Kekerasan sering terjadi dalam sepakbola baik itu antar pemain, pemain dan wasit juga antar suporter, padahal sepakbola sendiri adalah simbol perdamaian juga ajang silaturahmi antara pemain juga suporter, dengan sepakbola kita banyak mengenal seseorang yang tadinya tidak kenal menjadi kenal, karena sepakbola terkenal dengan suporternya yang begitu banyak juga jumlah dalam sebuah tim dalam klub sepakbola.
Belakangan ini kita di suguhkan dengan beberapa kejadian di negeri ini terutama di Liga 1 GO-JEK Traveloka yaitu suporter dan suporter sehingga mengakibatkan konplik berkepanjangan, padahal intinya kita hanya menyaksikan sepakbola bukan untuk tawuran antar kelompok atau adu jotos siapa yang paling jago, dia yang paling keren.
Usia labil riskan terjadinya bentrokan tanpa berpikir panjang dan gampang terprovokasi terutama yang bersumber dari media sosial, mereka tanpa berpikir panjang untuk bertindak demi gengsi, padahal berita di medsos yang belum tentu kebenaran, karena medsos terdiri akun-akun yang kadang kala hanya iseng sekedar mencari hiburan sehingga mencelakakan orang sehingga terpancing untuk berbuat sesuatu untuk bertindak kekerasan.
Kejadian kekerasan tanggal 22 Juli 2017, karena kesalah pahaman antara suporter Persib Bandung karena menyangka bahwa korban adalah suporter lawan (Persija), bukti bahwa mengendalikan emosi dalam menyaksikan pertandingan sepakbola supaya bisa sedikit di redam, meskipun dalam situasi panas karena tim kita tidak lagi dalam performa kurang baik.Â
Rasa takut mungkin akan di alami bagi mereka yang tidak senang keributan terutama wanita yang ingin datang langsung ke stadion, termasuk penulis yang pernah mengalami menyaksikan keributan ketika menyaksikan pertandingan sepakbola secara langsung datang ke stadion, sehingga menimbulkan rasa trauma yang dalam untuk berpikir ulang kembali nonton ke stadion jika kondisinya di prediksi tidak memungkinkan dan riskan terjadi keributan dan memilih untuk menonton sepakbola melalui layar televisi.Â