Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Keluarga Baru Membeli Rumah Lama, Kenapa Tidak?

1 Desember 2019   20:02 Diperbarui: 4 Desember 2019   08:54 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebutuhan utama, menjadi harapan setiap penganten baru (biasanya) adalah rumah. Dulu, memasuki tahun ketiga usia pernikahan, saya dan istri mulai rajin berburu tempat tinggal.

Baik rumah baru dibangun maupun rumah lama, baik di komplek perumahan ataupun di kampung sekalipun. Yang penting di wilayah Tangerang Selatan, kami pasti bela-belain datang dan melihat secara langsung.

Alasan memilih daerah Tangsel sangat sederhana, (almarhumah) ibu mertua tidak ingin kami berjauhan. Kalau sewaktu-waktu kangen bisa berkunjung, kalau ada perlu setiap saat tidak terkendala jarak. Di kemudian hari harapan ini terwujud, (terutama) istri rutin ke rumah ibu sepekan sekali.

"Lama nggak lihat kamu, mama kangen"suara eyang uti terucap, ketika si anak mantu muncul setelah dua atau tiga minggu tidak tampak. Pada saat eyang uti berpulang, kami anak-anaknya yang tinggal berdekatan bisa bergegas dan mendampingi -- al fatihah, semoga almarhumah mendapat tempat terbaik di sisi-NYA, amin.

------

dokpri
dokpri
Saya masih ingat, repot dan ribetnya "berburu" rumah kala itu. Tetapi jauh di lubuk hati, kami sangat menikmati proses berlelah-lelah ini. Segenap keringat dan jerih payah, sama sekali tak memberatkan. Setiap mengingat keseruan itu, selalu menerbitkan senyum dan perasaan haru.

Informasi rumah dijual, bisa saya cari dan dapati dari mana saja. Paling kerap adalah googling, kemudian bisa info dari teman atau kenalan, dari pameran perumahan atau melalui spanduk dipasang di pinggir jalan. Dengan roda dua, kami (ayah, ibu dan balita) mendatangi lokasi. 

Biasanya berangkat saat matahari belum terlalu terik (Pagi atau jelang senja), si ayah menyetir di depan, anak lanang (jelang tiga tahun) duduk di tengah dan istri di jok belakang.

Tas kain ukuran sedang, tidak lupa dicangklong di besi sangkutan bagian samping depan motor. Tas di dalamnya ada tumbler isi air putih, botol susu dan biskuit atau makanan kecil lainnya. Kadang bawaan ini berebut tempat dengan kaki, karena terjuntai menghalangi persneleng untuk mengoper gigi motor.  

Daerah Pondok Aren, Pondok Kacang, sekitaran stasiun Sudimara, Jombang, Serua, dan wilayah menuju BSD satu persatu kami telusuri. Bergeser ke daerah Kedaung, seputaran perempatan Gaplek, Pondok Cabe, Cipayung, beberapa perumahan di Raya Parung tak luput kami sambangi. 

Nyaris sampai sudut-sudut Ciputat dan sekitarnya, tak luput dari "jajahan" kedua kaki kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun