Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Covid-19, Karena Transjakarta Tak Bisa Mampir ke Apotek

13 Maret 2020   03:50 Diperbarui: 13 Maret 2020   04:45 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon penumpang Bus Transjakarta di halte (beritatrans.com).

Pemprov DKI meluruskan polemik peta risiko wabah COVID-19 yang viral di medsos. Peta tersebut merupakan bagian dari penjelasan tentang risiko penularan virus Corona di DKI, terutama moda transportasi terutama rute KRL-2, Bogor-Depok-Jakarta (detik.com, 12/3/2020).

Penjelasan tersebut sendiri merupakan bagian dari langkah-langkah mitigasi dan membangun kewaspadaan terhadap pandemi COVID-19.

Tetapi apa langkah nyata Pemprov DKI selain membuat posko di ruang ber-AC dan simulasi risiko kontaminasi?

Pemprov bisa mencontoh sejumlah tindakan nyata PT KCI; di antaranya: membagikan masker, hand sanitizer di gerbong, cleaning on trip, serta himbauan tertulis. Aksi tersebut sudah dilakukan sejak awal Februari lalu.

Langkah nyata tersebut bermanfaat, tapi beberapa hal perlu kita kritisi. Misalnya pembagian masker di stasiun KRL atau MRT.

Pembagian masker itu penting. Tetapi siapa yang menerima pembagian masker itu harus nyambung dengan narasi urgensinya. Masker harus dipakai oleh orang yang terserang flu, yang terpaksa harus berada di ruang publik. Bukan orang yang sehat.

KRL atau MRT on trip semestinya juga menyediakan masker. Agar sewaktu-waktu petugas bisa memberikan kepada penumpang yang batuk-batuk tetapi tidak mengenakan  alat pelindung tersebut.

Padatnya pengguna KRL di stasiun Jakarta Kota (tribunnews.com).
Padatnya pengguna KRL di stasiun Jakarta Kota (tribunnews.com).
Kemudian, bagaimana dengan moda transportasi lain seperti Bus Transjakarta?

Bus Transjakarta on trip  juga perlu menyediakan masker. Risiko penularan di dalam moda transportasi padat penumpang sangat tinggi, apa pun bentuknya.

Logikanya, ODP (Orang Dalam Pemantauan) tentu tidak hanya terbatas menggunakan kereta, bisa beralih kendaraan menggunakan bis. Jika simulasi kontaminasi virus Corona itu berdasarkan data populasi ODP maka seharusnya juga Pemprov DKI memperhatikan bus Transjakarta.

Tidak perlu setiap penumpang diberi masker. Satu karcis, satu masker; itu tidak efisien. Kita kembalikan konteksnya pada prinsip penggunaan masker: yang sakit flu lebih perlu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun