Kerja bakti kok diabsen? Ada-ada saja, ah. Percaya tidak percaya, ini benar adanya. Tadi pagi (8/1/12), di tengah rintik gerimis sehabis bekerja bakti membersihkan jalan dan got di lingkungan rumah, saya bersama ketua RT dan dua tetangga mengobrol ringan.
Di tengah obrolan, ketua RT saya mengatakan bahwa sebenarnya ada instruksi dari ketua RW untuk mengabsen warga yang ikut bekerja bakti dengan cara setiap orang yang datang menandatangani form yang telah disediakan. Dijelaskannya juga bahwa instruksi dari RW itu adalah instruksi langsung dari lurah.
Terang saja, begitu mendengarnya, saya dan tetangga langsung iseng menyeletuk.
“Kayak anak sekolah aja pake diabsen segala Bu (ketua RT saya ibu-ibu)”, kata saya.
“Kalau kita diabsen, trus ketua RW-nya diabsen juga gak ya?”, seorang tetangga menimpali.
“Ah, itu Pak Lurah bercanda kali. Masa iya, kerja bakti aja harus diabsen”, tambah tetangga yang lain.
Ketua RT hanya menjawab singkat, “iya, ada-ada aja instruksinya”
Itulah mengapa, tanpa bermaksud “melawan” instruksi tersebut, ketua RT saya enggan mengambil
form-nya. Dia juga merasa, sama juga seperti saya dan warga lain, instruksi itu boleh dibilang “aneh”.
Lah, kerja bakti aja kok diabsen.
Maksud dan tujuannya apa toh?