Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menyongsong Hari Fitri Tanpa Radikalisme

22 Juni 2017   07:47 Diperbarui: 22 Juni 2017   07:59 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Radikalisme - http://www.batamtoday.com

Sebentar lagi umat muslim akan merayakan idul fitri. Sebuah hari dimana umat muslim, saling menghapuskan kesalahan dengan saling memaafkan satu dengan yang lainnya. Di hari yang fitri ini, setiap muslim kembali suci seperti sebuah kertas putih yang belum penuh dengan coretan, seperti seoarang bayi yang baru lahir yang bersih dari dosa. Nah, untuk bisa mendapatkan kefitrian itu, seluruh umat muslim harus menjalani ibadah puasa dulu di bulan Ramadan. 

Di bulan yang suci ini, harus belajar mengendalikan hawa nafsunya. Tidak boleh melakukan tindakan jelek, tidak boleh menebar kebencian, apalagi memukul atau perilaku kekerasan lainnya. Sebailknya, kita dituntut untuk memperbanyak kebaikan, saling menghargai, menghormati, dan saling berbagi. Apa maksudnya? Agar ketika kita bisa mencapi hari yang fitri itu, tidak lagi mengulangi berbagai tindakan negatif yang telah kita lakukan sebelumnya.

Idul fitri tidak hanya sebatas identic dengan baju yang baru, atau sekedar maaf-maafan saja. Tapi hati dan pikiran kita juga harus ikut fitri. Jangan sampai di mulut kita saling memaafkan, tapi di hati masih menyimpan dendam. Jika itu masih terjadi pada diri kita, maka bisa jadi kita tidak serius dalam menjalani ibadah Ramadan. Karena Ramadan pada dasarnya merupakna bulan yang menuntut kita untuk introspeksi dan belajar. Introspeksi agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Belajar agar kita tahu mana yang benar dan yang tidak. Belajar agar kita bisa memahami agama secara utuh dan tidak sepotong-potong. Sehingga kita pun tidak berpotensi menjadi radikal, karena mempelajari agama tidak secara utuh.

Radikal dalam arti positif mungkin tidak masalah. Namun jika radikal ini cenderung mengedepankan kekerasan dan berlindung dibalik nilai-nilai agama, tentu tidak dianjurkan. Seperti kita tahun, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme. Dunia maya masih saja dipenuhi dengan konten-konten negatif berisi provokasi, hoax, bahkan sentimen sara. Apa akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang mudah tersinggung dan berbuat semaunya sendiri. Tentu kita masih ingat apa yang terjadi ketika pilkada DKI Jakarta. Bahkan, setelah pilkada usai pun, masih disusul tindakan persekusi yang dilakukan kelompok intoleran, hanya karena tersinggung dengan sebuah pernyataan di media sosial.

Disisi lain, paham radikalisme ini juga telah membuat banyak generasi muda memilih menjadi radikal. Bahkan pada tahap tertentu ada yang sudah menjadi teroris, karena telah melakukan tindakan terorisme. Karena akar dari terorisme adalah radikalisme. Karena itu bibit radikalisme yang ada pada diri harus dibuang jauh-jauh. Rasa merasa benar sendiri, mudah mengkafirkan, tidak boleh lagi dibiarkan tumbuh dalam pikiran. Mari kita ganti paham menyesatkan tersebut dengan rasa toleransi, rasa saling menghargai dan menyayangi. Karena Indonesia merupakan negara yang beragam, yang mempunyai banyak suku, budaya dan agama.

Karena itulah, mari kita manfaatkan penghujung Ramadan ini, untuk benar-benar memantapkan diri kita agar menjadi pribadi yang fitri. Mari kita banyak benahi perilaku yang selama ini kurang benar, dan berkomitmen tidak mengulanginya. Mari kita songsong hari yang fitri yang tinggal beberapa hari ini, tanpa paham radikalisme yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan negeri. Harapannya, semangat Ramadan dan semangat idul fitri tetap terjaga agar bisa terbebas dari paham intoleransi, radikalisme dan terorisme.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun