Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jangan Salah Mendefenisikan Kesuksesan

17 Oktober 2018   11:38 Diperbarui: 17 Oktober 2018   12:14 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah banyak artikel yang membahas tentang sebuah kesuksesan, dan pastinya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Dengan defenisi kesuksesan masing-masing yang dimiliki setiap orang itu pulalah yang menjadi tolok ukur sebuah kesuksesan yang harus dicapai.

Ada yang mengejar kesuksesan dengan takaran, bisa memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi kepentingan orang lain, dengan mewakafkan hidupnya untuk kepentingan orang banyak. Jelas ini sebuah perbuatan yang sangat mulia, mulia dihadapan manusia juga manusia dihadapan Tuhan.

Ada juga yang menggapai kesuksesan untuk mensejahterakan keluarga yang utamanya, setelah itu barulah memberikan manfaat bagi orang lain dan sesama. Inipun sama mulianya, karena semua yang dilakukan tidak mendahulukan kepentingan pribadinya, kepentingan keluarga dan orang banyak diatas kepentingan pribadi.

Namun ada juga yang mengejar kesuksesan atas dasar dendam masa lalu, sehingga sebuah kesuksesan dianggap begitu penting, dengan takaran hidup yang bergelimang kemewahan, hanya demi untuk menebus kesulitan hidup dimasa lalu. Akhirnya semua bentuk kemewahan dipamerkan sebagai sebuah kesuksesan hidup.

Hidup kalau senantiasa melihat keatas, maka kita akan senantiasa pula merasa kekurangan. Karena kita hidup mengikuti takaran orang lain, bukan takaran kecukupan kita sendiri. Kalau kita mau melihat kebawah kita, maka kita juga akan melihat kenyataan bahwa masih banyak orang yang hidup dibawah garis kemiskinan, dan kita akan mensyukuri bahwa kehidupan yang sudah kita raih sedikit lebih baik dari itu. dengan demikian kita bisa mensyukuri nikmat yang sudah kita dapat dan Tuhan berikan.

Saya punya do'a yang sangat sederhana ketika mulai hidup berumah tangga, saya cuma minta kepada Tuhan agar diberikan Rejeki yang cukup dan Halal. Alhamdulilah, do'a saya dikabulkan Tuhan sesuai dengan yang saya inginkan. Dengan pekerjaan yang tidak tetap, namun saya diberikan kecukupan rejeki untuk menghidupi kedua anak saya, sampai mereka selesai kuliah.

Saya juga diberikan kecukupan rejeki untuk membiayai pernikahan mereka, sesuai dengan keinginan saya juga keinginan kedua anak saya. Selepas mereka mandiri, Tuhan pun meberikan waktu bagi saya untuk istirahat dari pekerjaan yang sudah menyita waktu saya kurang lebih selama 35 tahun. Selama itu pula sangat sedikit waktu saya buat keluarga, saya berjuang semata untuk kepentingan keluarga dan orang banyak.

Bagi saya itu sudah cukup, saya tidak pernah bermimpi untuk mempunyai kekayaan yang berlimpah, bergelimang harta, karena saya sangat tahu kelemahan saya, saya sangat takut tidak bisa mempertanggungjawabkan semua itu, dan takut kalau semua itu membuat saya lupa kepada sang pencipta.

Kita wajib bekerja keras, berusaha dan berjuang demi mengemban amanah Tuhan. Namun tetaplah semua yang ingin dicapai sesuai dengan takaran kemampuan, jangan melebihi kemampuan, sehingga memaksakan diri untuk memenuhi semua kebutuhan diluar kebutuhan yang semestinya.

 Capailah sebuah kesuksesan itu dalam takaran yang sangat sederhana, bukan dalam takaran kesuksesan dengan kekayaan dan harta yang berlimpah. Kesuksesan dalam takaran yang sederhana ini adalah dimana kita bisa hidup dengan memberikan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. "Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak memberikan manfaat bagi orang banyak."

inilah takaran yang sangat mungkin bisa dicapai semua orang tanpa perlu menyusahkan dan merugikan orang lain. Mencari kesuksesan dalam takaran materi hanya akan mengantarkan kita kepada jalan kesesatan.

"Hidup adalah melawan kesulitan, bahkan tanaman pun bila terhalang dari sinar matari menjalar, berjuang untuk mendapatkannya. Hidup adalah penerbangan ke matari. Setiap orang adalah satu-satunya di dunia dan di sepanjang jaman. Tak ada duanya. Karena setiap orang punya keluarbiasaan sendiri, kecakapan sendiri, cita-cita dan impian sendiri, tidak akan sama dengan siapa pun dan waktu kapan pun. Barangsiapa tidak berani terbang apalagi takut pada matari, dia jadi cacing."(Pramoedya Ananta Toer)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun