Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

P4GN, Sebagai Upaya BNN Memutus Rantai Peredaran Narkoba

30 September 2018   03:06 Diperbarui: 30 September 2018   05:45 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Forum Diskusi BNN - dokpri

Saya pernah membaca novel '86,' karya Oky Mandasari. Berkisah tentang pasangan suami istri muda (Ananta dan Arimbi), si suami terlibat dalam jaringan peredaran Narkoba. 

Pilihan si suami menjadi pengedar, memang cukup pelik dan tidak serta merta diambil begitu saja. Banyak alasan melatarbelakangi, diantaranya keberadaan istri sebagai tahanan di dalam penjara, karena tersangkut kasus korupsi atasannya. 

Ending Novel ini --seperti atau disengaja-- menggantung, menyiratkan pesan bahwa penyelesaian kasus Narkoba -- terkait dengan peredaran di dalam lapas, sampai saat ini-- masih menggantung. 

Setelah beberapa tahun Arimbi bebas, justru Ananta ganti tertangkap atas kasusnya sebagai pengedar. Semula saya menyangka,-- atau mungkin anda juga --, setelah pengedar narkoba di jebloskan ke lapas, maka persoalan akan selesai. Padahal yang terjadi, justru babak baru dimulai dari dalam lapas terkait peredaran Narkoba. 

*** 

Pekan terakhir bulan September, Badan Narkotika Nasional (BNN), menggelar Forum Diskusi Treding Topik, dengan tema "Penanganan Masalah (Pencegahan,  Pemberantasan, Penyalahgunaan,  Peredaran Gelap Narkoba) P4GN  di Lapas dan Rutan" diadakan di kawasan Jakarta Selatan. 

Dalam pemaparannnya, Kepala BNN, Drs Heru Winarko, SH, menyampaikan di hadapan Jurnalis dan Blogger, dampak Narkoba menyerang baik fisik maupun psikis. Melansir data tahun 2018, tercatat pengguna narkoba yang meninggal 30 orang/hari. Artinya kalau diakumulasi dalam satu minggu saja, jumlahnya seperti korban jatuh dari satu pesawat. 

Masalah krusial terkait Narkoba, salah satunya adalah peredaran, sebesar 80% bermuara dari luar negeri. Barang haram ini masuk Indonesia, melalui jalur laut, udara, darat, sedang paling intens melalui jasa cargo. Dari sisi bisnis sangat menggiurkan, satu gram narkoba, dibeli oleh bandar seharga 40 ribu. Kemudian sampai di Jakarta, dipasaran bisa dibandrol sampai 1,5 juta. 

"Pengguna Narkoba ada dua, yang dibawa masuk rutan atau direhabilitasi," ujar Heru 

Tidak semua penyalahguna narkoba, serta merta dimasukkan ke rutan. Sebesar 30 % pecandu narkoba, masih sebatas pengguna yang berhak direhab. Sementara para bandar atau pengedar narkoba, baru pantas dijebloskan ke rutan.

Masifnya peredaran narkoba yang dilakukan oleh pengedar, termasuk dari dalam Lapas atau rutan. Membuat para bandar dengan mudah, mengendalikan peredaran narkoba dari dalam rumah tahanan. BNN tidak bisa mengatasi sendiri, terkait peredaran narkoba yang dikendalikan dari lapas. Perlu sinergi dengan pihak lapas atau rutan, sebagai pemilik otoritas, khususnya untuk membenahi dan meminimalisir terjadinya peredaran narkoba dari dalam lapas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun