Mohon tunggu...
Agus Hermawan
Agus Hermawan Mohon Tunggu... -

Pendidik di SMA Negeri 26 Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agar Informasi Nempel Lama di Otak

4 Maret 2012   03:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:32 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Assalamu'alaikum bapak, saya kangen di ajar sama bapak lg. suka di bulak balik tapi nempel. teope begete banget lah pa :D”

Top of Form

Tengah Februari lalu, saya berdiskusi dengan guru-guru salah satu SMA di Singkawang Kalimantan Barat. Di sebuah ruangan yang nyaman dan ber-AC puluhan pertanyaan disampaikan para guru. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tidak selalu saya jawab langsung namun di”lempar”kan pada guru lain agar mendapat tanggapan terlebih dahulu sehingga suasana ruangan begitu hangat, akrab, dan menggelora.

Sampai pada suatu pertanyaan, “Pak Agus bagaimana agar substansi materi yang kita sampaikan kepada siswa tidak mudah hilang dari ingatannya atau nempel terus di kepala anak?” Wow pertanyaan yang lazim namun tetap memerlukan inovasi dalam menjawab. Tadinya pertanyaan ini mau saya tanya ulang kepada guru lain namun rasanya saya perlu memberi ilustrasi sederhana agar si penanya dan para guru dapat gambaran bahwa sesungguhnya supaya pengetahuan yang kita kaji bersama melekat lama dalam otak siswa.

Saya langsung melihat seluruh benda yang ada dalam ruangan seraya berkata “buku, meja, kursi, buku, komputer, keyboard, mouse, buku, papan tulis spidol, buku, kain, lantai, gorden, buku, sepatu, batik, buku” berhenti sejenak. “benda apa yang bapak-ibu ingat?” mereka serentak menjawab “bukuuuuu.”

Nah, satu pengetahuan yang ingin saya sampaikan kepada mereka, adalah untuk konsep, teori, prinsip, dan lain-lain yang sangat penting dipahami siswa sampaikan berkali-kali sehingga akan didengar dan dibicarakan berkali-kali pula. Kemudian jangan lupa selalu kaitkan dengan pengetahuan lain yang dibahas setelahnya.

Lebih lanjut kepada bapak/ibu guru, saya sampaikan untuk didiskusikan beberapa konsep dan teori penting yang ditulis dalam buku-buku pembelajaran modern termasuk dari buku saya sendiri, Agar Otak Tidak Beku Ajaklah Berselancar. Seperti ciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, berikan stimulus yang merangsang otak siswa “berselancar” mencari pengetahuan-pengetahuan sehimpun dengan materi kajian.

Berikan pula reward pada siswa yang berkontribusi baik pada saat diskusi atau ketika memberikan solusi akan sebuah pertanyaan (soal). Reward tidak mesti berupa benda akan tetapi berilah kata-kata atau frasa yang seringkali sulit untuk mereka lupakan seumur hidup. “Good!”, “ide yang bagus....”, “itu dia yang saya inginkan....”, “kok kamu bisa berpikir sehebat itu?”, “ini suatu gagasan kreatif!” atau sekedar menepuk-nepuk bahu siswa yang telah memberi pendapat atau jawaban dari maslah yang sedang dibincangkan.

Kamis lalu, saya dapat sapaan di status facebook. Sapaan itu seperti yang saya sampaikan dalam pembukatulisan ini. Anak ini pernah menjadi murid saya ketika duduk di bangku SMA. Rupanya alumnus ini masih mengingat atau mengenang saya sebagai salah satu guru yang suka membolak-balik (baca: mengulang) konsep, teori, fakta, atau prinsip berkali-kali. Bukan itu saja dalam menggali pengetahuan bersama siswa, saya senantiasa mengaitkan pengetahuan yang sedang dibahas dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sehingga pengetahuan-pengetahuan lama dan telah ada dalam otak mereka selalu dimunculkan kembali. Bahasa ahli otaknya “membangunkan raksasa tidur”. Maksud saya adalah otak yang begitu hebat dan telah menampung ribuan atau jutaan informasi untuk senantiasa digunakan menyerap pengetahuan baru sembari memunculkan pengetahuan lama yang hampir tak tersentuh dalam otak mereka.

Cara seperti ini merupakan salah satu metode yang saya gunakan dalam proses pembelajaran sembari membantu siswa agar lebih mudah dalam memanfaatkan “alat-alat” modalitas mereka. Menurut para ahli pembelajaran mereka memiliki modal untuk menyerap pengetahuan dengan tiga cara yaitu: auditory, visual, atau kinesthetic, bahkan menurut Barbara Prashnig adapula yang menggunakan cara tactile alias harus menyentuh benda atau model yang sedang dipelajari.

Saya sangat bersyukur kehadirat Allah Swt. karena berkat-Nya seringkali para alumnus bertegur sapa diawali dengan ungkapan-ungkapan diluar dugaan.

“Assalamu'alaikum bapak, saya kangen di ajar sama bapak lg. suka di bulak balik tapi nempel. teope begete banget lah pa :D”

Sapaan ini mengingatkan pada diskusi di Singkawang tadi. Ulangilah membincangkan konsep, prinsip, teori, rumus, fakta, atau apa pun namanya selama yang kita bincangkan sangat diperlukan dalam menguatkan pembelajaran setelahnya. Apalagi yang kita ulang-ulang dapat memengaruhi hidup mereka sampai-sampai “nempel” dalam otaknya. Bukan begitu pembaca?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun