Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Ribuan suku yang tersebar di ribuan pulau yang ada, mempunyai berbagai macam budaya dan keyakinan yang berbeda. Keberagaman inilah yang kemudian mengantarkan Indonesia menjadi negara besar hingga saat ini. Untuk mempertahankan keberagaman yang merupakan anugerah dari Tuhan, sudah semestinya setiap orang harus saling merangkul tanpa mempersoalkan perbedaan yang melekat pada dirinya. Tanpa harus melontarkan kebencian, karena perbedaan keyakinan. Dan tanpa harus melakukan pemukulan hanya karena perbedaan lainnya.
Keberagaman di Indonesia merupakan anugerah. Akan sangat disayangkan, jika kita generasi penerus bangsa ini tidak mempertahankan anugerah yang diberikan Allah SWT ini. Lalu bagaimana caranya mempertahankan perbedaan dalam keberagaman ini? Saling guyub dan rukunlah antar sesama. Guyub rukun ini umumnya juga melekan pada setiap suku yang ada di Indonesia. Mereka hidup bersama dalam tatanan masyarakat, dan rukun bisa menerima perbedaan yang ada. Hampir di setiap propinsi yang ada, tidak ada yang diisi satu suku saja. Pasti terdiri dari berbagai macam banyak suku.
Bahkan, dalam tubuh kita sendiri saja penuh dengan berbagai keberagaman. Ada mata, telinga, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Apa yang terjadi jika tubuh manusia terdiri dari mata semua, atau tangan semua. Apa yang terjadi jika tubuh manusia terdiri hidung semua, atau telinga semua. Itulah kenapa perbedaan dan keberagaman itu merupakan anugerah. Jika Indonesia hanya terdiri dari Jawa saja, itu bukan Indonesia. Indonesia terdiri dari Sabang hingga Merauke. Juga bukan Indonesia, jika hanya Islam saja. Karena Indonesia mengakui agama yang lain, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan.
Dengan tetap hidup rukun dalam keberagaman yang ada, secara tidak langsung akan membuat Indonesia semakin kuat. Kuat dari pengaruh pengaruh-pengaruh buruk yang bisa mengganggu persatuan dan kesatuan. Salah satunya paham radikalisme dan terorisme, yang selalu berlindung dibalik ajaran agama. Dengan hidup rukun dan tetap menghargai keberagaman, paham kekerasan tersebut tidak akan mudah masuk ke Indonesia. Benar, bahwa sebagian dari masyarakat Indonesia saat ini sudah menjadi radikal. Benar, bahwa hampir rata-rata pelaku tindak pidana terorisme dilakukan oleh generasi muda. Lalu, apakah kita hanya membenarkan dan tidak ada upaya untuk mencegahnya? Ingat, radikalisme dan terorisme bukanlah budaya Indonesia.
Mari kita tunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, bukanlah negara yang suka dengan kekerasan. Mari kita tunjukkan, bahwa meski kita beragama tapi kita bisa hidup rukun dan saling berdampingan, tanpa mempermasalahkan perbedaan. Mari kita belajar dari pilkada DKI Jakarta beberapa waktu silam. Perpecahan antar masyarakat nyaris terjadi akibat provokasi SARA yang dilakukan oleh oknum tertentu. Sebentar lagi, Jawa Barat dan Jawa Timur juga akan menggelar pilkada. Semoga sentimen SARA tidak digunakan dalam ajang perebutan kursu gubernur ini.
Menjadi tugas kita bersama, untuk tetap menjaga hamoni dalam keberagaman ini tetap terjaga. Menjadi tugas kita bersama untuk mencegah radikalisme dan terorisme, untuk tidak terus menggerogoti generasi penerus bangsa. Kita semua harus toleran terjaganya kerukunan antar umat. Kita juga harus saling bergandengan, karena sejatinya kita adalah benteng penjaga NKRI.