Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebenaran, Pemimpin dan Sudut Pandang

28 November 2015   19:15 Diperbarui: 28 November 2015   19:47 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar: papasemar.com"][/caption]Bagi orang-orang yang memang pintar dan memiliki keluhuran budi pekerti, melihat dan mengamati dengan diam adalah caranya bekerja untuk memperbaiki. Ini sangat bertolak belakang dengan karakteristik orang-orang yang memiliki reaksi spontan, yang cenderung meledak-ledak dalam mengimplementasikan pemikirannya, yang lebih senang mengubah suatu keadaan dan melihat hasilnya dengan cepat.

Kedua karakter seperti diatas sama bagusnya, selama apa yang dilakukan untuk tujuan yang baik, demi memperbaiki keadaan. Disetiap lini sekarang ini kita butuh pemimpin yang bisa membawa bangsa ini kearah perubahan yang lebih baik, yang mampu membawa Indonesia dalam kehidupan berkemakmuran dan berkeadilan, tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa kita sudah lama hidup Stagnan, sehingga setiap perubahan yang terjadi selalu menimbulkan aksi dan reaksi.

Pro dan Kontra terhadap perubahan yang begitu cepat, sepertinya membuat orang-orang yang tidak siap menhadapi keadaan tersebut melakukan aksi dan reaksi. Itu hal yang lumrah terjadi, karena setiap perubahan tersebut sangat mempengaruhi pendapatan dan kehidupan mereka, bahkan bisa jadi mereka kehilangan penghasilan. Situasi inilah yang sedang terjadi sekarang ini, banyak orang yang kehilangan sumber income, yang sebelumnya dengan mudah dia dapatkan.

Namun hal yang paling aneh terjadi atas dampak perubahan yang ada, adalah perubahan sudut pandang dalam melihat kebenaran. Kebenaran dilihat dari siapa pelakunya, bukan hasil dari apa yang dilakukan. Kalau yang melakukan adalah orang yang mereka sukai dan mereka percaya, meskipun yang dilakukannya salah, maka tetap saja mereka bela sebagai sebuah kebenaran, sebaliknya jika yang melakukan orang yang tidak mereka sukai, maka tetap saja dianggap sebagai kesalahan.

Mengubah sudut pandang orang-orang seperti ini tidaklah mudah, meskipun dibenturkan dengan fakta kebenaran yang sebenarnya, tetap saja akan sulit diterima. Munculnya seorang pemimpin yang baik, yang bisa membawa perubahan kehidupan yang lebih baik, mereka ingin secara instan, hari ini bicara beaok sudah harus terealisasi seperti yang diucapkan, tidak bisa memenuhi apa yang mereka harapkan, maka dicap sebagai pemimpin yang ingkar.

Pola pikir seperti itu sudah tertanam selama puluhan tahun, sehingga butuh waktu dan kesabaran untuk mengubahnya, biarlah waktu dan keadaan yang akan mengubahnya. Pengalaman sudah mengajarkan, hanya kebenaran yang bisa mengubah sudut pandang seseorang terhadap kebenaran, sementara keadaan terhadap kenyataan akan mampu mengubah pola pikir seseorang, selama dia mau menjadikan sebagai sebuah pelajaran.

"Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan kenyataan. Tanggung jawab terakhir seorang pemimpin adalah mengucapkan terima kasih. Di antara keduanya, pemimpin adalah budak." 

(Max de Pree)

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun