Mohon tunggu...
Firman Pratama
Firman Pratama Mohon Tunggu... Dosen - pebisnis muda

Seorang pakar pikiran dan praktisi pendidikan yang membuat dua buah metode dahsyat yaitu Alpha Telepati dan Alpha Mind Control, seorang pebisnis yang sudah memulai bisnis sejak masa kuliah Blog pribadi di www.firmanpratama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ramadhan yang Telah Berlalu, Akankah Dirindukan?

17 Juni 2019   10:53 Diperbarui: 17 Juni 2019   10:56 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini sudah memasuki H+3 Idul Fitri, alias hari ke-4 di bulan syawal. Artinya sudah 4 hari yang lalu bulan Ramadhan pergi dan berlalu. Di televisi dan portal berita online banyak mengabarkan bahwa hari ini dan besok adalah puncak kepadatan dari arus balik kendaraan dari arah luar jakarta menuju kembali jakarta. Idul Fitri di negara kita memang selalu ditandai dengan momen mudik dari sebagian besar masyarakat kita.


Lalu bagaimana dengan bulan Ramadhan? sudahkah hanya berlalu begitu saja seiring momen kemenangan dan momen maaf-maafan yang menjadi ritual tahunan itu? Apakah ketika Ramadhan pergi semuanya kembali normal? Kembali seperti sebelum Ramadhan?

Bulan Ramadhan memang bulan yang istimewa sehingga semua orang secara mendadak terlihat berubah alias tidak normal. Yang biasanya tidak pernah puasa, lantas menjadi puasa. Yang biasanya tidak pernah shalat malam, lantas rajin shalat malam. 

Yang biasanya jarang baca AlQuran menjadi rajin membaca AlQuran, yang biasanya tidak pergi ke masjid begitu semangat ke masjid. Tapi, semuanya seolah berakhir dipenghujung Ramadhan yaitu hari Idul Fitri. Ketika sudah selesai tanggal 1 Syawal maka semua kembali "normal",  seperti apa yang disebut normal? Ketika bulan Ramadhan ataukah selain bulan Ramadhan?

Saya mengetik artikel ini sambil duduk diteras depan rumah orangtua istri, biasanya ketika bulan Ramadhan masjid didepan rumah ini selalu terdengar suara lantunan ayat suci Alquran, jamaahnya penuh. Tapi tadi ketika saya shalat Isya', hanya ada 2 orang yaitu saya dan imam yang merangkap muadzin. Apa seperti itu yang disebut kembali "normal" ya. 

Ramadhan memang selalu dirindukan, karena semua situasi seolah tidak normal. Tapi kenyataannya segala perubahan yang terjadi dalam bulan Ramadhan hanya berlaku dalam bulan Ramadhan, padahal seharusnya bulan Ramadhan adalah bulan training untuk membentuk karakter diri sebagai pribadi yang bertakwa. 

Kalau dalam dunia pengembangan diri disebut sebagai "camp" pelatihan, penggemblengan diri selama 1 bulan dengan berbagai bentuk latihan mulai dari puasa, membaca Alquran, menahan nafsu, menahan lapar haus, menahan berbicara yang jelek, saling menghormati, bersedekah dan berbagai kebaikan lainnya.

Tapi banyak training saat ini juga hanya membekas berupa sertifikat, ilmunya menguap begitu saja. Lalu apakah segala bentuk training di bulan Ramadhan hanya membekas di bulan Ramadhan saja? Itulah kenapa Ramadhan selalu dirindukan banyak orang.

Padahal seharusnya kalau segala bentuk training di bulan Ramadhan itu berhasil, maka bulan Ramadhan sesungguhnya (tidak perlu) dirindukan.

Karena 11 bulan lainnya bisa dibuat sama dengan bulan Ramadhan. Itulah tujuan dari training selama bulan Ramadhan, yaitu untuk membuat semua bulan dalam setahun bisa menjadi seperti Ramadhan. Ketika karakter hasil Ramadhan sudah terbentuk dalam diri kita maka otomatis suasana Ramadhan selalu menyelimuti diri kapanpun juga. 

Tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah Ramadhan kali ini hanya lewat saja dan selesai begitu momen Idul Fitri tiba? Apakah semua aktivitas kehidupan kita kembali menjadi "normal" seperti sebelum Ramadhan? Apa yang membekas dalam diri kita hasil dari Ramadhan kemarin? Apakah hanya perjalanan mudik yang macet? apakah hanya ketupat? apakah hanya opor ayam? apakah baju baru lebaran? atau hanya membekas ucapan "hari kemenangan" di handphone kita semua?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun