasir, lalu diaduk hingga rata. Adonan yang sudah jadi disimpan di tempat yang sejuk dan ditutup dengan karung plastik, lalu diambil sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan.
[caption id="attachment_187626" align="aligncenter" width="532" caption="Tanah Dimasukkan ke Dalam Air"]
Langkah kedua adalah proses pembentukan. Adonan yang sudah disimpan diambil seperlunya dan ditaruh di atas alat putar untuk dibentuk sesuai dengan keinginan. Adonan yang sudah dibentuk lalu diangin-anginkan dan tidak dijemur di bawah sinar matahari langsung, selama kurang lebih 2 hari.
[caption id="attachment_187629" align="aligncenter" width="532" caption="Mulai Membentuk dari Adonan Yang Sudah Tersedia"]
[caption id="attachment_187630" align="aligncenter" width="532" caption="Dibentuk Sesuai Keinginan"]
Adonan yang sudah dibentuk ini kemudian dioles dengan cairan yang terbuat dari campuran tanah liat yang halus dan minyak kelapa. Produk setengah jadi ini lalu digosok dengan batu halus atau botol kecil agar mengkilat, lalu disikat agar kilatnya meratas. Setelah terlihat kilat pada produk cukup merata, produk ini lalu dijemur di bawah sinar matahari sampai kering.
[caption id="attachment_187631" align="aligncenter" width="355" caption="Produk Yang Sudah Terbentuk Dihaluskan"]
[caption id="attachment_187632" align="aligncenter" width="532" caption="Dianginkan Sampai Kering selama 1-2 Minggu"]
Proses selanjutnya adalah pembakaran. Produk yang sudah dijemur hingga kering lalu ditata rapih di tempat pembakaran. Gerabah yang sudah kering diletakkan di atas jaring-jaring besi yang sudah dianyam dan disangga dengan batu bata. Di bawah jaring itu diletakkan kayu bakar untuk pembakaran. Di sela-sela produk dan dan bagian atas ditutup dengan jerami atau sampah kering.
[caption id="attachment_187634" align="aligncenter" width="532" caption="Menyiapkan Pembakaran"]
[caption id="attachment_187635" align="aligncenter" width="532" caption="Ditata Sebelum Dibakar"]
Mulailah proses pembakaran gerabah. Gerabah dibakar selama kurang lebih 2 jam. Untuk mengetahui apakah gerabah sudah matang atau belum, bisa dilihat dengan tanda warna gerabah menjadi merah. Api dibiarkan mati dengan sendirinya, lalu gerabah diangkat dari tempat pembakaran.
[caption id="attachment_187636" align="aligncenter" width="532" caption="Dibakar selama 2 jam"]
Proses terakhir pembuatan gerabah adalah proses pewarnaan. Menariknya, proses pewarnaan di desa gerabah ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan dari alam. Jika menginginkan warna hitam polos, maka setelah pembakaran, gerabah dilumuri dedak secara merata. Setelah dedak dibersihkan, maka keramikpun akan menjadi hitam. Sedangkan untuk warna belang kecoklatan, pewarnaan menggunakan air kulit biji asam. Prosesnya sama, gerabah yang sudah dibakar dilumuri dengan air kulit biji asam selama beberapa saat. Setelah itu, gerabahpun akan berubah warna menjadi belang kecoklatan.
[caption id="attachment_187637" align="aligncenter" width="532" caption="Hasil Setelah Dibakar"]
Setelah warna dasar terpenuhi, langkah terakhir adalah finishing. Gerabah sebagai bahan dasar sangat mungkin dikombinasikan dengan berbagai bahan lainnya seperti kaca, batok kelapa, pecahan kulit telur, anyaman, dan berbagai bahan lain sesuai dengan kreativitas dan kebutuhan. Motif yang dilekatkan pada gerabah juga bisa bermacam-macam, disesuaikan dengan pesanan pembeli. Untuk membuat berbagai motif ini, dilakukan melalui proses pengecatan.