Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anak Muda, Keberagaman, dan Ikhtiar Menjawab Indonesia Maju

11 Desember 2019   13:13 Diperbarui: 12 Desember 2019   16:01 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Perempuan Poso Sulawesi Tengah (Foto Ahyarros)

Peran anak muda Indonesia dalam perjalanan merebut kemerdekaan turut mewarnai perjalanan bangsa ini. Dari Aceh hingga Papua ujung timur tanah air. Mereka tak satu suku dan warna kulit, tapi satu visi untuk mengusir penjajah dari ibu pertiwi.

Di masa mendatang, keberagaman, toleransi isu penting untuk dirawat. Menguatnya radikalisme dan kelompok intoleran menjadi tantangan yang harus dijawab generasi muda Indonesia saat ini.

Sebagai orang muda, apalagi menjadi pemimpin, kita benar-benar mengalami masa yang cukup mengairahkan. Kadang kita bereksperimen dalam berbagai hal yang kreatif untuk bersama-sama memperjuangkan suatu misi bersama. 

Apakah itu upaya mencegah perpecahan bangsa atau bahkan ikhtiar mulia merawat perdamaian, memberdayakan masyarakat marginal, menentang korupsi atau berkampaye tentang hak-hak kelompok yang tertindas. Semunya bisa dilakukan dengan kreatif oleh anak muda.

Pengalaman menjadi aktivis pegiat perdamaian membawa cerita yang penuh makna dan lika-liku. Menuntut pemerintah, presiden, gubernur dan bupati untuk membela kelompok minoritas dan marjinal lainnya. 

Ini tentu sudah hal jamak dilakukan aktivis pegiat perdamaian atau pun aktivis lainnya. Tentu saja, kami tahu akan kalah, namun kami merasa "menang" menemukan cara kreatif yang menarik perhatian dan simpati orang banyak dalam menyampaikan aspirasi publik.

Kita bisa saja berjuang dengan marah. Kemarahan membuat kita lebih berani, tidak takut siapa pun, asalkan kita bisa mengendalikan kemarahan kita. Itulah kenapa menjadi muda adalah kemewahan. 

Saat muda, kita bisa melihat satu masalah hanya dari satu sisi suatu koin. Tanpa kita perlu melihat sisi lainnya sehingga bisa lebih jernih menemukan masalah utamanya dan lebih sederhana melihat solusinya. Itu juga yang menyebabkan kita bisa lebih nyaring bersuara serta lebih yakin dan percaya diri dalam menyampaikan pendapat.

Namun ketika tidak muda lagi, kita harus melihat sisi kedua koin itu. Orang bilang, ketika itu kita bisa saja "tidak melihat apa-apa" lagi. Bisa saja suara tak selantang dahulu, namun kita bisa menjalankan kepemimpinan yang menjembatani. 

Inilah yang disebut dengan istilah kerennya bridging leadership. Kita bisa melakoni peran ini, kalau dari mudah sudah gaul dan jadi pemimpin. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh anak-anak muda Indonesia dalam menjembatani tantangan bangsa di masa kini dan mendatang.

Kini isu radikalisme menjadi ancaman bagi keberagaman dan menguatnya konflik antar suku serta menguaknya populisme agama menjadi ancaman serius, yang harus dicarikan jalan keluarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun