Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Masih Anggota DPR, Dewan Pengajian Rutin

29 November 2019   12:53 Diperbarui: 29 November 2019   16:23 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuzuar Datuk Marajo.foto: arya wiraraja

Saya bertemu dia malam hari. Sekira pukul 20.30 WIB.  Di sebuah waralaba kawasan Surabaya Timur. Hampir sepuluh tahun tak bersua. Dia, Yuzuar Datuk Marajo. Pria kelahiran Padang, 2 Oktober 1962 ini, pernah menjadi anggota DPRD Surabaya periode 2004-2009. Menjabat Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) dan anggota komisi D (bidang kesejahteraan rakyat).

Datuk, begitu ia karib disapa, terlihat lebih kurusan. Tidak seperti dulu: tambun. Hanya yang tak berubah, dia juga tetap brewokan. Belakangan, Datuk sering mengeluh kakinya sering kesemutan, pegal, dan linu. Sehingga sulit kalau dibuat jalan agak cepat. Soal urusan menyantap makanan pun kini tak sebebas dulu.

Datuk adalah satu dari puluhan teman saya yang mantan legislator. Yang kini tak lagi berada di panggung kekuasaan. Yang kerap mewarnai pemberitaan di media.

Saya mengobrol gayeng dengan Datuk. Selain aktivitas, pengalaman masa lalu, juga soal keagamaan. Saya senang, aktivitas Datuk masih cukup padat usai pensiun dari legislatif. Menggeluti bisnis kuliner. Buka warung nasi Padang.

Datuk mengaku sejak kecil suka memasak. Belajar dari ibunya. Memasak berbagai menu masakan Padang sangat dikuasai. Rendang paru, gulai bagar, ayam cabe ijo, gulai nangka, sambal balado, kalio cumi, dan  masih sederet menu lainnya yang menggoyang lidah.

Kepiawaian memasak itu sejak lama ditularkan pada istrinya, Silvia Sari. "Biasanya saya tak perlu mencicipi makanan istri untuk menilai kekurangannya. Cukup baunya saja saya sudah tahu. Bumbu apa yang kurang dan kelebihan," ujar Datuk, lalu tersenyum.

Bekal ketrampilan itu rupanya cukup membuat Datuk pede membuka warung nasi Padang. Dia lantas hunting mencari tempat yang strategis untuk berjualan. Datuk mendapat kabar tempat milik Amin Jamal, temannya yang juga pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya, dijual. Lokasi di Jalan Pucang Sewu, Surabaya (sekitar Lapangan Kalibokor, red). Bangunannya permanen. Luasnya sekitar 3 x 4 meter persegi. Tempat itu dulunya dipakai bekleed. Entah  kenapa Amin tak melanjutkan dan mau menjualnya.

Setelah bernegosiasi dengan Amin Jamal, Datuk memastikan membeli tempat tersebut. "Soal harganya gak perlu saya sebutkan lah."

Datuk mengaku merenovasi beberapa bagian saja agar tempat itu terlihat seperti lazimnya model warung Padang. Yang penting terang dan nyaman bagi pembeli.

Hari-hari berikutnya, Datuk menjalani tugas sebagai penjual nasi Padang. Untuk mendongkrak omzet penjualan, Datuk mengabarkan kepada para kolega dan sahabatnya. lalu menjalar dari mulut ke mulut.

"Alhamdulillah, banyak juga teman yang datang. Selain makan di tempat saya, mereka kemudian memesan dalam bentuk nasi kotak. Beberapa pelanggan saya datang dari luar kota," ucap mantan ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kecamatan Mulyorejo ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun