Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bandingkan Anak Menteng dengan Anak Priok, Menkumham Membuat Kegaduhan yang Tidak Perlu

22 Januari 2020   14:16 Diperbarui: 22 Januari 2020   15:09 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkum HAM Yasonna Laoly (detik.com/ Andhika Prasetia).

Usai reda isu Natuna dan kerajaan-kerajaan palsu, giliran muncul polemik baru soal perbandingan anak Menteng vs. anak Priok.

Massa 221 hari ini mendatangi kantor Kemenkum HAM di Jl. Rasuna Said untuk menyoal pernyataan Menkumham Yasonna Laoly ketika memberikan sambutan di Lapas Narkotika Jatinegara (detik.com, 22/1/2020).

Yang membuat tersinggung warga Priok adalah ketika Yasonna membandingkan tingkat kriminalitas di kawasan Tanjung Priok dengan Menteng yang menurutnya berbanding lurus dengan tingkat kemiskinan.

"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan."

Maksud pernyataan Menkumham dalam kaitannya dengan pemberantasan kriminalitas tentu baik. Tetapi cara penyampaiannya yang mengambil contoh real secara frontal akan menciptakan stigma ketimpangan sosial yang identik dengan perilaku warganya.

Dari data penduduk sekitar 42.000 warga Priok, berapa persenkah yang menjadi pelaku kriminalitas? Tentu jumlahnya sangat sedikit sekali. Sebagian yang lain yang merupakan warga baik-baik malah berpotensi menjadi korban dua kali.

Pertama, gangguan kamtibmas di daerah tersebut tentu secara psikologis menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan. Kemudian yang kedua, mereka jadi harus ikut memikul citra buruk yang melekat gara-gara pernyataan Menkumham tersebut.

Siapa pun tentu tidak akan senang jika dijadikan contoh buruk di depan umum. Pernyataan Yasonna juga kontradiktif dengan perilaku koruptor yang beberapa di antaranya berlatar belakang ekonomi mapan.

Lebih aman jika Menkumham mengambil teladan yang tidak di depan mata. Katakanlah membandingkan tingkat kriminalitas daerah slum di New York dengan angka kejahatan di Finlandia. Tidak ada yang akan marah karena baik orang Amerika maupun warga Helsinki tentu tidak menganggap penting pidato kader PDIP tersebut di Lapas Jatinegara.

Bukan persoalan pula jika Yasonna hanya mengambil anak Menteng sebagai "teladan baik" tanpa membandingkan; meski juga hal itu debatable. Dari aspek kemakmuran bahkan Menteng pernah menginspirasi grup band legendaris Slank untuk membuat lagu khusus tentang anak-anaknya. Tapi soal kriminalitas tentu harus ada datanya.


Kini nasi sudah menjadi lontong sayur. Pernyataan Menkumham sebelumnya harus ditarik kembali, diganti dengan permohonan maaf yang tulus. Selain menyinggung perasaan warga, membandingkan tingkat kemakmuran antarkawasan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun