Mohon tunggu...
Akbar Bahar
Akbar Bahar Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aku disini, masih terus berdiri pada cita-cita yang sama..takkan mundur walau selangkah hanya karena kehilangan sebagian..selama jiwa ini masih ada kutakkan pernah akan menyerah...inilah ikrarku...(ock_ggh)\r\non twitter : @kbarbahar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Untuk Pancasila

3 Juni 2013   13:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:36 7357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1370242639373594505

[caption id="attachment_246895" align="alignleft" width="300" caption="http://www.parokimbk.or.id/images/warta-minggu/small/2011092918015516204.jpg"][/caption]

Pancasila katanya lahir dari rahim sebuah bangsa

Disari dari ragam sosial dan budaya

Digali dari pemahaman para tetua

Ditinggikan sebagai dasar negara

Tetapi sayang, terlihat usang bagi generasi muda

#

Pancasila katanya perekat sebuah negara kesatuan

Tiap upacara bendera wajib dilafalkan

warga negara pun katanya mampu menghapalkan

bahkan dulu selalu dibuatkan penataran

Tetapi sayang, saat ini terlihat tidak lebih dari hanya sebuah peninggalan

#

Pancasila katanya sakti mandra guna

Unggul dari berbagai ideologi negara-negara di dunia

Umurnya dianggap kekal sepanjang masa

Hingga di negeri ini diperingati tiap tahunnya

Tetapi sayang, pancasila kini terlihat tak lebih dari sekedar kata-kata

#

Pancasila katanya menjunjung asas pemusyawarakatan perwakilan

Demi mewujudkan pemerataan keadilan

Dilandasi semangat persatuan

Ditegakkan atas nama keTuhanan

Tetapi sayang, semuanya kini nampak seperti cerita negeri khayalan

#

Pancasila katanya berharga bagai pusaka

Bagi setiap pemimpin wajib dijadikan senjata

Menyejahterakan dan membela rakyat jelata

Membangun sebuah bangsa makmur sentosa

Tetapi sayang, kebanyakan mereka lebih pintar berpura-pura lupa

#

Pancasila katanya wajib dibela mati-matian

Tak boleh sedikitpun menerima gugatan

Apalagi jika ada yang berniat menggantikan

Maka taruhan nyawa siap dikorbankan

Tetapi sayang, itu hanya manis dipemikiran, cobalah lihat kenyataan.

#

Lalu jika demikian, dimana pancasila dikekinian ?

Jujur kumenjawab; terpinggirkan oleh zaman, tersudut dilorong-lorong gelap kesunyian, dan mungkin sebentar lagi menjemput kematian

Maka haruskah demikian ?

Silahkan kalian memberi jawaban.

------------------------------------------------------------------------------------

Toyama, 3/6/2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun