Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Cintaku pada Tanah Cendana

15 Mei 2019   16:15 Diperbarui: 10 Desember 2022   15:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terbang pagi dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung. 

Meninggalkan ayah, ibu, adik-adikku dan kekasihku dalam haru tak terbendung.

Entah apa yang akan terjadi pada masa depanku nanti aku pun tak tahu.

Tetapi walau apapun yang terjadi aku kuatkan tekad dan semangat hidup.

Saat telah tiba di daratan Timor Timur aku tak dapat bayangkan bagaimana aku bisa hidup.

Tetapi hidup adalah perjuangan, tetapi hidup adalah pengorbanan.

Aku bukan pengecut yang mudah tunduk dan takluk. 

Aku adalah pemberani yang siap hidup dan siap mati.

Mati hanyalah soal waktu di Medan tempur Timor Timur ini.

Entah apakah sudah ada guratan hidupku di ujung peluru.

Hanya Tuhan Yang Maha Tahu hanya Tuhan tujuan hidupku.

Dan jika memang cintaku tetap abadi dan jika cintamu tetap abadi, maka abadilah.

Namun jika engkau kelak memilih yang lain, maka aku ikhlas mencintai Tanah Cendana ini untuk menjadi cambuk bagiku untuk hidup kuat bertahan, susah maupun senang, suka maupun duka.

Biarkan kujejaki tanah ini dari Dili ke Manatuto, Baucau, Viqueque atau Los Palos

Biar kujelajahi bumi Loro SaE ini dari Dili ke Liquica, Maliana atau Covalima.

Kukatakan aku terlanjur jatuh cinta pada Tanah Cendana.

Pantai Farol, Dili, 15 September 1988

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun