Mohon tunggu...
Ahmad Mulyadi
Ahmad Mulyadi Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Relawan Hatta Lahir Bukan Dari Partai Melainkan Terlahir Karena Empati Terhadap Hatta

25 April 2013   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:35 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

lika-liku dalam dunia perpolitikan bukan hal yang baru bagi Ir. Hatta Rajasa, sosok yang lahir di Palembang pada tanggal 18 Desember 1953 ini adalah seorang pengusaha dan CEO yang akhirnya mencapai puncak kesuksesannya di ranah politik. Mendapatkan amanah sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia sejak 22 Oktober 2009, sosok dengan ciri khas rambut peraknya ini sempat menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (2007-2009), Menteri Perhubungan (2004-2007), dan Menteri Negara Riset dan Teknologi (2001-2004). Dan hingga sekarang beliau juga menjabat sebagai Ketua Umum DPP PAN periode 2010-2015 menggantikan Soetrisno Bachir.

Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa kembali memuncaki pilihan pembaca sebuah harian Ibu Kota terkait bakal calon presiden di bulan Maret 2013, sedang pada bulan Februari 2013 dipegang oleh Dahlan Iskan yang juga menteri BUMN. Hatta yang bulan lalu berada di posisi kedua kembali menggeser Dahlan Iskan yang kini menduduki peringkat kedua dengan poin 29%. Surve yang mengambl responden seanyak 1.600 kupon pembaca yang masuk bulan Maret ini. Sedangkan Jaringan Suara Indonesia (JSI) merilis hasil survei terbaru bertajuk “Parpol dan Capres Menuju 2014.” Dari hasil survei itu terjaring enam nama calon presiden (capres) yang dinilai pantas oleh public untuk maju dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014, yaitu Prabowo Subianto, Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, Dahlan Iskan, dan Mahfud MD.

Prestasi yang dicapainya bukan hal yang mudah. Selama masa jabatannya, Hatta mampu menjaga kondisi perekonomian Indonesia tetap stabil, di tengah carut-marutnya perekonomian Uni Eropa. Prestasi lainnya ialah naiknya peringkat investment grade Indonesia dari lembaga pemeringkat Independent Moodys yang dianggap baik. Capaian investment grade dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 persen, inflasi 3,7 persen, dan angka kemiskinan yang semakin menurun sejak 2004 hingga sekarang. Di tangan Hatta, peringkat GCI (Global Competiveness Index) Indonesia meningkat, dari 54 ke 44. Kualitas peningkatan ekonomi, Indonesia berhasil melampaui negara-negara besar lainnya seperti Brazil, Rusia, dan India. Tak hanya ekonomi makro, Hatta Rajasa juga menaruh perhatian pada perkembangan pasar tradisional Indonesia. Perhatian tersebut diwujudkannya dengan melakukan revitalisasi pasar yang bertujuan untuk mengembangkan sektor perdagangan kecil.

Dalam mengemban amanat yang dipercayakan kepadanya, Hatta Rajasa dikenal sebagai tokoh yang plural dan relijius. Dia juga dipandang sebagai sosok yang fokus pada perannya, tidak mencampur-adukkan politik dengan usaha lain, misalnya. Dan pada saat berperan sebagai pejabat negara, Beliau tetap berkonsentrasi dan tidak pernah berbicara mengenai partai politik yang mengusungnya. Rasanya bisa dimaklumi karena Beliau sudah terlatih bekerja keras, jujur, mandiri dan bekerjasama sejak kecil. Di tengah berbagai pemasalahan ekonomi yang sedang mendera, kita, sebagai masyarakat Indonesia, tentu berharap Pak Hatta Rajasa dapat mengabdi sepenuh hati, bekerja keras dan cerdas, demi terwujudnya Indonesia yang demokratis, berkeadilan, terbuka, dalam masyarakat majemuk yang saling menghormati. Dengan sikapnya yang tetap hangat dan membumi tentunya. Semua untuk Indonesia yang lebih baik.

Keberhasilan Hatta sebagai sosok yang dianggap sukses dan mampu mengayomi keinginan masyarakat menmbulkan hasrat empati diklangan pendukung murni Hatta Rajasa. Maraknya relawan Hatta lahir dan tumbuh, baik yang terbuka maupun tertutup, ada pula relawan hatta yang eksis di twitter, FB maupun aktivitas sosial. Ini mengindikasikan mesin politik Hatta Rajasa lebih dulu bergerak dengan instrumen di luar partai. Sebenarnya Efektivitas partai sebagai mesin politik sangat ditentukan oleh sejumlah faktor. Diantaranya figur internal (kader partai) memiliki potensi besar untuk menggerakkan mesin partai ketimbang figur dari luar partai. Calon dari internal partai memiliki ikatan ideologis sekaligus ikatan emosional yang lebih kuat dengan kader akar rumput yang berperan sebagai mesin politik.

Tantangan yang ada hari ini adalah bagaimana partai tersebut mampu menjalankan fungsi mobili­sasi dengan baik. Artinya tidak saja menjadi kendaraan bagi Hatta, namun partai mampu berperan sebagai mesin politik efektif untuk memenangi Hatta Rajasa,  Keberhasilan menjalankan fungsi mobilisasi itulah yang menjadi salah satu penentu layak tidaknya sosok Hatta Rajasa Kedepanya menjadi capres pada pemilu 2014.  Kemunculan barisan-barisan pendukung Hatta dalam eksternal partai harus segera dilebur untuk kembali diarahkan sesuai dengan kebijakan partai. Bangunan koalisi juga akan semakin kuat manakala bersumber dari arus bawah. Sebaliknya, jika sumber koalisi berangkat dari pusat maka efektivitas partai anggota koalisi sebagai mesin politik relatif kurang efektif. Terlebih ketika pilihan politik tersebut tidak diamini sepenuhnya oleh pengurus partai di tingkat provinsi dan kabupa­ten/kota.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun