Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Mourinho, "Manusia Setengah Dewasa"?

4 Juni 2013   20:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:32 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13703455671353295405

Jose Mourinho sudah resmi menjadi manajer Chelsea dengan durasi kontrak hingga tahun 2017. Pada periode 2004-2007 Mou pun pernah menjadi manajer Chelsea dan sukses atau berhasil mempersembahkan piala juara Premier League (2x), Piala FA (1x) dan Piala Liga (2x).

Sebenarnya Mou masih terikat kontrak dengan Madrid hingga tahun 2016, tapi melalui sebuah kesepakatan bersama Mou pun boleh pergi. Ketidakberhasilan Mou meraih satu gelar pun di musim 2012-13 penyebab adanya kesepakatan tersebut.

Ketidakharmonisan Mou dengan beberapa pemain inti Madrid pun diyakini sebagai pemicu atau mempercepat Mou pergi meninggalkan Santiago Bernabeu. Menurut Arbeola, salah satu pemain Madrid, semua pihak memiliki andil atas kepergian Mou. "Setiap orang bertanggung jawab. Kami tidak memiliki kedewasaan dalam situasi sulit. Mourinho selalu mengedepankan Madrid. Dia sering mengorbankan citranya untuk klub ini, tetapi pemain tidak bisa melakukan hal yang sama". [1]

Mou pun menilai sepakbola modern mulai kehilangan nilai-nilai sepak bola, pendidikan, dan profesionalisme. Meski tidak secara jelas ditujukan kepada siapa, tersirat seperti sebuah sindiran halus kepada beberapa pemain Madrid. "Saya percaya bahwa kesuksesan tim bergantung pada tujuan sebuah kelompok yang mampu mengenali, mematangkan, dan berjuang. Namun, sekarang ini hal demikian sangat sulit. Nilai-nilai sepak bola sudah tak ada, pendidikan dan profesionalisme pun menjadi bertambah buruk. Bekerja secara tim sudah menjadi masalah pada masyarakat dan sepak bola pada khususnya". [2]

Kontroversial, itulah salah satu sikap yang melekat pada diri seorang Mourinho. Sebagian pihak ada yang mendukung atau memujinya, di sisi lain ada yang tidak menyukai atau mengkritiknya. Johan Cruyff memiliki pendapat yang cukup pedas tentang dirinya. "Dengan perilakunya, tak ada yang bisa diraih. Jika Anda memulai pertengkaran dengan pemain terbaik Anda, itu tak benar. Menurut saya, ia bertindak melampaui batas. Bukan kali ini saja ia melakukan kesalahan, tetapi sejak dua atau tiga tahun lalu. Ia sama sekali tak membantu Madrid". [3]

Musim depan Mou kembali melatih Chelsea dan Liga Inggris seperti kedatangan anak yang hilang. Meski Sir Alex Ferguson sudah pensiun, diprediksi Mou tidak akan mudah membawa kembali kejayaan Chelsea seperti dulu. Selain bertambah satu klub kuat - Manchester City - sebagian besar pemain yang pernah diasuhnya sudah pergi. Pemain asuhannya yang masih tersisa pun sudah dimakan umur. Tangan dingin Mou diperlukan untuk meracik pemain Chelsea yang ada saat ini sambil menunggu kepergian atau kedatangan pemain baru untuk memenuhi strategi dan taktik yang diinginkannya.

Mou ditengarai tipikal pelatih yang lebih mengedepankan hasil, dalam artian lebih mementingkan kemenangan, meski harus menggunakan jurus "Parkir Bus". Kalah hal yang tabu dalam kamus hidupnya. Namun selama ini dia sudah banyak belajar dari sahabatnya, Sir Alex Ferguson. "Saya belajar bahwa apa pun yang terjadi saya ingin menang. Namun, saya juga sudah menerima bahwa kekalahan adalah bagian dari karier profesional saya. Sekarang ini kekalahan bukan lagi sesuatu yang harus dijadikan drama. Dengan kepergian Ferguson, saya menyadari bahwa menjadi pelatih yang masih muda dan berada di level teratas telah menjadikan saya sosok yang lebih bertanggung jawab".

Mou sudah menyadari kekalahan adalah bagian dari sepakbola dan kariernya, tidak menanggapi secara berlebihan lagi, tapi apakah Mou pun sudah menyadari arti kemenangan?. Dan tidak lagi menanggapinya secara berlebihan?.

Terakhir kali luapan kegembiraan Mou atas sebuah kemenangan yang mendapat kritikan karena dinilai berlebihan terjadi saat Madrid mengalahkan Manchester City 3-2 di babak penyisihan Liga Champions 2012-13.

Kemenangan pun bagian dari sepakbola, ibarat dua sisi mata uang dengan kekalahan, pun memerlukan sikap yang dewasa dalam menanggapinya. Jika Mou sudah menyadari satu sisi saja, yaitu kekalahan, apakah Mou masih "Manusia Setengah Dewasa"?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun